Oman Konfirmasi Aksi Pembajakan Kapal Tanker Asphalt Princess
Rabu, 04 Agustus 2021 - 19:52 WIB
MUSKAT - Otoritas Oman memberikan konfirmasi resmi pertama terkait laporan pembajakan terhadap kapal tanker Asphalt Princess. Laporan ini pertama kali diungkapkan badan perdagangan maritim Inggris .
Tiga pasukan keamanan maritim telah mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa bahwa kapal tanker Asphalt Princess telah dibajak yang diduga dilakukan oleh pasukan yang didukung Iran . Sementara aksi pembajakan ini telah berakhir, Iran membantah tuduhan tersebut.
Pusat Keamanan Maritim Oman mengatakan di Twitter bahwa mereka telah menerima informasi tentang kapal tanker berbendera Panama Asphalt Princess menjadi sasaran insiden pembajakan di perairan internasional di Teluk Oman. Angkatan Laut Oman telah mengerahkan beberapa kapal untuk membantu mengamankan perairan internasional.
“Angkatan Udara Kerajaan Oman sedang melakukan serangan mendadak di dekat daerah itu, dan Angkatan Laut Kerajaan Oman mengerahkan beberapa kapal untuk membantu mengamankan perairan internasional di wilayah tersebut,” tambahnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (4/8/2021).
Pembajakan itu terjadi di sebuah daerah di Laut Arab yang mengarah ke Selat Hormuz, saluran untuk sekitar seperlima dari ekspor minyak dunia yang dibawa melalui laut.
Juru bicara senior angkatan bersenjata Iran, Abolfazl Shekarchi, mengecam laporan insiden maritim dan pembajakan di wilayah Teluk sebagai semacam perang psikologis dan menyiapkan panggung untuk serangan baru yang sembrono.
Ketegangan meningkat di kawasan itu setelah dugaan serangan pesawat tak berawak pekan lalu terhadap sebuah kapal tanker yang dikelola Israel di lepas pantai Oman menewaskan dua awak. Amerika Serikat (AS), Israel dan Inggris menyalahkan Iran atas serangan itu yang kemudian dibantah oleh Teheran.
AS dan Inggris telah mengatakan mereka akan bekerja dengan sekutunya untuk menanggapi serangan di Mercer Street, sebuah kapal tanker produk minyak milik Jepang berbendera Liberia.
Ancaman itu pun ditanggapi Teheran dengan mengatakan akan merespons setiap ancaman terhadap keamanannya.
Ketegangan regional telah memburuk sejak 2018, ketika Washington memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah mengabaikan kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan global.
Tiga pasukan keamanan maritim telah mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa bahwa kapal tanker Asphalt Princess telah dibajak yang diduga dilakukan oleh pasukan yang didukung Iran . Sementara aksi pembajakan ini telah berakhir, Iran membantah tuduhan tersebut.
Pusat Keamanan Maritim Oman mengatakan di Twitter bahwa mereka telah menerima informasi tentang kapal tanker berbendera Panama Asphalt Princess menjadi sasaran insiden pembajakan di perairan internasional di Teluk Oman. Angkatan Laut Oman telah mengerahkan beberapa kapal untuk membantu mengamankan perairan internasional.
“Angkatan Udara Kerajaan Oman sedang melakukan serangan mendadak di dekat daerah itu, dan Angkatan Laut Kerajaan Oman mengerahkan beberapa kapal untuk membantu mengamankan perairan internasional di wilayah tersebut,” tambahnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (4/8/2021).
Pembajakan itu terjadi di sebuah daerah di Laut Arab yang mengarah ke Selat Hormuz, saluran untuk sekitar seperlima dari ekspor minyak dunia yang dibawa melalui laut.
Juru bicara senior angkatan bersenjata Iran, Abolfazl Shekarchi, mengecam laporan insiden maritim dan pembajakan di wilayah Teluk sebagai semacam perang psikologis dan menyiapkan panggung untuk serangan baru yang sembrono.
Ketegangan meningkat di kawasan itu setelah dugaan serangan pesawat tak berawak pekan lalu terhadap sebuah kapal tanker yang dikelola Israel di lepas pantai Oman menewaskan dua awak. Amerika Serikat (AS), Israel dan Inggris menyalahkan Iran atas serangan itu yang kemudian dibantah oleh Teheran.
AS dan Inggris telah mengatakan mereka akan bekerja dengan sekutunya untuk menanggapi serangan di Mercer Street, sebuah kapal tanker produk minyak milik Jepang berbendera Liberia.
Ancaman itu pun ditanggapi Teheran dengan mengatakan akan merespons setiap ancaman terhadap keamanannya.
Ketegangan regional telah memburuk sejak 2018, ketika Washington memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah mengabaikan kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan global.
(ian)
tulis komentar anda