Rusia Hancurkan Pangkalan Unit Black Hundred Ukraina, 300 Tentara Tewas

Sabtu, 23 Juli 2022 - 00:01 WIB
Rekaman video saat Rusia menghancurkan unit Black Hundred Ukraina. Foto/Ministry of Defence of the Russian Federation
MOSKOW - Ratusan pejuang nasionalis Ukraina yang berlokasi di Republik Rakyat Donetsk (DPR) tewas setelah serangan presisi tinggi oleh militer Rusia.

Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia dalam konferensi pers harian pada Jumat (22/7/2022).

Kemhan Rusia mengatakan pasukan Rusia menghancurkan titik penempatan sementara formasi nasionalis “Black Hundred” menggunakan persenjataan presisi tinggi berbasis darat.





Para pejuang itu diduga bersembunyi di gedung sekolah di kota Kramatrosk di Republik Rakyat Donetsk.

“Hingga 300 pejuang dan lebih dari 40 unit peralatan khusus dieliminasi akibat serangan tersebut,” ungkap pengumuman itu.

Selain itu, Kemhan Rusia melaporkan mengambil gudang amunisi Angkatan Bersenjata Ukraina yang terletak di bagian timur kota Nikolaev, sekitar 100 kilometer dari kota pelabuhan Odessa.



Serangan itu juga menewaskan hingga 30 prajurit Ukraina dan enam kendaraan lapis baja dan mobil, serta lebih dari 2.000 peluru untuk sistem roket peluncuran ganda GRAD MLRS dan sekitar 1.000 peluru untuk howitzer self-propelled Akatsiya.

Pada Rabu, Kemhan Rusia melaporkan menghancurkan depot pasokan Angkatan Bersenjata Ukraina di Soledar, yang terletak di DPR, bersama dengan 40 pejuang nasionalis dan sekitar 19 unit kendaraan lapis baja.

Kabar terbaru dari Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan pasukan Rusia sejauh ini telah menghancurkan 260 pesawat Ukraina, 144 helikopter, 1.589 drone, 357 sistem rudal anti-pesawat, 4.141 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 762 sistem MRLS, 3.176 artileri lapangan dan mortir, serta 4.453 unit kendaraan khusus militer.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.

Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik di Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More