Uni Eropa Dilanda Kekeringan Terburuk dalam 500 Tahun, Dampaknya Mengkhawatirkan
Rabu, 24 Agustus 2022 - 17:35 WIB
BRUSSELS - Komisi Eropa memperingatkan benua itu sedang mengalami apa yang tampaknya menjadi kekeringan terburuk dalam lima abad.
Pernyataan itu mengutip analisis baru yang dirilis Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa (JRC).
Laporan Agustus menyoroti dampak berkelanjutan dari cuaca ekstrem pada pertanian. Hampir setengah dari UE, atau 47%, tetap dalam kondisi peringatan karena kekurangan kelembaban di tanah.
Adapun 17% UE dalam keadaan waspada karena efek negatif cuaca terhadap tanaman. “Bersama-sama, mereka merupakan 64% dari UE,” papar pernyataan UE.
Para ilmuwan memprediksi penurunan hasil panen musim panas karena kondisi ekstrim, dengan kinerja pertanian biji-bijian jagung, bunga matahari, dan kedelai mencapai yang terburuk dan turun masing-masing sebesar 16%, 15%, dan 12%.
Namun, menurut JRC, ada hikmahnya dalam panen musim dingin yang melihat hasil yang agak lebih baik.
“Menurut ahli JRC, kekeringan saat ini tampaknya masih yang terburuk sejak setidaknya 500 tahun. Data akhir di akhir musim akan mengkonfirmasi penilaian awal ini,” ungkap komisi tersebut.
Komisioner Eropa untuk Inovasi, Penelitian, Budaya, Pendidikan dan Pemuda Mariya Gabriel mengatakan kombinasi kekeringan parah dan gelombang panas menciptakan "tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya" pada tingkat air di seluruh UE.
“Kami saat ini memperhatikan musim kebakaran hutan yang masuk akal di atas rata-rata dan berdampak penting pada produksi tanaman,” papar dia.
Dampaknya melampaui sektor pertanian, karena sungai-sungai Eropa yang dangkal tidak dapat menghasilkan listrik tenaga air sebanyak itu, memberikan dampak pada pabrik-pabrik industri.
Pendangkalan sungai juga mengganggu jalur transportasi air.
Pernyataan itu mengutip analisis baru yang dirilis Pusat Penelitian Gabungan Uni Eropa (JRC).
Laporan Agustus menyoroti dampak berkelanjutan dari cuaca ekstrem pada pertanian. Hampir setengah dari UE, atau 47%, tetap dalam kondisi peringatan karena kekurangan kelembaban di tanah.
Adapun 17% UE dalam keadaan waspada karena efek negatif cuaca terhadap tanaman. “Bersama-sama, mereka merupakan 64% dari UE,” papar pernyataan UE.
Para ilmuwan memprediksi penurunan hasil panen musim panas karena kondisi ekstrim, dengan kinerja pertanian biji-bijian jagung, bunga matahari, dan kedelai mencapai yang terburuk dan turun masing-masing sebesar 16%, 15%, dan 12%.
Namun, menurut JRC, ada hikmahnya dalam panen musim dingin yang melihat hasil yang agak lebih baik.
“Menurut ahli JRC, kekeringan saat ini tampaknya masih yang terburuk sejak setidaknya 500 tahun. Data akhir di akhir musim akan mengkonfirmasi penilaian awal ini,” ungkap komisi tersebut.
Komisioner Eropa untuk Inovasi, Penelitian, Budaya, Pendidikan dan Pemuda Mariya Gabriel mengatakan kombinasi kekeringan parah dan gelombang panas menciptakan "tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya" pada tingkat air di seluruh UE.
“Kami saat ini memperhatikan musim kebakaran hutan yang masuk akal di atas rata-rata dan berdampak penting pada produksi tanaman,” papar dia.
Dampaknya melampaui sektor pertanian, karena sungai-sungai Eropa yang dangkal tidak dapat menghasilkan listrik tenaga air sebanyak itu, memberikan dampak pada pabrik-pabrik industri.
Pendangkalan sungai juga mengganggu jalur transportasi air.
(sya)
tulis komentar anda