Siap Gempur Wilayah Selatan, Ukraina Minta Warga Sipil Mengungsi
Senin, 11 Juli 2022 - 16:24 WIB
KIEV - Pemerintah Ukraina menyeru warganya segera meninggalkan wilayah selatan yang sekarang berada dalam kendali tentara Rusia.
Wakil Perdana Menteri (PM) Ukraina Irina Vereshchuk mengatakan hal itu pada Minggu (10/7/2022), saat Kiev sedang mempersiapkan serangan balasan ke sana.
Menurut Vereshchuk, angkatan bersenjata Ukraina akan melancarkan serangan balasan dalam waktu dekat.
“Saya tidak tahu dalam jumlah berapa ini akan terjadi, tetapi saya tahu pasti bahwa seharusnya (di kota-kota yang diduga teater operasi) tidak boleh ada perempuan dan anak-anak. Jelas bahwa akan ada permusuhan aktif, termasuk penembakan, jadi kami mendesak warga kami untuk segera mengungsi,” ungkap Vereshchuk.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ukraina Alexey Reznikov mengatakan kepada The Times bahwa presiden Volodymyr Zelensky telah memberikan perintah untuk mempersiapkan serangan di wilayah pesisir selatan negara itu.
Untuk melakukan ini, Kiev telah mengumpulkan satu juta tentara yang kuat, dan rencana sedang disusun untuk menyerang daerah-daerah yang secara politis penting bagi Ukraina.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Wakil Perdana Menteri (PM) Ukraina Irina Vereshchuk mengatakan hal itu pada Minggu (10/7/2022), saat Kiev sedang mempersiapkan serangan balasan ke sana.
Menurut Vereshchuk, angkatan bersenjata Ukraina akan melancarkan serangan balasan dalam waktu dekat.
“Saya tidak tahu dalam jumlah berapa ini akan terjadi, tetapi saya tahu pasti bahwa seharusnya (di kota-kota yang diduga teater operasi) tidak boleh ada perempuan dan anak-anak. Jelas bahwa akan ada permusuhan aktif, termasuk penembakan, jadi kami mendesak warga kami untuk segera mengungsi,” ungkap Vereshchuk.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ukraina Alexey Reznikov mengatakan kepada The Times bahwa presiden Volodymyr Zelensky telah memberikan perintah untuk mempersiapkan serangan di wilayah pesisir selatan negara itu.
Untuk melakukan ini, Kiev telah mengumpulkan satu juta tentara yang kuat, dan rencana sedang disusun untuk menyerang daerah-daerah yang secara politis penting bagi Ukraina.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberi wilayah Donetsk dan Lugansk status khusus di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(sya)
tulis komentar anda