Sama-sama Dimusuhi AS, Rusia dan China Umumkan Persahabatan Tanpa Batas
Sabtu, 05 Februari 2022 - 07:18 WIB
China bergabung dengan Rusia dalam menyerukan diakhirinya perluasan NATO dan mendukung permintaannya akan jaminan keamanan dari Barat-masalah di jantung konfrontasi Moskow dengan Amerika Serikat dan sekutunya atas Ukraina.
"Kedua negara menyatakan keprihatinan tentang kemajuan rencana AS untuk mengembangkan pertahanan rudal global dan menyebarkan elemen-elemennya di berbagai wilayah di dunia, dikombinasikan dengan pengembangan kapasitas senjata non-nuklir presisi tinggi untuk melucuti senjata serangan dan tujuan strategis lainnya," lanjut pernyataan bersama Rusia dan China.
Di sisi lain, tanpa menyebut Washington, mereka mengkritik upaya negara-negara tertentu untuk membangun hegemoni global, konfrontasi, dan memaksakan standar demokrasi mereka sendiri.
Dmitri Trenin dari Carnegie Moscow Center mengatakan pernyataan itu menandai evolusi penting dalam hubungan dan membawa kepentingan China-Rusia ke tingkat front bersama untuk melawan tekanan AS terhadap Rusia dan China di Eropa, Asia dan global.
Di kancah teknologi, Rusia dan China menyatakan siap memperkuat kerja sama kecerdasan buatan dan keamanan informasi.
Mereka percaya bahwa setiap upaya untuk membatasi hak kedaulatan mereka untuk mengatur segmen nasional Internet dan memastikan keamanan mereka tidak dapat diterima.
Sementara itu, raksasa energi negara Rusia; Gazprom dan Rosneft, pada hari Jumat menyetujui kesepakatan pasokan gas dan minyak baru dengan Beijing senilai puluhan miliar dolar.
Kesepakatan tersebut memanfaatkan upaya Putin untuk mendiversifikasi ekspor energi Rusia dari Barat, yang dimulai tak lama setelah ia berkuasa pada 1999. Sejak itu Rusia telah menjadi pemasok energi utama China dan mengurangi ketergantungannya pada Barat untuk pendapatan.
Kremlin mengatakan Presiden Putin juga membahas perlunya memperluas perdagangan mata uang nasional karena ketidakpastian seputar penggunaan dolar.
Presiden AS Joe Biden mengatakan perusahaan Rusia dapat terputus dari kemampuan untuk berdagang dalam dolar sebagai bagian dari sanksi jika Rusia menginvasi Ukraina.
"Kedua negara menyatakan keprihatinan tentang kemajuan rencana AS untuk mengembangkan pertahanan rudal global dan menyebarkan elemen-elemennya di berbagai wilayah di dunia, dikombinasikan dengan pengembangan kapasitas senjata non-nuklir presisi tinggi untuk melucuti senjata serangan dan tujuan strategis lainnya," lanjut pernyataan bersama Rusia dan China.
Di sisi lain, tanpa menyebut Washington, mereka mengkritik upaya negara-negara tertentu untuk membangun hegemoni global, konfrontasi, dan memaksakan standar demokrasi mereka sendiri.
Dmitri Trenin dari Carnegie Moscow Center mengatakan pernyataan itu menandai evolusi penting dalam hubungan dan membawa kepentingan China-Rusia ke tingkat front bersama untuk melawan tekanan AS terhadap Rusia dan China di Eropa, Asia dan global.
Di kancah teknologi, Rusia dan China menyatakan siap memperkuat kerja sama kecerdasan buatan dan keamanan informasi.
Mereka percaya bahwa setiap upaya untuk membatasi hak kedaulatan mereka untuk mengatur segmen nasional Internet dan memastikan keamanan mereka tidak dapat diterima.
Sementara itu, raksasa energi negara Rusia; Gazprom dan Rosneft, pada hari Jumat menyetujui kesepakatan pasokan gas dan minyak baru dengan Beijing senilai puluhan miliar dolar.
Kesepakatan tersebut memanfaatkan upaya Putin untuk mendiversifikasi ekspor energi Rusia dari Barat, yang dimulai tak lama setelah ia berkuasa pada 1999. Sejak itu Rusia telah menjadi pemasok energi utama China dan mengurangi ketergantungannya pada Barat untuk pendapatan.
Kremlin mengatakan Presiden Putin juga membahas perlunya memperluas perdagangan mata uang nasional karena ketidakpastian seputar penggunaan dolar.
Presiden AS Joe Biden mengatakan perusahaan Rusia dapat terputus dari kemampuan untuk berdagang dalam dolar sebagai bagian dari sanksi jika Rusia menginvasi Ukraina.
tulis komentar anda