MI6 Peringatkan China: Salah Perhitungan Bisa Picu Perang dengan Inggris
Rabu, 01 Desember 2021 - 02:46 WIB
LONDON - Kepala badan intelijen luar negeri Inggris mengatakan bahwa China adalah prioritas terbesarnya. Ia lantas mengeluarkan peringatan bahwa jika Beijing salah perhitungan, itu dapat menyebabkan perang.
Kepala MI6 Richard Moore memberikan pidato publik pertamanya sejak menjadi kepala organisasi itu pada Oktober 2020 pada hari Selasa. Dia mengatakan bahwa China, Rusia, Iran, dan terorisme internasional adalah "empat besar" ancaman yang dihadapi mata-mata Inggris, dengan China mengambil slot prioritas nomor 1.
Moore menyebut China sebagai negara otoriter dengan nilai-nilai yang berbeda dengan Barat. Ia mengatakan Beijing melakukan operasi spionase skala besar terhadap Inggris dan sekutunya, mencoba untuk mendistorsi wacana publik dan pengambilan keputusan politik serta mengekspor teknologi yang memungkinkan jaringan kontrol otoriter di seluruh dunia.
"Beijing percaya propagandanya sendiri tentang kelemahan Barat dan meremehkan tekad Washington," ujar Moore.
"Risiko salah perhitungan China karena terlalu percaya diri adalah nyata," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (1/12/2021).
Moore juga mengatakan pemerintah di Beijing mendukung tindakan berani dan tegas, secara khusus mengutip penolakannya untuk mengakui Taiwan sebagai negara merdeka meskipun berpisah dari China daratan pada 1949.
"Kekuatan militer Beijing yang berkembang dan keinginan partai (Komunis China) untuk menyelesaikan masalah Taiwan, dengan kekerasan jika perlu, juga merupakan tantangan serius bagi stabilitas dan perdamaian global," kata Moore.
Moore mengatakan Inggris juga terus menghadapi ancaman akut dari Rusia. Dia mengatakan Moskow telah mensponsori upaya pembunuhan, seperti meracuni mantan mata-mata Sergei Skripal di Inggris pada 2018, meningkatkan serangan siber dan mengganggu proses demokrasi negara lain.
"Kami dan sekutu serta mitra kami harus berdiri dan menghalangi aktivitas Rusia yang bertentangan dengan sistem berbasis aturan internasional," kata kepala MI6 itu.
"Tidak ada negara di Eropa atau di luar yang harus tergoda untuk berpikir bahwa konsesi yang tidak seimbang ke Rusia membawa perilaku yang lebih baik," ucapnya, mencatat pencaplokan Crimea oleh Rusia tahun 2014 dari Ukraina dan penumpukan pasukan baru-baru ini di dekat perbatasan dengan Ukraina.
Pernyataan Moore ini adalah peringatan terbaru dari pejabat senior Inggris dan NATO yang bertujuan untuk menghalangi serangan lebih lanjut Moskow di Ukraina.
Moore mengatakan Iran juga merupakan ancaman besar dan menggunakan kelompok politik dan militan Hizbullah - "negara di dalam negara" - untuk memicu gejolak politik di negara-negara tetangga.
Baca juga: Rusia Kembangkan Batu Mata-mata ala James Bond yang Pernah Digunakan MI6
Hingga tahun 1992, pemerintah Inggris menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan MI6. Organisasi tersebut secara bertahap menjadi lebih terbuka dalam beberapa tahun terakhir, bahkan mengizinkan penerbitan sejarah resminya meskipun hanya sampai tahun 1949.
MI6 mulai secara terbuka menyebutkan pemimpinnya, yang menggunakan nama kode C, pada 1990-an, dan Moore adalah kepala dinas intelijen pertama yang memiliki akun Twitter.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Kepala MI6 Richard Moore memberikan pidato publik pertamanya sejak menjadi kepala organisasi itu pada Oktober 2020 pada hari Selasa. Dia mengatakan bahwa China, Rusia, Iran, dan terorisme internasional adalah "empat besar" ancaman yang dihadapi mata-mata Inggris, dengan China mengambil slot prioritas nomor 1.
Moore menyebut China sebagai negara otoriter dengan nilai-nilai yang berbeda dengan Barat. Ia mengatakan Beijing melakukan operasi spionase skala besar terhadap Inggris dan sekutunya, mencoba untuk mendistorsi wacana publik dan pengambilan keputusan politik serta mengekspor teknologi yang memungkinkan jaringan kontrol otoriter di seluruh dunia.
"Beijing percaya propagandanya sendiri tentang kelemahan Barat dan meremehkan tekad Washington," ujar Moore.
Baca Juga
"Risiko salah perhitungan China karena terlalu percaya diri adalah nyata," imbuhnya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (1/12/2021).
Moore juga mengatakan pemerintah di Beijing mendukung tindakan berani dan tegas, secara khusus mengutip penolakannya untuk mengakui Taiwan sebagai negara merdeka meskipun berpisah dari China daratan pada 1949.
"Kekuatan militer Beijing yang berkembang dan keinginan partai (Komunis China) untuk menyelesaikan masalah Taiwan, dengan kekerasan jika perlu, juga merupakan tantangan serius bagi stabilitas dan perdamaian global," kata Moore.
Moore mengatakan Inggris juga terus menghadapi ancaman akut dari Rusia. Dia mengatakan Moskow telah mensponsori upaya pembunuhan, seperti meracuni mantan mata-mata Sergei Skripal di Inggris pada 2018, meningkatkan serangan siber dan mengganggu proses demokrasi negara lain.
"Kami dan sekutu serta mitra kami harus berdiri dan menghalangi aktivitas Rusia yang bertentangan dengan sistem berbasis aturan internasional," kata kepala MI6 itu.
"Tidak ada negara di Eropa atau di luar yang harus tergoda untuk berpikir bahwa konsesi yang tidak seimbang ke Rusia membawa perilaku yang lebih baik," ucapnya, mencatat pencaplokan Crimea oleh Rusia tahun 2014 dari Ukraina dan penumpukan pasukan baru-baru ini di dekat perbatasan dengan Ukraina.
Pernyataan Moore ini adalah peringatan terbaru dari pejabat senior Inggris dan NATO yang bertujuan untuk menghalangi serangan lebih lanjut Moskow di Ukraina.
Moore mengatakan Iran juga merupakan ancaman besar dan menggunakan kelompok politik dan militan Hizbullah - "negara di dalam negara" - untuk memicu gejolak politik di negara-negara tetangga.
Baca juga: Rusia Kembangkan Batu Mata-mata ala James Bond yang Pernah Digunakan MI6
Hingga tahun 1992, pemerintah Inggris menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan MI6. Organisasi tersebut secara bertahap menjadi lebih terbuka dalam beberapa tahun terakhir, bahkan mengizinkan penerbitan sejarah resminya meskipun hanya sampai tahun 1949.
MI6 mulai secara terbuka menyebutkan pemimpinnya, yang menggunakan nama kode C, pada 1990-an, dan Moore adalah kepala dinas intelijen pertama yang memiliki akun Twitter.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(ian)
tulis komentar anda