Kim Yo-jong, Calon Pengganti yang Bisa Lebih Kejam dari Kim Jong-un

Sabtu, 25 April 2020 - 11:36 WIB
Adik pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Yo-jong. Foto/REUTERS/Jorge Silva/Pool/File Photo
SEOUL - Kim Yo-jong akan diterima sebagai pengganti Kim Jong-un untuk memimpin Korea Utara (Korut) terlepas dari jenis kelaminnya. Penilaian ini disampaikan pakar rezim totaliter Profesor Natasha Lindstaedt.

Kim Yo-jong, 31, adalah adik diktator muda Kim Jong-un. Dia saat ini menjadi wanita paling kuat di negara komunis tersebut.

Lindstaedt mengatakan keluarga Kim sudah dipandang sebagai "dewa" di negara itu, sehingga anggota keluarganya tidak masalah untuk memimpin negara meskipun seorang perempuan.

Kim Jong-un telah dilaporkan sakit setelah menjalani operasi kardiovaskular pada 12 April. Namun, pemerintah maupun media Korea Utara bungkam soal laporan tersebut. (Baca: Media AS: Kim Jong-un dalam Bahaya Besar usai Operasi )



Profesor Lindstaedt memperingatkan bahwa Kim Yo-jong bisa menjadi pemimpin yang lebih kejam daripada kakaknya yang sudah delapan tahun memimpin Korea Utara. Diktator muda Korut saat ini dicitrakan media Barat sebagai pemimpin tertinggi yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada para pembangkang, termasuk anggota keluarganya sendiri.

Kim Jong-un telah beberapa kali membuat Amerika Serikat dan Korea Selatan ketir-ketir dengan uji coba rudal dan senjata nuklir. Apa yang dilakukan pemimpin berusia 36 tahun ini untuk menunjukkan kemampuannya untuk menyerang Amerika dan Korea Selatan.

Kini ada kekhawatiran bahwa adik perempuannya, yang berbagi hasratnya untuk pengembangan senjata, bisa melakukan lebih banyak hal untuk menunjukkan keberaniannya. (Baca: Wanita 'Judes' Korut Ini Disebut Bakal Gantikan Kim Jong-un )

Lindstaedt mengatakan kepada Daily Mirror, Sabtu (25/4/2020), bahwa jenis kelamin tidak akan menjadi penghalang untuk Kim Yo-jong diterima oleh pengawal lama politik sebagai tiran baru yang seperti "dewa". Jika demikian, perempuan itu akan melanjutkan cengkeraman keluarga Kim yang tak terputus pada Korut, yang dimulai oleh Kim Il-sung pada tahun 1948.

"Saya tidak percaya bahwa menjadi seorang perempuan akan melemahkan posisinya jika dia mengambil alih (kekuasaan) sebagai pemimpin," katanya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More