Data Ungkap Adanya Perlambatan Penyebaran Covid-19 di ASEAN
Rabu, 22 April 2020 - 17:44 WIB
Ketika jumlah kematian global akibat Covid-19 melewati angka 170 ribu, tren di negara-negara anggota ASEAN tampaknya melambat. Foto/AA
SINGAPURA - Ketika jumlah kematian global akibat Covid-19 melewati angka 170 ribu, tren di negara-negara anggota ASEAN tampaknya melambat. Negara-negara di ASEAN mencatat 39 kematian akibat virus itu pada Selasa (21/4).
Melansir Anadolu Agency pada Rabu (22/4/2020), jumlah kematian yang tercatat kemarin lebih sedikit dari yang tercatat pada hari Seninn (20/4). Di mana, pada Senin total jumlah kematian akibat virus itu berjumlah 70 jiwa.
Data juga menunjukkan adanya perlambatan penyebaran infeksi di wilayah ASEAN. Di mana, berdasarkan data kemarin tertcatat 1.712 kasus, jauh lebih rendah dibanding data pada Senin dengan 2.055 kasus.
Selain itu, menurut laporan John Hopkins, sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS) yang memantau perkembangan Covid-19 secara global, ada sedikit peningkatan dalam tingkat pengujian Covid-19 yang dilakukan di ASEAN.
"Ada lebih dari 82 ribu tes dilakukan di wilayah itu dalam 24 jam terakhir, dengan perhitungan mencapai 685.594. Ada total 31.818 kasus di wilayah ini," bunyi laporan John Hopkins.
Melansir Anadolu Agency pada Rabu (22/4/2020), jumlah kematian yang tercatat kemarin lebih sedikit dari yang tercatat pada hari Seninn (20/4). Di mana, pada Senin total jumlah kematian akibat virus itu berjumlah 70 jiwa.
Data juga menunjukkan adanya perlambatan penyebaran infeksi di wilayah ASEAN. Di mana, berdasarkan data kemarin tertcatat 1.712 kasus, jauh lebih rendah dibanding data pada Senin dengan 2.055 kasus.
Selain itu, menurut laporan John Hopkins, sebuah lembaga di Amerika Serikat (AS) yang memantau perkembangan Covid-19 secara global, ada sedikit peningkatan dalam tingkat pengujian Covid-19 yang dilakukan di ASEAN.
"Ada lebih dari 82 ribu tes dilakukan di wilayah itu dalam 24 jam terakhir, dengan perhitungan mencapai 685.594. Ada total 31.818 kasus di wilayah ini," bunyi laporan John Hopkins.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda