AS Uji Rudal Hipersonik yang Bermasalah via Bomber B-52H
Selasa, 17 Mei 2022 - 12:16 WIB
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah melakukan uji coba rudal hipersonik yang bermasalah selama akhir pekan. Senjata itu diluncurkan dari pesawat pengebom (bomber) B-52H.
Uji coba senjata canggih itu dilakukan satu bulan setelah Angkatan Udara mengumumkan program tersebut mengalami penundaan karena "anomali uji terbang" sebelumnya.
Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) berhasil dilepaskan dari bomber B-52H di lepas pantai South California pada hari Sabtu dan mencapai kecepatan hipersonik. Demikian pengumuman Angkatan Udara Amerika pada hari Senin, yang dilansir CNN, Selasa (17/5/2022).
Pengumuman itu tanpa merinci lebih lanjut tentang hasilnya, termasuk durasi penerbangan atau ketinggiannya.
“Ini adalah pencapaian besar oleh tim ARRW, untuk perusahaan senjata, dan Angkatan Udara kami,” kata Brigadir Jenderal Heath Collins, pejabat eksekutif program Angkatan Udara untuk senjata.
ARRW adalah senjata hipersonik yang menggunakan roket booster untuk mempercepat rudal hingga kecepatan lebih dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara. Sebuah kendaraan luncur hipersonik kemudian memisahkan diri dari booster dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju sasarannya.
Angkatan Udara telah berjuang dengan pengujian AGM-183A ARRW di masa lalu, dan program tersebut mengalami tiga kegagalan uji terbang sebelum keberhasilan terbaru ini.
Bulan lalu, Angkatan Udara Amerika mengatakan bahwa anomali uji terbang telah mendorong mundur jadwal penyelesaian program senjata. Tes lengkap pertama rudal dan roket booster ditunda hingga sekitar tahun fiskal berikutnya, yang dimulai pada bulan Oktober.
Sehari sebelum tes terbaru ini, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengakui masalah yang dihadapi program ARRW.
“Program ini belum berhasil dalam penelitian dan pengembangan sejauh ini,” kata Kendall kepada Subkomite Alokasi untuk Pertahanan Parlemen.
"Kami ingin melihat bukti keberhasilan sebelum kami membuat keputusan tentang komitmen produksi, jadi kami akan menunggu dan melihat."
Pentagon telah meningkatkan penekanan pada pengembangan senjata hipersonik setelah anggota Parlemen menjadi khawatir bahwa AS tertinggal di belakang program China dan Rusia.
Tahun lalu, China berhasil menguji senjata hipersonik yang mengorbit sebelum mencapai targetnya.
Baru-baru ini, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal di Ukraina.
Pentagon mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan antara 10-12 senjata hipersonik sejak awal invasinya ke Ukraina.
Pada pertengahan Maret, AS berhasil menguji Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC), tetapi tetap diam untuk menghindari meningkatnya ketegangan dengan Rusia saat Presiden Joe Biden akan mengunjungi Eropa.
Uji coba senjata canggih itu dilakukan satu bulan setelah Angkatan Udara mengumumkan program tersebut mengalami penundaan karena "anomali uji terbang" sebelumnya.
Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) berhasil dilepaskan dari bomber B-52H di lepas pantai South California pada hari Sabtu dan mencapai kecepatan hipersonik. Demikian pengumuman Angkatan Udara Amerika pada hari Senin, yang dilansir CNN, Selasa (17/5/2022).
Pengumuman itu tanpa merinci lebih lanjut tentang hasilnya, termasuk durasi penerbangan atau ketinggiannya.
“Ini adalah pencapaian besar oleh tim ARRW, untuk perusahaan senjata, dan Angkatan Udara kami,” kata Brigadir Jenderal Heath Collins, pejabat eksekutif program Angkatan Udara untuk senjata.
ARRW adalah senjata hipersonik yang menggunakan roket booster untuk mempercepat rudal hingga kecepatan lebih dari Mach 5, atau lima kali kecepatan suara. Sebuah kendaraan luncur hipersonik kemudian memisahkan diri dari booster dan meluncur dengan kecepatan tinggi menuju sasarannya.
Angkatan Udara telah berjuang dengan pengujian AGM-183A ARRW di masa lalu, dan program tersebut mengalami tiga kegagalan uji terbang sebelum keberhasilan terbaru ini.
Bulan lalu, Angkatan Udara Amerika mengatakan bahwa anomali uji terbang telah mendorong mundur jadwal penyelesaian program senjata. Tes lengkap pertama rudal dan roket booster ditunda hingga sekitar tahun fiskal berikutnya, yang dimulai pada bulan Oktober.
Sehari sebelum tes terbaru ini, Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall mengakui masalah yang dihadapi program ARRW.
“Program ini belum berhasil dalam penelitian dan pengembangan sejauh ini,” kata Kendall kepada Subkomite Alokasi untuk Pertahanan Parlemen.
"Kami ingin melihat bukti keberhasilan sebelum kami membuat keputusan tentang komitmen produksi, jadi kami akan menunggu dan melihat."
Pentagon telah meningkatkan penekanan pada pengembangan senjata hipersonik setelah anggota Parlemen menjadi khawatir bahwa AS tertinggal di belakang program China dan Rusia.
Tahun lalu, China berhasil menguji senjata hipersonik yang mengorbit sebelum mencapai targetnya.
Baru-baru ini, Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan senjata hipersonik dalam perang ketika meluncurkan rudal Iskander dan Kinzhal di Ukraina.
Pentagon mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan antara 10-12 senjata hipersonik sejak awal invasinya ke Ukraina.
Pada pertengahan Maret, AS berhasil menguji Hypersonic Air-breathing Weapon Concept (HAWC), tetapi tetap diam untuk menghindari meningkatnya ketegangan dengan Rusia saat Presiden Joe Biden akan mengunjungi Eropa.
(min)
tulis komentar anda