Iran Kembangkan Rudal Hipersonik, Mudah Tembus Iron Dome Israel
Jum'at, 11 November 2022 - 11:20 WIB
TEL AVIV - Iran pada hari Kamis membuat kejutan dengan mengumumkan telah mengembangkan rudal hipersonik yang mampu menembus sistem pertahanan canggih apa pun. Israel, jauh hari sebelumnya, telah mengakui sistem pertahanan udara berlapisnya termasuk Iron Dome dan Arrow 3 tidak bisa diandalkan untuk mengatasi ancaman senjata hipersonik.
Rezim Zionis Israel pada September lalu mengaku prihatin dengan rudal hipersonik, dan telah bekerja dengan Badan Pertahanan Rudal (MDA) Amerika Serikat untuk melawan ancaman semacam itu.
“Rudal hipersonik belum menjadi ancaman di kawasan ini tetapi mereka menjadi perhatian besar,” kata seorang perwira senior di Air Defense Array Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat itu, seperti dilansir Jerusalem Post, Jumat (11/11/2022).
Menurut perwira tersebut, karena ancaman itu, Israel telah bekerja bahu-membahu dengan MDA Amerika.
Organisasi Pertahanan Rudal Israel (IMDO) dan MDA Amerika adalah mitra kunci dalam berbagai proyek pertahanan udara.
Washington dan Israel juga telah menandatangani perjanjian yang akan membuat AS datang untuk membantu Israel dengan pertahanan rudal di masa perang dan kedua militer telah mengadakan banyak latihan pertahanan udara bersama dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun Israel memiliki payung pertahanan udara berlapis-lapis termasuk Iron Dome, Arrow 2, Arrow 3, David's Sling dan sistem laser Iron Beam—yang masih dalam pengembangan—, namun semua sistem itu tidak dapat diandalkan untuk mencegat rudal hipersonik.
Karena ancaman yang muncul, MDA Amerika meminta USD225 juta untuk pertahanan rudal hipersonik dalam permintaan anggaran tahun fiskal 2023.
MDA Amerika telah bekerja untuk mengembangkan pencegat rudal untuk menyerang rudal hipersonik musuh dengan rudal hipersonik lain yang dikenal sebagai Glide Phase Interceptor (GPI).
GPI akan mengeluarkan rudal musuh dalam fase meluncur dari penerbangannya—ketika itu paling rentan.
GPI juga bekerja pada sistem berbasis ruang angkasa untuk menghancurkan rudal musuh yang sulit dilacak, seperti rudal hipersonik.
Program ini akan melihat sistem berlapis-lapis yang akan menyatukan sensor berbasis satelit, radar darat, dan lainnya untuk menemukan, melacak, dan mencegat rudal hipersonik.
Israel juga bekerja untuk meningkatkan kehadirannya di luar angkasa dengan konstelasi satelit yang dapat melacak target musuh.
Rudal hipersonik menimbulkan ancaman yang muncul karena mereka terbang lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan memiliki jalur penerbangan yang kompleks dan bervariasi, membuat mereka sulit untuk dicegat.
Mereka juga terbang jauh lebih tinggi daripada rudal subsonik, namun jauh lebih rendah daripada rudal balistik antarbenua di daerah di mana banyak negara—termasuk AS—tidak memiliki cukup pelacakan.
Rudal-rudal semacam itu juga dapat membawa hulu ledak nuklir, membuat ancaman semakin mengkhawatirkan.
Terutama setelah Iran mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka telah mengembangkan rudal hipersonik yang dapat menembus setiap perisai pertahanan rudal apa pun.
Kantor berita Tasnim mengutip komandan Pasukan Dirgantara IRGC, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan; "Rudal ini memiliki kecepatan tinggi dan dapat bermanuver masuk dan keluar dari atmosfer. Ini akan menargetkan sistem anti-rudal canggih musuh dan merupakan lompatan besar generasi di bidang rudal.”
Menurut Hajizadeh, rudal baru tersebut dapat menembus sistem pertahanan udara yang canggih.
Terlepas dari sanksi dan kritik internasional, Iran, yang memiliki lebih dari 1.000 rudal balistik jarak pendek dan menengah, terus bekerja pada program rudal dan nuklirnya.
Dengan meningkatnya ketegangan atas program nuklir Iran dan permusuhan regional, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
“Israel memiliki kemampuan untuk bertindak di Iran. Kami memiliki kesiapan, kemampuan pengembangan, dan rencana jangka panjang yang kami kelola. Kami perlu mempersiapkan kemungkinan ini, dan kami juga perlu mempertimbangkan masalah ini dengan sangat hati-hati sebelum melaksanakannya,” katanya kepada wartawan.
