Putin pada Erdogan: Sabotase Pipa Gas Nord Stream adalah Terorisme Internasional
Jum'at, 30 September 2022 - 08:53 WIB
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa sabotase pada pipa Nord Stream yang menghubungkan Rusia ke Eropa adalah "terorisme internasional".
Pernyataan Putin itu diungkapkan pada Kamis (29/9/2022) dalam panggilan telepon antara kedua pemimpin negara.
“Presiden Rusia memberikan penilaiannya tentang sabotase yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada kenyataannya, tindakan terorisme internasional, terhadap pipa gas Nord Stream 1 dan 2,” ungkap pernyataan dari Kremlin.
“Kerusakan yang ditimbulkan pada pipa gas Nord Stream 1 dan 2 Rusia menunjukkan kemungkinan tindakan teroris,” papar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis.
Dia mengatakan, “Saat ini sulit mengatakan dengan pasti apa yang terjadi pada jaringan pipa, tetapi skala kehancuran menunjukkan bahwa itu benar-benar semacam tindakan (teroris)."
“Sangat sulit membayangkan aksi teroris semacam itu bisa terjadi tanpa keterlibatan beberapa kekuatan negara,” ujar dia.
Juru bicara itu juga diminta mengomentari laporan CNN, yang mengutip pejabat intelijen Barat yang tidak disebutkan namanya yang mengklaim kapal perang Rusia terlihat tidak jauh dari kebocoran gas lepas pantai pada Senin dan Selasa.
“Daerah ini adalah Laut Baltik. Lebih banyak lagi kendaraan terbang, terapung, dan lintas laut lainnya milik negara-negara NATO yang diamati di sana,” tegas Peskov, menggambarkan laporan itu sebagai “bodoh” dan “didorong oleh agenda.”
Kebocoran pipa gas, yang menghubungkan Rusia ke Jerman, ditemukan Denmark pada Selasa setelah operator Nord Stream melaporkan kehilangan tekanan.
Pihak berwenang Denmark dan Swedia kemudian mengatakan serangkaian ledakan bawah laut telah terdeteksi di dekat pulau Bornholm di Laut Baltik.
Hal ini membuat Rusia, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Swedia menduga kebocoran tersebut mungkin merupakan hasil dari tindakan yang disengaja.
Tidak ada tuduhan yang disuarakan di tingkat tertinggi, tetapi beberapa pejabat Eropa dan Ukraina dengan tergesa-gesa menuding Rusia, dengan mengatakan dugaan sabotase jaringan pipa bisa menjadi operasi “bendera palsu” oleh Moskow dalam upaya mencoreng Kiev dan Ukraina serta lebih lanjut mendorong harga energi di Uni Eropa (UE).
Peskov menanggapi klaim itu pada Rabu, menyebutnya "tidak masuk akal" dan menunjukkan kebocoran itu juga "masalah besar" bagi Rusia.
Dia mengulangi bahwa AS baru-baru ini menghasilkan “keuntungan super-duper” dari memasok gas alam cair (LNG) ke Eropa dan akan memperoleh keuntungan dari melanjutkan pengiriman tersebut.
Swedia mengatakan pada Kamis bahwa penjaga pantainya telah menemukan kebocoran lain atau keempat, di jalur pipa Nord Stream.
Menurut perkiraan Denmark, gas akan terus bocor ke Laut Baltik hingga akhir pekan.
Sementara itu, Tagesspiegel dari Jerman, mengutip “lingkaran pemerintah”, telah melaporkan kerusakan yang diderita pipa-pipa itu tidak dapat diperbaiki.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Pernyataan Putin itu diungkapkan pada Kamis (29/9/2022) dalam panggilan telepon antara kedua pemimpin negara.
“Presiden Rusia memberikan penilaiannya tentang sabotase yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada kenyataannya, tindakan terorisme internasional, terhadap pipa gas Nord Stream 1 dan 2,” ungkap pernyataan dari Kremlin.
“Kerusakan yang ditimbulkan pada pipa gas Nord Stream 1 dan 2 Rusia menunjukkan kemungkinan tindakan teroris,” papar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Kamis.
Dia mengatakan, “Saat ini sulit mengatakan dengan pasti apa yang terjadi pada jaringan pipa, tetapi skala kehancuran menunjukkan bahwa itu benar-benar semacam tindakan (teroris)."
“Sangat sulit membayangkan aksi teroris semacam itu bisa terjadi tanpa keterlibatan beberapa kekuatan negara,” ujar dia.
Juru bicara itu juga diminta mengomentari laporan CNN, yang mengutip pejabat intelijen Barat yang tidak disebutkan namanya yang mengklaim kapal perang Rusia terlihat tidak jauh dari kebocoran gas lepas pantai pada Senin dan Selasa.
“Daerah ini adalah Laut Baltik. Lebih banyak lagi kendaraan terbang, terapung, dan lintas laut lainnya milik negara-negara NATO yang diamati di sana,” tegas Peskov, menggambarkan laporan itu sebagai “bodoh” dan “didorong oleh agenda.”
Kebocoran pipa gas, yang menghubungkan Rusia ke Jerman, ditemukan Denmark pada Selasa setelah operator Nord Stream melaporkan kehilangan tekanan.
Pihak berwenang Denmark dan Swedia kemudian mengatakan serangkaian ledakan bawah laut telah terdeteksi di dekat pulau Bornholm di Laut Baltik.
Hal ini membuat Rusia, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Swedia menduga kebocoran tersebut mungkin merupakan hasil dari tindakan yang disengaja.
Tidak ada tuduhan yang disuarakan di tingkat tertinggi, tetapi beberapa pejabat Eropa dan Ukraina dengan tergesa-gesa menuding Rusia, dengan mengatakan dugaan sabotase jaringan pipa bisa menjadi operasi “bendera palsu” oleh Moskow dalam upaya mencoreng Kiev dan Ukraina serta lebih lanjut mendorong harga energi di Uni Eropa (UE).
Peskov menanggapi klaim itu pada Rabu, menyebutnya "tidak masuk akal" dan menunjukkan kebocoran itu juga "masalah besar" bagi Rusia.
Dia mengulangi bahwa AS baru-baru ini menghasilkan “keuntungan super-duper” dari memasok gas alam cair (LNG) ke Eropa dan akan memperoleh keuntungan dari melanjutkan pengiriman tersebut.
Swedia mengatakan pada Kamis bahwa penjaga pantainya telah menemukan kebocoran lain atau keempat, di jalur pipa Nord Stream.
Menurut perkiraan Denmark, gas akan terus bocor ke Laut Baltik hingga akhir pekan.
Sementara itu, Tagesspiegel dari Jerman, mengutip “lingkaran pemerintah”, telah melaporkan kerusakan yang diderita pipa-pipa itu tidak dapat diperbaiki.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(sya)
tulis komentar anda