Dampak Krisis Corona, Dunia Terancam Kelaparan
Kamis, 23 April 2020 - 06:45 WIB
Ekonom senior WFP, Arif Husain, mengatakan dampak pandemi terhadap ekonomi berpotensi menimbulkan bencana untuk jutaan jiwa "yang sudah berada di ujung tanduk". "Ini adalah pukulan godam bagi jutaan jiwa yang hanya bisa makan jika memperoleh upah," ujar Husain.
Dia mengungkapkan, lockdown dan resesi ekonomi dunia sudah menghancurkan simpanan mereka. “Hanya perlu satu ledakan lagi—seperti Covid-19—untuk mendorong mereka hingga jatuh. Sekarang kita harus bertindak secara kolektif untuk memitigasi dampak bencana dunia ini,” ujar Husai, dilansir BBC.
Awal bulan ini, WFP menyatakan mengurangi bantuan hingga setengah ke sejumlah kawasan Yaman yang dikendalikan pemberontak Houthi akibat krisis pendanaan. Lembaga PBB itu mengakui penyumbang telah menghentikan sumbangan mereka karena khawatir pengantaran bantuan akan dihalangi pemberontak Houthi.
Setiap bulan WFP memberi makanan kepada 12 juta warga Yaman, 80% di antara mereka berada di kawasan yang dikendalikan pasukan Houthi. Yaman mengonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya awal bulan ini. Sejumlah lembaga bantuan mewanti-wanti penyakit itu dapat dengan cepat membuat sistem kesehatan negara itu kewalahan.
Penguatan Sistem Pangan
Krisis pangan juga menjadi perhatian pada pertemuan G-20 Extraordinary Agriculture Ministers Virtual Meeting pada Selasa (21/4), yang digagas pemerintah Arab Saudi. Pertemuan tersebut dipimpin Menteri Lingkungan Hidup, Air, dan Pertanian Arab Saudi Abdulrahman Abdulmochsin Alfadley, diikuti oleh para Menteri Pertanian G-20, dan Perwakilan Organisasi Internasional. Karena pandemi Covid-19, pertemuan ini dilaksanakan melalui video conference.
Dalam pertemuan itu, pandemi Covid-19 dinilai berpotensi menghambat sistem pangan dengan terganggunya rantai pasok. Untuk itu, pemerintah Indonesia menilai setiap negara perlu menjadikan upaya pemulihan dan penguatan sistem pangan sebagai prioritas utama saat ini.
"Pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasokan makanan sehingga terjadi volatilitas harga pangan dan penurunan daya beli di tingkat nasional dan global. Karena itu, prioritas kami adalah untuk memperkuat sistem pangan,’’ kata Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuan tersebut.
Menurut Syahrul, setiap negara G-20 harus melakukan tiga hal dalam memperkuat sistem pangan. Pertama, memprakarsai pemulihan sistem pangan global untuk menjamin produksi pangan yang tinggi, rantai pasok pangan global yang kembali normal, serta perdagangan pangan internasional tanpa hambatan dan sesuai dengan aturan WTO.
Kedua, mendorong investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, juga meningkatkan peran sektor swasta melalui kemitraan public private partnership di bidang pangan dan pertanian. “Terakhir, meningkatkan transfer teknologi dan pengembangan kapasitas, terutama kepada negara-negara yang membutuhkan, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, lockdown dan resesi ekonomi dunia sudah menghancurkan simpanan mereka. “Hanya perlu satu ledakan lagi—seperti Covid-19—untuk mendorong mereka hingga jatuh. Sekarang kita harus bertindak secara kolektif untuk memitigasi dampak bencana dunia ini,” ujar Husai, dilansir BBC.
Awal bulan ini, WFP menyatakan mengurangi bantuan hingga setengah ke sejumlah kawasan Yaman yang dikendalikan pemberontak Houthi akibat krisis pendanaan. Lembaga PBB itu mengakui penyumbang telah menghentikan sumbangan mereka karena khawatir pengantaran bantuan akan dihalangi pemberontak Houthi.
Setiap bulan WFP memberi makanan kepada 12 juta warga Yaman, 80% di antara mereka berada di kawasan yang dikendalikan pasukan Houthi. Yaman mengonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya awal bulan ini. Sejumlah lembaga bantuan mewanti-wanti penyakit itu dapat dengan cepat membuat sistem kesehatan negara itu kewalahan.
Penguatan Sistem Pangan
Krisis pangan juga menjadi perhatian pada pertemuan G-20 Extraordinary Agriculture Ministers Virtual Meeting pada Selasa (21/4), yang digagas pemerintah Arab Saudi. Pertemuan tersebut dipimpin Menteri Lingkungan Hidup, Air, dan Pertanian Arab Saudi Abdulrahman Abdulmochsin Alfadley, diikuti oleh para Menteri Pertanian G-20, dan Perwakilan Organisasi Internasional. Karena pandemi Covid-19, pertemuan ini dilaksanakan melalui video conference.
Dalam pertemuan itu, pandemi Covid-19 dinilai berpotensi menghambat sistem pangan dengan terganggunya rantai pasok. Untuk itu, pemerintah Indonesia menilai setiap negara perlu menjadikan upaya pemulihan dan penguatan sistem pangan sebagai prioritas utama saat ini.
"Pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasokan makanan sehingga terjadi volatilitas harga pangan dan penurunan daya beli di tingkat nasional dan global. Karena itu, prioritas kami adalah untuk memperkuat sistem pangan,’’ kata Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dalam pertemuan tersebut.
Menurut Syahrul, setiap negara G-20 harus melakukan tiga hal dalam memperkuat sistem pangan. Pertama, memprakarsai pemulihan sistem pangan global untuk menjamin produksi pangan yang tinggi, rantai pasok pangan global yang kembali normal, serta perdagangan pangan internasional tanpa hambatan dan sesuai dengan aturan WTO.
Kedua, mendorong investasi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, juga meningkatkan peran sektor swasta melalui kemitraan public private partnership di bidang pangan dan pertanian. “Terakhir, meningkatkan transfer teknologi dan pengembangan kapasitas, terutama kepada negara-negara yang membutuhkan, untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan daya saing,” jelasnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda