Kasus Kematian George Floyd, Pejabat Tinggi UE Kecam Aksi Rasisme
Kamis, 04 Juni 2020 - 12:44 WIB
BERLIN - Pejabat tinggi kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengecam pembunuhan George Floyd adalah peristiwa yang kejam bagi negara-negara Eropa sama halnya seperti yang dirasakan seluruh warga AS. Borrell juga menggambarkan kematian pria berkulit hitam di tangan polisi tersebut sebagai "penyalahgunaan kekuasaan."
“Kami mengutuk rasisme dalam bentuk apa pun…kami percaya pada kemampuan orang Amerika bersatu untuk menyembuhkan sebagai bangsa” kata Borrell. "Masyarakat harus tetap waspada terhadap penggunaan kekuatan yang berlebihan," kata Borrell kepada wartawan di Brussels, Belgia. (Baca: Walikota Washington: Tak Ada Alasan Gunakan Amunisi pada Demonstran)
Dia menekankan bahwa warga Eropa "mendukung hak untuk protes damai, dan kami juga mengutuk kekerasan dan rasisme dalam bentuk apa pun, dan yang pasti, kami menyerukan untuk mengurangi ketegangan."
Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa protes anti-kebrutalan polisi di Amerika Serikat (AS) adalah hal yang “dapat dimengerti” dan "lebih dari sah." Maas berharap demonstrasi ini akan memicu perubahan. "Saya berharap bahwa protes damai tidak berubah lebih jauh menjadi kekerasan, tetapi lebih dari itu saya berharap mereka akan membuat perubahan di Amerika Serikat," tambahnya.
Inggris juga melihat kekerasan di AS sudah sampai pada tingkat yang bahaya. “Kekerasan sangat berbahaya. Masyarakat harus berdemonstrasi dengan damai,” ujar juru bicara PM Inggris Boris Johnson.
Ketika ditanya apa komentar demonstrasi di AS, terutama ketika Trump menyerukan tentara untuk terjun, PM Kanada Justin Trudeau sempat memberi jeda selama 21 detik. “Kita semua melihat apa yang terjadi di AS. Saatnya mendorong rakyat bersatu,” katanya. Dia menghindari menyebut Trump secara langsung. (Baca juga: Tiga Polisi Minneapolis Didakwa Atas Kematian George Floyd)
Sementara itu, Maas juga menyerukan kebebasan pers bagi wartawan yang meliput aksi protes tersebut. Maas mengatakan, pemerintah Jerman akan menghubungi pihak berwenang AS untuk menyelidiki dugaan pelanggaran terhadap jurnalis DW yang ditembak proyektil ketika sedang meliput. "Setiap kekerasan yang terjadi dalam konteks ini tidak hanya harus dikritik -di atas semua itu harus ditindaklanjuti dan diselidiki sehingga wartawan dilindungi ketika mereka melakukan pekerjaan mereka," kata Maas.
Jurnalis DW Stefan Simons ditembak oleh polisi dalam dua situasi yang berbeda, saat meliput protes menentang rasisme di Minneapolis, AS. Dia mengenakan jaket pers saat kedua insiden tersebut terjadi dan telah mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis. (Andika H Mustaqim)
“Kami mengutuk rasisme dalam bentuk apa pun…kami percaya pada kemampuan orang Amerika bersatu untuk menyembuhkan sebagai bangsa” kata Borrell. "Masyarakat harus tetap waspada terhadap penggunaan kekuatan yang berlebihan," kata Borrell kepada wartawan di Brussels, Belgia. (Baca: Walikota Washington: Tak Ada Alasan Gunakan Amunisi pada Demonstran)
Dia menekankan bahwa warga Eropa "mendukung hak untuk protes damai, dan kami juga mengutuk kekerasan dan rasisme dalam bentuk apa pun, dan yang pasti, kami menyerukan untuk mengurangi ketegangan."
Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan bahwa protes anti-kebrutalan polisi di Amerika Serikat (AS) adalah hal yang “dapat dimengerti” dan "lebih dari sah." Maas berharap demonstrasi ini akan memicu perubahan. "Saya berharap bahwa protes damai tidak berubah lebih jauh menjadi kekerasan, tetapi lebih dari itu saya berharap mereka akan membuat perubahan di Amerika Serikat," tambahnya.
Inggris juga melihat kekerasan di AS sudah sampai pada tingkat yang bahaya. “Kekerasan sangat berbahaya. Masyarakat harus berdemonstrasi dengan damai,” ujar juru bicara PM Inggris Boris Johnson.
Ketika ditanya apa komentar demonstrasi di AS, terutama ketika Trump menyerukan tentara untuk terjun, PM Kanada Justin Trudeau sempat memberi jeda selama 21 detik. “Kita semua melihat apa yang terjadi di AS. Saatnya mendorong rakyat bersatu,” katanya. Dia menghindari menyebut Trump secara langsung. (Baca juga: Tiga Polisi Minneapolis Didakwa Atas Kematian George Floyd)
Sementara itu, Maas juga menyerukan kebebasan pers bagi wartawan yang meliput aksi protes tersebut. Maas mengatakan, pemerintah Jerman akan menghubungi pihak berwenang AS untuk menyelidiki dugaan pelanggaran terhadap jurnalis DW yang ditembak proyektil ketika sedang meliput. "Setiap kekerasan yang terjadi dalam konteks ini tidak hanya harus dikritik -di atas semua itu harus ditindaklanjuti dan diselidiki sehingga wartawan dilindungi ketika mereka melakukan pekerjaan mereka," kata Maas.
Jurnalis DW Stefan Simons ditembak oleh polisi dalam dua situasi yang berbeda, saat meliput protes menentang rasisme di Minneapolis, AS. Dia mengenakan jaket pers saat kedua insiden tersebut terjadi dan telah mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda