Beda dengan Indonesia dan Malaysia, Filipina Dukung Aliansi AUKUS untuk Lawan China

Selasa, 21 September 2021 - 14:19 WIB
Filipina dukung aliansi AUKUS untuk melawan China. Foto/Ilustrasi
MANILA - Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia atau yang disebut AUKUS. Filipina berharap aliansi itu dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik . Pandangan Filipina ini yang sangat kontras dengan beberapa negara tetangganya.

Dikenal sebagai AUKUS, aliansi tersebut akan membuat Australia mendapatkan teknologi kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk merespons pertumbuhan kekuatan China .

“Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya,” ujar Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/9/2021).

Pernyataan Locsin, tertanggal 19 September, berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia, yang membunyikan alarm tentang kapal selam tenaga nuklir di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.





Locsin mengatakan bahwa tanpa kehadiran senjata nuklir yang sebenarnya, langkah AUKUS tidak akan melanggar perjanjian 1995 untuk menjauhkan senjata nuklir dari Asia Tenggara.

Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan, dengan Amerika Serikat - mitra perjanjian pertahanan Filipina - dan sekutu Barat secara teratur melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang ditanggapi dengan kemarahan oleh China.

China melihat mereka sebagai campur tangan pihak luar di perairan yang diklaimnya sebagai miliknya, dalam konflik dengan negara-negara pantai lainnya, seperti Filipina dan Vietnam, yang menuduh China melecehkan para nelayan dan kegiatan energi.

Periode pemulihan hubungan yang singkat hampir berakhir tahun ini, dengan Filipina mengumbar kemarahan tentang kehadiran ratusan "milisi maritim" China yang mengancam di dalam zona ekonomi eksklusifnya.



"Kedekatan melahirkan singkatnya waktu respons; dengan demikian meningkatkan kapasitas militer teman dekat dan sekutu ASEAN untuk menanggapi ancaman terhadap kawasan atau menantang status quo," tambah Locsin, tanpa merinci ancamannya.

“Ini membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kalibrasi itu,” tukasnya.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More