Persiapan semacam itu diyakini menelan biaya lebih dari NIS7 miliar.
Rezim Zionis Israel pada September lalu mengaku prihatin dengan rudal hipersonik, dan telah bekerja dengan Badan Pertahanan Rudal (MDA) Amerika Serikat untuk melawan ancaman semacam itu.
“Rudal hipersonik belum menjadi ancaman di kawasan ini tetapi mereka menjadi perhatian besar,” kata seorang perwira senior di Air Defense Array Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat itu, seperti dilansir Jerusalem Post, Jumat (11/11/2022).
Menurut perwira tersebut, karena ancaman itu, Israel telah bekerja bahu-membahu dengan MDA Amerika.
Organisasi Pertahanan Rudal Israel (IMDO) dan MDA Amerika adalah mitra kunci dalam berbagai proyek pertahanan udara.
Washington dan Israel juga telah menandatangani perjanjian yang akan membuat AS datang untuk membantu Israel dengan pertahanan rudal di masa perang dan kedua militer telah mengadakan banyak latihan pertahanan udara bersama dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun Israel memiliki payung pertahanan udara berlapis-lapis termasuk Iron Dome, Arrow 2, Arrow 3, David's Sling dan sistem laser Iron Beam—yang masih dalam pengembangan—, namun semua sistem itu tidak dapat diandalkan untuk mencegat rudal hipersonik.
Karena ancaman yang muncul, MDA Amerika meminta USD225 juta untuk pertahanan rudal hipersonik dalam permintaan anggaran tahun fiskal 2023.
MDA Amerika telah bekerja untuk mengembangkan pencegat rudal untuk menyerang rudal hipersonik musuh dengan rudal hipersonik lain yang dikenal sebagai Glide Phase Interceptor (GPI).
GPI akan mengeluarkan rudal musuh dalam fase meluncur dari penerbangannya—ketika itu paling rentan.
GPI juga bekerja pada sistem berbasis ruang angkasa untuk menghancurkan rudal musuh yang sulit dilacak, seperti rudal hipersonik.
Program ini akan melihat sistem berlapis-lapis yang akan menyatukan sensor berbasis satelit, radar darat, dan lainnya untuk menemukan, melacak, dan mencegat rudal hipersonik.
Israel juga bekerja untuk meningkatkan kehadirannya di luar angkasa dengan konstelasi satelit yang dapat melacak target musuh.
Rudal hipersonik menimbulkan ancaman yang muncul karena mereka terbang lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan memiliki jalur penerbangan yang kompleks dan bervariasi, membuat mereka sulit untuk dicegat.
Mereka juga terbang jauh lebih tinggi daripada rudal subsonik, namun jauh lebih rendah daripada rudal balistik antarbenua di daerah di mana banyak negara—termasuk AS—tidak memiliki cukup pelacakan.
Rudal-rudal semacam itu juga dapat membawa hulu ledak nuklir, membuat ancaman semakin mengkhawatirkan.
Terutama setelah Iran mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka telah mengembangkan rudal hipersonik yang dapat menembus setiap perisai pertahanan rudal apa pun.
Kantor berita Tasnim mengutip komandan Pasukan Dirgantara IRGC, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh mengatakan; "Rudal ini memiliki kecepatan tinggi dan dapat bermanuver masuk dan keluar dari atmosfer. Ini akan menargetkan sistem anti-rudal canggih musuh dan merupakan lompatan besar generasi di bidang rudal.”
Menurut Hajizadeh, rudal baru tersebut dapat menembus sistem pertahanan udara yang canggih.
Terlepas dari sanksi dan kritik internasional, Iran, yang memiliki lebih dari 1.000 rudal balistik jarak pendek dan menengah, terus bekerja pada program rudal dan nuklirnya.
Dengan meningkatnya ketegangan atas program nuklir Iran dan permusuhan regional, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
“Israel memiliki kemampuan untuk bertindak di Iran. Kami memiliki kesiapan, kemampuan pengembangan, dan rencana jangka panjang yang kami kelola. Kami perlu mempersiapkan kemungkinan ini, dan kami juga perlu mempertimbangkan masalah ini dengan sangat hati-hati sebelum melaksanakannya,” katanya kepada wartawan.
Persiapan semacam itu diyakini menelan biaya lebih dari NIS7 miliar.
(min)
tulis komentar anda