Profil Paul Tibbets dan Charles Sweeney, Pilot Pesawat Bom Hiroshima dan Nagasaki

Selasa, 15 Maret 2022 - 20:59 WIB
Paul Tibbets dan Charles Sweeney. Foto/bomsey-autograph.com
JAKARTA - Tahukah anda tentang profil Paul Tibbets dan Charles Sweeney pilot pesawat bom Hiroshima dan Nagasaki. Amerika Serikat melakukan pengebomam terhadap Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dengan mengirim 2 buah pesawat jenis B-29 superfoster yang membawa bom atom dengan massa 55 ton dari markas Amerika di Filipina. Bomber B-29 dengan nama “Enola Gay” yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. Itu, melepaskan satu bom atom bernama “Little Boy” di Hiroshima yang memiliki radius ledakan sebesar 50 km2.

Tanggal 8 Agustus 1945, Jepang dikejutkan kembali dengan dijatuhkannya bom nuklir berjulukan “Fat Man” dengan massa 150 ton berdaya ledak hingga 100 km2 oleh bomber B-29 bernama “Bock’s Car” yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney.

Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dengan jumlah bahan bakar 64 kg uranium dan menghasilkan daya ledak setara 15 ribu ton TNT. Ledakan ini menghancurkan 11,4 km persegi (4,4 mil persegi) wilayah yang berpenduduk 343.000 jiwa ini. Diketahui, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima berhasil menewaskan ratusan ribu orang. sekitar 70 ribu orang tewas seketika, dan pada akhir tahun jumlah kematian telah melampaui 100 ribu jiwa. Selain itu, lebih dari 67 persen bangunan kota hancur atau rusak.



1. Profil Paul Tibbets

Dilansir dari laman Atomic Heritage, Paul Tibbets lahir 23 Februari 1915. Sebagai seorang kolonel, ia mengemudikan Enola Gay, yang menjatuhkan bom Little Boy di kota Hiroshima, Jepang.

Setelah menerima pelatihan penerbangan dasar di Randolph Field di San Antonio, Texas pada tahun 1937, Tibbets dengan cepat naik pangkat menjadi komandan Skuadron Pengeboman ke-340 dari Grup Pengeboman ke-97. Setelah memimpin misi pengebom berat Amerika yang pertama di Prancis pada Agustus 1942, Tibbets dipilih untuk menerbangkan Mayor Jenderal Mark W. Clark dari Polebook ke Gibraltar dalam persiapan untuk Operasi Torch, invasi sekutu ke Afrika Utara. Beberapa minggu kemudian, Tibbets menerbangkan Panglima Tertinggi Sekutu, Letnan Jenderal Dwight D. Eisenhower, ke Gibraltar. Tibbets dengan cepat mendapatkan reputasi sebagai salah satu pilot terbaik di Angkatan Udara.

Pada Februari 1943, Tibbets kembali ke Amerika Serikat untuk membantu pengembangan pengebom B-29 Superfortress. Pada tanggal 1 September 1944, Tibbets bertemu dengan Lt. Col. John Lansdale, Kapten William S. Parsons, dan Norman F. Ramsey, yang menjelaskan kepadanya tentang Proyek Manhattan.

Tibbets, yang telah mengumpulkan lebih banyak waktu terbang di B-29 daripada pilot lain di Angkatan Udara, dipilih untuk memimpin Grup Komposit ke-509, sebuah organisasi mandiri yang terdiri dari sekitar 1.800 orang yang akan bertanggung jawab untuk menjatuhkan bom atom pertama di Jepang. Dari September 1944 hingga Mei 1945, Tibbets dan 509th Composite Group berlatih secara ekstensif di Pangkalan Angkatan Udara Wendover di Wendover, Utah. Awak pesawat berlatih menjatuhkan bom "dummy" besar yang dimodelkan setelah bentuk dan ukuran bom atom untuk mempersiapkan misi pamungkas mereka di Jepang.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More