Segini Utang Sri Lanka yang Membuatnya Bangkrut dan Sekarang Kacau Balau
Senin, 11 Juli 2022 - 11:39 WIB
COLOMBO - Sri Lanka , negara kepulauan di Samudra Hindia, hari ini sedang kacau balau setelah bangkrut dan gagal membayar utang luar negerinya.
Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah dipaksa lengser setelah ribuan demonstran yang marah menyerbu Istana Kepresidenan sejak Sabtu malam lalu. Massa juga membakar kediaman perdana menteri.
Seberapa besar sebenarnya utang luar negeri Sri Lanka yang membuat negara itu menjadi kacau?
Mengutip laporan BBC, Sri Lanka sedang berusaha untuk merestrukturisasi utang lebih dari USD50 miliar (lebih dari Rp748 triliun) yang harus dibayar kepada kreditur asing, agar lebih mudah dikelola untuk membayar kembali.
Perekonomian negara itu telah terpukul keras oleh pandemi COVID-19 dan kenaikan harga energi. Namun, para kritikus mengatakan krisis saat ini telah dibuat oleh pemerintah itu sendiri sebelumnya.
Kekurangan kronis mata uang asing atau devisa dan inflasi yang melonjak telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.
Sri Lanka telah gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya dalam sejarahnya ketika negara itu berjuang dengan krisis keuangan terburuknya dalam lebih dari 70 tahun.
Masa tenggang 30 hari untuk menghasilkan USD78 juta pembayaran bunga utang yang belum dibayar berakhir pada pertengahan Mei 2022.
Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah dipaksa lengser setelah ribuan demonstran yang marah menyerbu Istana Kepresidenan sejak Sabtu malam lalu. Massa juga membakar kediaman perdana menteri.
Seberapa besar sebenarnya utang luar negeri Sri Lanka yang membuat negara itu menjadi kacau?
Mengutip laporan BBC, Sri Lanka sedang berusaha untuk merestrukturisasi utang lebih dari USD50 miliar (lebih dari Rp748 triliun) yang harus dibayar kepada kreditur asing, agar lebih mudah dikelola untuk membayar kembali.
Baca Juga
Perekonomian negara itu telah terpukul keras oleh pandemi COVID-19 dan kenaikan harga energi. Namun, para kritikus mengatakan krisis saat ini telah dibuat oleh pemerintah itu sendiri sebelumnya.
Kekurangan kronis mata uang asing atau devisa dan inflasi yang melonjak telah menyebabkan kekurangan obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya yang parah.
Sri Lanka telah gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya dalam sejarahnya ketika negara itu berjuang dengan krisis keuangan terburuknya dalam lebih dari 70 tahun.
Masa tenggang 30 hari untuk menghasilkan USD78 juta pembayaran bunga utang yang belum dibayar berakhir pada pertengahan Mei 2022.
Lihat Juga :
tulis komentar anda