Abbas Telepon Putin, Perlu Kembali ke Jalur Politik untuk Tuntaskan Masalah Palestina
Jum'at, 31 Desember 2021 - 18:33 WIB
RAMALLAH - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin , Kamis (30/12/2021). Demikian dilaporkan kantor berita negara Palestina, WAFA.
Menurut WAFA, percakapan telepon antara kedua pemimpin berfokus pada “perkembangan terbaru dalam perjuangan Palestina, serta cara-cara untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara sahabat dan masyarakat”.
Abbas menegaskan kembali perlunya jalur politik untuk menyelesaikan masalah Palestina “berdasarkan resolusi legitimasi internasional dan perlunya mengadakan pertemuan Komite Kuartet Internasional di tingkat menteri”.
Komite Kuartet Internasional untuk Proses Perdamaian Timur Tengah dibentuk pada tahun 2002 dan mencakup Rusia, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB. Abbas juga menekankan "pentingnya menghentikan praktik pemukiman (ekspansi) sepihak Israel), penyitaan tanah, menghancurkan rumah, mendeportasi warga Palestina dari Yerusalem, menyalahgunakan tahanan, menahan mayat para martir, dan menghentikan terorisme pemukim (Israel).
"Kelanjutan tindakan Israel ini akan menyebabkan situasi meledak," ujar Abbas. Menurut Abbas, tidak adanya jalur politik untuk perjuangan Palestina dan penolakan Israel terhadap solusi dua negara di samping “tercekiknya ekonomi Palestina” tidak akan dibiarkan begitu saja.
Dia bersumpah untuk mengambil keputusan "menentukan" atas tindakan Israel yang disebutkan di atas "terutama karena kita hampir mengadakan pertemuan penting Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina."
“Abbas dan Putin menyetujui kelanjutan kontak antara kedua belah pihak pada semua masalah kepentingan bersama,” sebut laporan WAFA.
Pembicaraan damai antara Palestina dan Israel telah terhenti sejak April 2014, karena penolakan Tel Aviv untuk menghentikan pembangunan pemukiman, membebaskan tahanan Palestina, dan menghindari solusi dua negara.
Menurut WAFA, percakapan telepon antara kedua pemimpin berfokus pada “perkembangan terbaru dalam perjuangan Palestina, serta cara-cara untuk memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara sahabat dan masyarakat”.
Abbas menegaskan kembali perlunya jalur politik untuk menyelesaikan masalah Palestina “berdasarkan resolusi legitimasi internasional dan perlunya mengadakan pertemuan Komite Kuartet Internasional di tingkat menteri”.
Komite Kuartet Internasional untuk Proses Perdamaian Timur Tengah dibentuk pada tahun 2002 dan mencakup Rusia, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB. Abbas juga menekankan "pentingnya menghentikan praktik pemukiman (ekspansi) sepihak Israel), penyitaan tanah, menghancurkan rumah, mendeportasi warga Palestina dari Yerusalem, menyalahgunakan tahanan, menahan mayat para martir, dan menghentikan terorisme pemukim (Israel).
"Kelanjutan tindakan Israel ini akan menyebabkan situasi meledak," ujar Abbas. Menurut Abbas, tidak adanya jalur politik untuk perjuangan Palestina dan penolakan Israel terhadap solusi dua negara di samping “tercekiknya ekonomi Palestina” tidak akan dibiarkan begitu saja.
Dia bersumpah untuk mengambil keputusan "menentukan" atas tindakan Israel yang disebutkan di atas "terutama karena kita hampir mengadakan pertemuan penting Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina."
“Abbas dan Putin menyetujui kelanjutan kontak antara kedua belah pihak pada semua masalah kepentingan bersama,” sebut laporan WAFA.
Pembicaraan damai antara Palestina dan Israel telah terhenti sejak April 2014, karena penolakan Tel Aviv untuk menghentikan pembangunan pemukiman, membebaskan tahanan Palestina, dan menghindari solusi dua negara.
(esn)
tulis komentar anda