Tolak Keputusan Pengadilan Tinggi, Demonstran Thailand Tetap Serukan Reformasi Kerajaan
Minggu, 14 November 2021 - 23:10 WIB
BANGKOK - Ratusan pengunjuk rasa Thailand berunjuk rasa di Bangkok pada Minggu (14/11/2021). Mereka menentang keputusan Pengadilan Tinggi yang memutuskan bahwa seruan reformasi kerajaan sama dengan upaya untuk menggulingkan monarki ultra-kuat Thailand.
Mahkamah Konstitusi - yang telah lama dikatakan dipolitisasi - mengumumkan bahwa tiga pemimpin protes terkemuka telah membuat pidato yang "bertujuan untuk menggulingkan monarki konstitusional".
"Kami tidak menggulingkan negara ini. Reformasi adalah untuk membuatnya lebih baik," teriak pemimpin protes Thatchapong Kaedam, seperti dikutip dari AFP.
Para demonstran juga melambaikan plakat yang mengatakan "reformasi tidak sama dengan penggulingan". "Mahkamah Konstitusi sedang merebut kekuasaan dari rakyat," lanjut Kaedam.
Sementara keputusan pengadilan tidak menghasilkan hukuman pidana bagi para pemimpin protes, pengamat mengatakan keputusan itu dapat mengecilkan ruang yang sudah sempit bagi para aktivis yang berkampanye untuk reformasi monarki.
Menentang larangan pertemuan, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di distrik perbelanjaan utama Bangkok untuk menentang keputusan tersebut, memegang tanda-tanda yang mengatakan mereka tidak menginginkan monarki absolut.
Para pengunjuk rasa melemparkan patung hakim Mahkamah Konstitusi dari sebuah jembatan dan kemudian membakarnya. Sementara sekelompok kecil biksu berjubah kunyit melontarkan penghormatan tiga jari untuk demokrasi.
Mahkamah Konstitusi - yang telah lama dikatakan dipolitisasi - mengumumkan bahwa tiga pemimpin protes terkemuka telah membuat pidato yang "bertujuan untuk menggulingkan monarki konstitusional".
"Kami tidak menggulingkan negara ini. Reformasi adalah untuk membuatnya lebih baik," teriak pemimpin protes Thatchapong Kaedam, seperti dikutip dari AFP.
Para demonstran juga melambaikan plakat yang mengatakan "reformasi tidak sama dengan penggulingan". "Mahkamah Konstitusi sedang merebut kekuasaan dari rakyat," lanjut Kaedam.
Sementara keputusan pengadilan tidak menghasilkan hukuman pidana bagi para pemimpin protes, pengamat mengatakan keputusan itu dapat mengecilkan ruang yang sudah sempit bagi para aktivis yang berkampanye untuk reformasi monarki.
Menentang larangan pertemuan, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di distrik perbelanjaan utama Bangkok untuk menentang keputusan tersebut, memegang tanda-tanda yang mengatakan mereka tidak menginginkan monarki absolut.
Para pengunjuk rasa melemparkan patung hakim Mahkamah Konstitusi dari sebuah jembatan dan kemudian membakarnya. Sementara sekelompok kecil biksu berjubah kunyit melontarkan penghormatan tiga jari untuk demokrasi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda