AS Dikerjai Balon Mata-mata China, 2 Jet Tempur Siluman F-22 Beraksi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) ternyata mengirim dua jet tempur siluman F-22 Raptor untuk mencegat balon mata-mata China yang terbang di atas wilayah Amerika.
Salah satu lokasi yang diintai balon itu adalah Montana, situs senjata nuklir Amerika Serikat.
Balon terbang yang telah diakui China sebagai "pesawat" itu telah berada di atas wilayah Amerika selama beberapa hari. Pentagon sebelumnya mengakui telah mengirim jet tempur untuk melacak balon itu, namun tidak merinci jenis pesawat tempur yang dikirim.
Sekarang terungkap bahwa jet tempur yang dikirim untuk misi mencegat balon mata-mata Beijing itu adalah F-22 Raptor, salah satu pesawat tempur siluman tercanggih Amerika yang tidak dimiliki negara mana pun.
Foto-foto yang beredar dan situs pelacakan penerbangan mengonfirmasi manuver F-22 Amerika pada 1 Februari 2023.
Penggunaan jet tempur canggih itu mengingatkan pada insiden serupa di Hawaii pada Februari tahun lalu. Saat itu, F-22 Raptor juga dikirim untuk mencegat objek aneh, diduga balon mata-mata, yang melayang di udara lepas pantai pulau Kauai.
Pentagon pada Kamis (2/2/2023) waktu setempat secara resmi mengumumkan keberadaan balon mata-mata China di atas wilayah Amerika selama beberapa hari.
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan balon tersebut telah dilacak sejak melintasi wilayah Amerika Serikat bagian utara.
"Balon itu melayang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat," katanya.
USAF mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon pengumpul intelijen milik China tersebut tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya.
Presiden Joe Biden dilaporkan telah dibujuk untuk tidak memerintahkan menembak jatuh objek terbang itu karena khawatir puing-puingnya dapat membahayakan orang-orang di darat.
Laporan media lokal, yang dikutip EurAsian Times, menyebutkan USAF mengirim dua jet tempur siluman F-22 Raptor dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis pada 1 Februari untuk mencegat balon mata-mata China yang menimbulkan risiko keamanan.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa para warga di Montana melihat ada objek yang tidak biasa di langit.
Para pengguna di Twitter merekam video dua F-22 yang sedang mengisi bahan bakar di atas wilayah Utah. Pengguna akun @Jonahbevan8, misalnya, mem-posting video F-22 Raptor terbang di atas Salt Lake City dan menuju ke arah balon mata-mata China di Montana.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengakui bahwa balon raksasa itu milik Beijing yang kesasar hingga ke wilayah udara AS. Kementerian tersebut mengatakan balon itu adalah "pesawat" untuk keperluan meteorologi sipil dan ilmiah lainnya.
“Pesawat itu dari China dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata kementerian tersebut, seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/2/2023).
“China menyesalkan bahwa pesawat itu kesasar ke Amerika Serikat secara tidak sengaja karena force majeure. China akan terus menjaga komunikasi dengan pihak AS untuk menangani insiden ini dengan baik,” lanjut kementerian tersebut.
Salah satu lokasi yang diintai balon itu adalah Montana, situs senjata nuklir Amerika Serikat.
Balon terbang yang telah diakui China sebagai "pesawat" itu telah berada di atas wilayah Amerika selama beberapa hari. Pentagon sebelumnya mengakui telah mengirim jet tempur untuk melacak balon itu, namun tidak merinci jenis pesawat tempur yang dikirim.
Sekarang terungkap bahwa jet tempur yang dikirim untuk misi mencegat balon mata-mata Beijing itu adalah F-22 Raptor, salah satu pesawat tempur siluman tercanggih Amerika yang tidak dimiliki negara mana pun.
Foto-foto yang beredar dan situs pelacakan penerbangan mengonfirmasi manuver F-22 Amerika pada 1 Februari 2023.
Penggunaan jet tempur canggih itu mengingatkan pada insiden serupa di Hawaii pada Februari tahun lalu. Saat itu, F-22 Raptor juga dikirim untuk mencegat objek aneh, diduga balon mata-mata, yang melayang di udara lepas pantai pulau Kauai.
Pentagon pada Kamis (2/2/2023) waktu setempat secara resmi mengumumkan keberadaan balon mata-mata China di atas wilayah Amerika selama beberapa hari.
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan balon tersebut telah dilacak sejak melintasi wilayah Amerika Serikat bagian utara.
"Balon itu melayang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat," katanya.
USAF mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon pengumpul intelijen milik China tersebut tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya.
Presiden Joe Biden dilaporkan telah dibujuk untuk tidak memerintahkan menembak jatuh objek terbang itu karena khawatir puing-puingnya dapat membahayakan orang-orang di darat.
Laporan media lokal, yang dikutip EurAsian Times, menyebutkan USAF mengirim dua jet tempur siluman F-22 Raptor dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis pada 1 Februari untuk mencegat balon mata-mata China yang menimbulkan risiko keamanan.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa para warga di Montana melihat ada objek yang tidak biasa di langit.
Para pengguna di Twitter merekam video dua F-22 yang sedang mengisi bahan bakar di atas wilayah Utah. Pengguna akun @Jonahbevan8, misalnya, mem-posting video F-22 Raptor terbang di atas Salt Lake City dan menuju ke arah balon mata-mata China di Montana.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengakui bahwa balon raksasa itu milik Beijing yang kesasar hingga ke wilayah udara AS. Kementerian tersebut mengatakan balon itu adalah "pesawat" untuk keperluan meteorologi sipil dan ilmiah lainnya.
“Pesawat itu dari China dan bersifat sipil, digunakan untuk meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya. Karena pengaruh angin barat dan kemampuan kontrolnya yang terbatas, pesawat itu menyimpang dari jalur yang dimaksudkan,” kata kementerian tersebut, seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/2/2023).
“China menyesalkan bahwa pesawat itu kesasar ke Amerika Serikat secara tidak sengaja karena force majeure. China akan terus menjaga komunikasi dengan pihak AS untuk menangani insiden ini dengan baik,” lanjut kementerian tersebut.
(min)