Pentagon: China Tingkatkan Upaya Dekati Negara-negara Timur Tengah
Rabu, 30 November 2022 - 12:03 WIB
WASHINGTON - Pentagon menyatakan China dan militernya “secara signifikan” meningkatkan upaya mendekati negara-negara Timur Tengah.
Menurut laporan tahunan yang dirilis pada Selasa (29/11/2022), Pentagon juga memperingatkan Beijing berada di jalur yang tepat untuk memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035.
Pentagon yakin China memiliki lebih dari 400 hulu ledak nuklir dalam persediaannya saat ini.
“(Tentara China) pada dasarnya berencana menyelesaikan modernisasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjatanya pada tahun 2035. Jika China melanjutkan laju ekspansi nuklirnya, kemungkinan akan menimbun sekitar 1.500 hulu ledak pada garis waktu tahun 2035,” ungkap laporan tersebut.
Sedangkan untuk Timur Tengah, Pentagon menyoroti dua "pergeseran utama" yang dilakukan China pada tahun 2021 dalam apa yang disebut Belt Road Initiative atau “Jalur Sutra Baru”.
Keterlibatan China yang meningkat berbagai negara, khususnya Irak, terlihat melalui pekerjaannya untuk mulai memprioritaskan kesehatan masyarakat, infrastruktur digital, dan peluang energi hijau di negara-negara Timur Tengah.
Beijing meningkatkan inisiatif “Jalur Sutera Kesehatan” dan “Jalur Sutra Digital” dengan memberikan bantuan medis, termasuk vaksin COVID-19, alat pelindung diri (APD), dan dukungan pandemi lainnya kepada negara-negara mitra.
Langkah ini dapat membantu China memperluas pangsa pasar internasional produk medisnya, memperkuat upayanya berperan sebagai pemimpin kesehatan masyarakat global, dan mengidentifikasi kebutuhan akan proyek Belt Road Initiative (BRI) baru.
“Jalan Sutra Digital adalah salah satu cara China mengirimkan teknologinya ke negara lain, yang mereka coba manfaatkan untuk "menyebarkan" standar teknologi mereka sendiri saat mereka mencoba menetapkan standar global untuk teknologi generasi mendatang,” ungkap Pentagon.
Beberapa dari metode ini termasuk investasi China di jaringan 5G, kabel bawah laut, dan pusat data. Ini juga mencakup sistem navigasi satelit, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum untuk penggunaan domestik dan ekspor.
“Ketika kepentingan ekonomi Beijing berkembang di wilayah-wilayah seperti Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, dan Timur Tengah, kami memperkirakan akan melihat peningkatan fokus pada perluasan operasi proyeksi kekuatan secara global,” papar Pentagon.
Pentagon mengatakan China sebagai pemasok senjata terbesar kelima di dunia, menjual senjata konvensional, termasuk drone, kapal selam, kapal permukaan angkatan laut, sistem rudal darat-ke-udara dan jet tempur ke Arab Saudi, Serbia, Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia, Kazakhstan, Irak, dan Pakistan.
“(China) sedang berusaha untuk memperluas logistik luar negeri dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan (tentara) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh,” ungkap Pentagon.
Laporan Selasa memperingatkan jaringan logistik militer China secara global dapat mengganggu operasi militer AS karena tujuan militer global Beijing terus berkembang.
Militer China telah memiliki basis dukungan di Djibouti dan sedang mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas tambahan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Beberapa negara yang dipertimbangkan antara lain UEA, Pakistan, Kenya, Seychelles, dan lain-lain.
“Terlepas dari upaya China mendiversifikasi pemasok energi, volume minyak dan gas alam yang diimpor dari Afrika dan Timur Tengah akan menjadikan pengamanan rute maritim strategis sebagai prioritas bagi Beijing setidaknya untuk 15 tahun ke depan,” pungkas Pentagon.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Menurut laporan tahunan yang dirilis pada Selasa (29/11/2022), Pentagon juga memperingatkan Beijing berada di jalur yang tepat untuk memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035.
Pentagon yakin China memiliki lebih dari 400 hulu ledak nuklir dalam persediaannya saat ini.
“(Tentara China) pada dasarnya berencana menyelesaikan modernisasi pertahanan nasional dan angkatan bersenjatanya pada tahun 2035. Jika China melanjutkan laju ekspansi nuklirnya, kemungkinan akan menimbun sekitar 1.500 hulu ledak pada garis waktu tahun 2035,” ungkap laporan tersebut.
Sedangkan untuk Timur Tengah, Pentagon menyoroti dua "pergeseran utama" yang dilakukan China pada tahun 2021 dalam apa yang disebut Belt Road Initiative atau “Jalur Sutra Baru”.
Keterlibatan China yang meningkat berbagai negara, khususnya Irak, terlihat melalui pekerjaannya untuk mulai memprioritaskan kesehatan masyarakat, infrastruktur digital, dan peluang energi hijau di negara-negara Timur Tengah.
Beijing meningkatkan inisiatif “Jalur Sutera Kesehatan” dan “Jalur Sutra Digital” dengan memberikan bantuan medis, termasuk vaksin COVID-19, alat pelindung diri (APD), dan dukungan pandemi lainnya kepada negara-negara mitra.
Langkah ini dapat membantu China memperluas pangsa pasar internasional produk medisnya, memperkuat upayanya berperan sebagai pemimpin kesehatan masyarakat global, dan mengidentifikasi kebutuhan akan proyek Belt Road Initiative (BRI) baru.
“Jalan Sutra Digital adalah salah satu cara China mengirimkan teknologinya ke negara lain, yang mereka coba manfaatkan untuk "menyebarkan" standar teknologi mereka sendiri saat mereka mencoba menetapkan standar global untuk teknologi generasi mendatang,” ungkap Pentagon.
Beberapa dari metode ini termasuk investasi China di jaringan 5G, kabel bawah laut, dan pusat data. Ini juga mencakup sistem navigasi satelit, kecerdasan buatan, dan komputasi kuantum untuk penggunaan domestik dan ekspor.
“Ketika kepentingan ekonomi Beijing berkembang di wilayah-wilayah seperti Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, dan Timur Tengah, kami memperkirakan akan melihat peningkatan fokus pada perluasan operasi proyeksi kekuatan secara global,” papar Pentagon.
Pentagon mengatakan China sebagai pemasok senjata terbesar kelima di dunia, menjual senjata konvensional, termasuk drone, kapal selam, kapal permukaan angkatan laut, sistem rudal darat-ke-udara dan jet tempur ke Arab Saudi, Serbia, Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia, Kazakhstan, Irak, dan Pakistan.
“(China) sedang berusaha untuk memperluas logistik luar negeri dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan (tentara) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak yang lebih jauh,” ungkap Pentagon.
Laporan Selasa memperingatkan jaringan logistik militer China secara global dapat mengganggu operasi militer AS karena tujuan militer global Beijing terus berkembang.
Militer China telah memiliki basis dukungan di Djibouti dan sedang mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas tambahan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Beberapa negara yang dipertimbangkan antara lain UEA, Pakistan, Kenya, Seychelles, dan lain-lain.
“Terlepas dari upaya China mendiversifikasi pemasok energi, volume minyak dan gas alam yang diimpor dari Afrika dan Timur Tengah akan menjadikan pengamanan rute maritim strategis sebagai prioritas bagi Beijing setidaknya untuk 15 tahun ke depan,” pungkas Pentagon.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(sya)
tulis komentar anda