Perbandingan Rudal Hipersonik Rusia dan China, Unggul Mana?
Selasa, 09 Agustus 2022 - 22:01 WIB
MOSKOW - Rusia dan China saat ini sedang gencar-gencarnya memproduksi senjata mematikan, salah satunya rudal hipersonik.
Rusia diketahui memiliki rudal hipersonik ini saat invasi ke Ukraina beberapa waktu lalu. Mereka mengerahkan rudal itu untuk pertama kalinya ke Ukraina dan dapat dengan mudah menghancurkan gudang senjata bawah tanah.
Hal ini langsung mendapat perhatian mata dunia yang salah satunya China. Kini negara tersebut telah mengembangkan rudal hipersoniknya sendiri.
Lalu rudal manakah yang lebih hebat? Berikut ini ulasannya:
1. Perbedaan Nama
Rudal hipersonik milik Rusia yang paling populer adalah 3M22 Zircon, sementara untuk rudal yang menyerang Ukraina ini bernama Kinzhal.
Sementara itu, militer China mulai mengembangkan hipersonik jarak menengah untuk Dongfeng-17 (DF-17) yang baru-baru ini dikembangkan, senjata ini sempat ditampilkan secara terbuka pada parade militer Beijing pada Oktober 2019.
2. Perbandingan Kecepatan
Melansir dari DW, Rudal Hipersonik Rusia memiliki kecepatan hingga sepuluh kali lebih cepat dari kecepatan suara yang berarti mencapai Mach 5 hingga Mach 10.
Atau diperkirakan tiga kali lebih cepat dari jet yang meluncurkannya yaitu sekitar 6.540 km per jam.
Sementara rudal hipersonik milik China ini dikabarkan memiliki kecepatan hingga lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.174 km per jam atau mungkin lebih cepat.
3. Perbandingan Kemampuan
Ilmuwan China sendiri sedang dalam proses pengembangan senjata hipersonik yang dapat bergerak mengikuti target dengan cara melacak dan membidiknya.
Karena sistem pelacakan termal saat ini belum mampu melakukan itu.
Tim ilmuwan yang dipimpin Yang Xiaogang dari PLA Rocket Force University of Engineering di Xian, China, ditugaskan untuk mengembangkan mekanisme senjata tersebut.
Merkea menemukan solusi dengan bantuan sensor gerak untuk membuat gambar penuh dengan mengingat semua variabel.
Sementara itu kemampuan rudal hipersonik milik Rusia dapat terbang dengan ketinggian yang jauh lebih rendah dibanding rudal balistik konvensional.
Hal tersebut memungkinkan senjata ini sulit ditangkap radar. Apabila tertangkap jarak antara rudal dan target akan sangat dekat dan akan terlambat untuk menghalau atau mencegatnya.
Selain itu Rudal ini juga dapat mengubah arahnya di tengah penerbangan.
Secara kemampuan antara dua jenis rudal hipersonik ini memiliki kelebihannya masing masing. Seperti Rusia yang unggul dalam hal kecepatan dan kemampuannya yang telah teruji.
Untuk China sendiri yang masih dalam tahap pengembangan direncanakan akan mengusung teknologi baru yang belum dimiliki oleh rudal yang pernah diciptakan sebelumnya.
Rusia diketahui memiliki rudal hipersonik ini saat invasi ke Ukraina beberapa waktu lalu. Mereka mengerahkan rudal itu untuk pertama kalinya ke Ukraina dan dapat dengan mudah menghancurkan gudang senjata bawah tanah.
Hal ini langsung mendapat perhatian mata dunia yang salah satunya China. Kini negara tersebut telah mengembangkan rudal hipersoniknya sendiri.
Lalu rudal manakah yang lebih hebat? Berikut ini ulasannya:
1. Perbedaan Nama
Rudal hipersonik milik Rusia yang paling populer adalah 3M22 Zircon, sementara untuk rudal yang menyerang Ukraina ini bernama Kinzhal.
Sementara itu, militer China mulai mengembangkan hipersonik jarak menengah untuk Dongfeng-17 (DF-17) yang baru-baru ini dikembangkan, senjata ini sempat ditampilkan secara terbuka pada parade militer Beijing pada Oktober 2019.
2. Perbandingan Kecepatan
Melansir dari DW, Rudal Hipersonik Rusia memiliki kecepatan hingga sepuluh kali lebih cepat dari kecepatan suara yang berarti mencapai Mach 5 hingga Mach 10.
Atau diperkirakan tiga kali lebih cepat dari jet yang meluncurkannya yaitu sekitar 6.540 km per jam.
Sementara rudal hipersonik milik China ini dikabarkan memiliki kecepatan hingga lima kali kecepatan suara atau sekitar 6.174 km per jam atau mungkin lebih cepat.
3. Perbandingan Kemampuan
Ilmuwan China sendiri sedang dalam proses pengembangan senjata hipersonik yang dapat bergerak mengikuti target dengan cara melacak dan membidiknya.
Karena sistem pelacakan termal saat ini belum mampu melakukan itu.
Tim ilmuwan yang dipimpin Yang Xiaogang dari PLA Rocket Force University of Engineering di Xian, China, ditugaskan untuk mengembangkan mekanisme senjata tersebut.
Merkea menemukan solusi dengan bantuan sensor gerak untuk membuat gambar penuh dengan mengingat semua variabel.
Sementara itu kemampuan rudal hipersonik milik Rusia dapat terbang dengan ketinggian yang jauh lebih rendah dibanding rudal balistik konvensional.
Hal tersebut memungkinkan senjata ini sulit ditangkap radar. Apabila tertangkap jarak antara rudal dan target akan sangat dekat dan akan terlambat untuk menghalau atau mencegatnya.
Selain itu Rudal ini juga dapat mengubah arahnya di tengah penerbangan.
Secara kemampuan antara dua jenis rudal hipersonik ini memiliki kelebihannya masing masing. Seperti Rusia yang unggul dalam hal kecepatan dan kemampuannya yang telah teruji.
Untuk China sendiri yang masih dalam tahap pengembangan direncanakan akan mengusung teknologi baru yang belum dimiliki oleh rudal yang pernah diciptakan sebelumnya.
(sya)
tulis komentar anda