Pengobatan Covid-19 ala Trump, Memicu Kontroversi dan Ditentang Ahli
Selasa, 28 April 2020 - 11:11 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kerap menebar optimisme tentang obat bagi pasien yang terinfeksi virus corona (Covid-19). Namun, berbagai pernyataannya justru kerap berujung dengan kontroversi.
Terbaru adalah Trump kembali menegaskan perlu memasukkan “cahaya” ke dalam tubuh manusia. “Saya melihat disinfektan bisa menghancurkan virus itu dalam satu menit. Apakah ada cara kita menginjeksi itu (disinfektan) ke dalam tubuh,” ungkap Trump dilansir NBC.
Dia mengungkapkan, mungkin itu bisa bekerja dan bisa juga tidak efektif. Dia pun memerintahkan penelitian tentang hal itu secepatnya. “Saya tahu, Anda bilang hal itu belum diteliti, tapi Anda akan mencobanya,” katanya.
Seorang jurnalis dalam konferensi pers itu bertanya apakah pernyataan Trump tersebut bisa menyebarkan informasi yang salah kepada rakyat AS. “Saya bukan seorang dokter. Tapi, saya seperti orang yang memiliki apa yang baik untuk diketahui,” kata Trump.
Pakar kesehatan paru, Vin Gupta, langsung membantah saran Presiden Tump itu. “Menyuntik atau memasukkan produk pembersih ke tubuh itu tidak bertanggung jawab dan sangat berbahaya,” katanya. Dia menuding penyuntikan disenfektan tersebut merupakan cara orang membunuh para pasien.
Kashif Mahmood, seorang dokter di Charleston, West Virginia, mengungkapkan dirinya tidak pernah merekomendasikan penyuntikan disinfektan ke paru-paru atau penggunaan radiasi ultraviolet ke tubuh bagi pasien Covid-19. “Abaikan saran medis dari Trump,” ujarnya.
John Balmes, seorang ahli paru-paru di Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, memperingatkan menghirup pemutih baju bisa menyebabkan permasalahan kesehatan. “Menghirup klorin bisa merusak paru-paru. Paru-paru tidak dibuat untuk terkena disinfektat,” katanya pada BloombergNews.
Sementara itu, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperingatkan warga AS untuk berhati-hati dalam menggunakan produk pembersih lantaran penjualan cairan disinfektan yang meningkat tajam di tengah pandemi Covid-19.
“Jumlah panggilan ke pusat keluhan racun meningkat tajam pada awal Maret 2020, dan kebanyakan adalah keluhan soal paparan terhadap produk pembersih dan disinfektan,” demikian menurut laporan mingguan CDC soal jumlah penyakit dan kematian di AS.
Bukan kali ini saja Trump menyarankan obat dan perawatan bagi pasien Covid-19. Dia pernah menyebut obat penyakit malaria, hydroxychloroquine sebagai “pengubah permainan”, tetapi para kesehatan justru membantah hal itu. Penelitian yang dilaksanakan di sebuah rumah sakit militer menemukan banyak pasien Covid-19 meninggal dunia karena mendapatkan perawatan hydroxychloroquine. Akibat salah memahami informasi, seorang pria asal Arizona meninggal dunia akhir Maret lalu setelah mengonsumsi chloroquinephosphate.
Sebelumnya, Rick Bright, penasihat utama Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan, mengaku dirinya dipecat dari pekerjaannya pekan ini karena dia menentang ide Trump tentang perawatan dengan chloroquine. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
Terbaru adalah Trump kembali menegaskan perlu memasukkan “cahaya” ke dalam tubuh manusia. “Saya melihat disinfektan bisa menghancurkan virus itu dalam satu menit. Apakah ada cara kita menginjeksi itu (disinfektan) ke dalam tubuh,” ungkap Trump dilansir NBC.
Dia mengungkapkan, mungkin itu bisa bekerja dan bisa juga tidak efektif. Dia pun memerintahkan penelitian tentang hal itu secepatnya. “Saya tahu, Anda bilang hal itu belum diteliti, tapi Anda akan mencobanya,” katanya.
Seorang jurnalis dalam konferensi pers itu bertanya apakah pernyataan Trump tersebut bisa menyebarkan informasi yang salah kepada rakyat AS. “Saya bukan seorang dokter. Tapi, saya seperti orang yang memiliki apa yang baik untuk diketahui,” kata Trump.
Pakar kesehatan paru, Vin Gupta, langsung membantah saran Presiden Tump itu. “Menyuntik atau memasukkan produk pembersih ke tubuh itu tidak bertanggung jawab dan sangat berbahaya,” katanya. Dia menuding penyuntikan disenfektan tersebut merupakan cara orang membunuh para pasien.
Kashif Mahmood, seorang dokter di Charleston, West Virginia, mengungkapkan dirinya tidak pernah merekomendasikan penyuntikan disinfektan ke paru-paru atau penggunaan radiasi ultraviolet ke tubuh bagi pasien Covid-19. “Abaikan saran medis dari Trump,” ujarnya.
John Balmes, seorang ahli paru-paru di Rumah Sakit Umum Zuckerberg San Francisco, memperingatkan menghirup pemutih baju bisa menyebabkan permasalahan kesehatan. “Menghirup klorin bisa merusak paru-paru. Paru-paru tidak dibuat untuk terkena disinfektat,” katanya pada BloombergNews.
Sementara itu, Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperingatkan warga AS untuk berhati-hati dalam menggunakan produk pembersih lantaran penjualan cairan disinfektan yang meningkat tajam di tengah pandemi Covid-19.
“Jumlah panggilan ke pusat keluhan racun meningkat tajam pada awal Maret 2020, dan kebanyakan adalah keluhan soal paparan terhadap produk pembersih dan disinfektan,” demikian menurut laporan mingguan CDC soal jumlah penyakit dan kematian di AS.
Bukan kali ini saja Trump menyarankan obat dan perawatan bagi pasien Covid-19. Dia pernah menyebut obat penyakit malaria, hydroxychloroquine sebagai “pengubah permainan”, tetapi para kesehatan justru membantah hal itu. Penelitian yang dilaksanakan di sebuah rumah sakit militer menemukan banyak pasien Covid-19 meninggal dunia karena mendapatkan perawatan hydroxychloroquine. Akibat salah memahami informasi, seorang pria asal Arizona meninggal dunia akhir Maret lalu setelah mengonsumsi chloroquinephosphate.
Sebelumnya, Rick Bright, penasihat utama Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan, mengaku dirinya dipecat dari pekerjaannya pekan ini karena dia menentang ide Trump tentang perawatan dengan chloroquine. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: Senator AS Ancam Tindakan Militer terhadap ICC setelah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu
(ysw)
tulis komentar anda