Mengapa Israel Selalu Didukung Penuh oleh Amerika Serikat?
Senin, 03 Oktober 2022 - 16:44 WIB
TEL AVIV - Amerika Serikat (AS) terus membela Israel tanpa syarat. Apapun yang terjadi dan bagaimana pun kondisinya, rezim Zionis itu tampaknya bisa berbuat apapun dengan kekebalan hukum.
Dukungan dari Amerika yang tak tergoyahkan untuk Israel berakar setelah Perang Dunia II, Perang Dingin, pengaruh politik pro-Israel, dan beban Public Relations (PR).
Setiap calon Presiden Amerika Serikat selalu berlomba menunjukkan kedekatan personal pada Israel, dan jarang sekali bahkan tidak pernah Amerika Serikat mengecam Israel meski rezim Zionis berkelakuan tidak terpuji.
Sudah dari awal mantan Presiden AS Harry Truman adalah pemimpin dunia pertama yang mengakui Israel ketika didirikan pada tahun 1948. Sebagian karena ikatan pribadi.
Mantan mitra bisnis Truman, Edward Jacobson, memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi AS dalam mengakui Israel sebagai sebuah negara. Tetapi ada juga pertimbangan strategis yang mendorong keputusan tersebut.
Hubungan dekat antara AS dan Israel ini menjadi salah satu fitur yang paling menonjol dalam kebijakan luar negeri AS selama hampir tiga puluh lima tahun.
Bantuan militer dan ekonomi yang senilai lebih dari USD3 miliar tersebut dikirim setiap tahun ke Israel oleh Amerika serta jarang dipertanyakan di Kongres, bahkan oleh kaum liberal dan konservatif yang biasanya menentang bantuan AS kepada pemerintah yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia.
Hampir semua negara Barat berbagi dukungan kuat Amerika Serikat untuk hak sah Israel untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan.
Memang, 99% bantuan militer AS ke Israel sejak pendiriannya datang hanya setelah Israel membuktikan dirinya jauh lebih kuat daripada kombinasi tentara Arab mana pun.
Setelah itu, pasukan pendudukan Israel menjadi penguasa sebagian besar penduduk Palestina.
Israel adalah penerima kumulatif terbesar dari bantuan luar negeri AS di era pasca-Perang Dunia II. Pada tahun 2016, Presiden Barack Obama saat itu menandatangani perjanjian pertahanan dengan Israel yang menyediakan USD38 miliar dukungan militer AS selama 10 tahun termasuk pendanaan untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Israel tidak benar-benar membutuhkan bantuan tersebut. Pasalnya, Israel sudah berpenghasilan tinggi dari sektor teknologi tinggi yang berkembang pesat.
Pengaruh lobi Yahudi sangat kuat di Amerika Serikat seperti diungkap Mearsheimer dan Walt dalam The Israel Lobby and US Foreign Policy pada 2008.
Lobi Yahudi adalah koalisi longgar (loose coalition) berbagai individu dan kelompok yang bersifat terbuka, bekerja sesuai hukum, canggih, dan sangat berdedikasi untuk mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat agar mendukung Israel.
Jadi meningkatnya dukungan AS untuk pemerintah Israel, seperti dukungan AS untuk sekutu di tempat lain di dunia, tidak dimotivasi terutama oleh kebutuhan keamanan yang objektif atau komitmen moral yang kuat terhadap negara tersebut.
Serta sebaliknya, seperti di tempat lain, kebijakan luar negeri AS dimotivasi terutama untuk memajukan kepentingan strategis yang dirasakannya sendiri.
Penulis:MG/Andini Deffa Sudjatmiko
Dukungan dari Amerika yang tak tergoyahkan untuk Israel berakar setelah Perang Dunia II, Perang Dingin, pengaruh politik pro-Israel, dan beban Public Relations (PR).
Setiap calon Presiden Amerika Serikat selalu berlomba menunjukkan kedekatan personal pada Israel, dan jarang sekali bahkan tidak pernah Amerika Serikat mengecam Israel meski rezim Zionis berkelakuan tidak terpuji.
Sudah dari awal mantan Presiden AS Harry Truman adalah pemimpin dunia pertama yang mengakui Israel ketika didirikan pada tahun 1948. Sebagian karena ikatan pribadi.
Mantan mitra bisnis Truman, Edward Jacobson, memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi AS dalam mengakui Israel sebagai sebuah negara. Tetapi ada juga pertimbangan strategis yang mendorong keputusan tersebut.
Hubungan dekat antara AS dan Israel ini menjadi salah satu fitur yang paling menonjol dalam kebijakan luar negeri AS selama hampir tiga puluh lima tahun.
Bantuan militer dan ekonomi yang senilai lebih dari USD3 miliar tersebut dikirim setiap tahun ke Israel oleh Amerika serta jarang dipertanyakan di Kongres, bahkan oleh kaum liberal dan konservatif yang biasanya menentang bantuan AS kepada pemerintah yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia.
Hampir semua negara Barat berbagi dukungan kuat Amerika Serikat untuk hak sah Israel untuk hidup dalam perdamaian dan keamanan.
Memang, 99% bantuan militer AS ke Israel sejak pendiriannya datang hanya setelah Israel membuktikan dirinya jauh lebih kuat daripada kombinasi tentara Arab mana pun.
Setelah itu, pasukan pendudukan Israel menjadi penguasa sebagian besar penduduk Palestina.
Israel adalah penerima kumulatif terbesar dari bantuan luar negeri AS di era pasca-Perang Dunia II. Pada tahun 2016, Presiden Barack Obama saat itu menandatangani perjanjian pertahanan dengan Israel yang menyediakan USD38 miliar dukungan militer AS selama 10 tahun termasuk pendanaan untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Israel tidak benar-benar membutuhkan bantuan tersebut. Pasalnya, Israel sudah berpenghasilan tinggi dari sektor teknologi tinggi yang berkembang pesat.
Pengaruh lobi Yahudi sangat kuat di Amerika Serikat seperti diungkap Mearsheimer dan Walt dalam The Israel Lobby and US Foreign Policy pada 2008.
Lobi Yahudi adalah koalisi longgar (loose coalition) berbagai individu dan kelompok yang bersifat terbuka, bekerja sesuai hukum, canggih, dan sangat berdedikasi untuk mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat agar mendukung Israel.
Jadi meningkatnya dukungan AS untuk pemerintah Israel, seperti dukungan AS untuk sekutu di tempat lain di dunia, tidak dimotivasi terutama oleh kebutuhan keamanan yang objektif atau komitmen moral yang kuat terhadap negara tersebut.
Serta sebaliknya, seperti di tempat lain, kebijakan luar negeri AS dimotivasi terutama untuk memajukan kepentingan strategis yang dirasakannya sendiri.
Penulis:MG/Andini Deffa Sudjatmiko
(sya)
tulis komentar anda