Presiden Rouhani Akhirnya Akui Mossad Israel Curi Arsip Nuklir Iran
Selasa, 03 Agustus 2021 - 15:55 WIB
TEHERAN - Hassan Rouhani , Presiden Iran yang segera lengser, akhirnya mengakui operasi Mossad yang membawa lari arsip rahasia nuklir Teheran ke Israel beberapa tahun lalu.
Konfirmasi itu disampaikannya dalam pidato terakhirnya sebagai presiden hari Senin. Menurutnya, arsip rahasia di sebuah gudang di luar Teheran benar-benar dicuri agen-agen Israel.
“Rahasia yang Zionis datang dan ambil dari dalam [negara], diterbitkan dan ditunjukkan kepada [mantan presiden AS Donald] Trump [yang membawanya] untuk meninggalkan perjanjian [nuklir],” kata Rouhani di hadapan pejabat pemerintah dan disiarkan kantor berita Fars.
Dia melanjutkan dengan menekankan bahwa dia tidak mengomentari apakah dokumen yang dicuri pada tahun 2018 itu asli.
"Kemudian terjadi perang dan musuh menjatuhkan bom pada rakyat kami," kata Rouhani, merujuk pada operasi selanjutnya—yang diduga dilakukan oleh Israel—terhadap program nuklir Iran, serta sanksi yang dilembagakan oleh Trump setelah dia menarik diri dari kesepakatan nuklir pada tahun 2018.
“Alih-alih mengutuk orang yang menjatuhkan bom pada orang-orang, mereka yang berusaha melindungi negara [justru] diserang,” klaim Rouhani yang dilansir Times of Israel, Selasa (3/8/2021).
Dia menambahkan bahwa Iran juga telah kalah dalam perang public relation, dengan melontarkan ratapan: “Media kami tidak dapat mengalahkan konspirasi media Zionis.”
Mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu pada April 2018 mempublikasikan arsip nuklir Iran yang dicuri Mossad. Arsip itu diklaim sebanyak sekitar 110.000 dokumen.
Agen-agen Mossad masuk ke gedung tempat arsip itu disimpan pada bulan Januari tahun yang sama, mengambil file dan disc, dan menyelundupkannya kembali ke Israel pada malam yang sama.
Akuisisi dokumen dan file yang diambil, yang membuktikan bahwa Iran telah bekerja untuk mengembangkan senjata nuklir, dianggap telah menjadi faktor dalam keputusan pemerintahan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir pada Mei tahun itu.
Pada 2019, Netanyahu mengonfirmasi laporan bahwa dia telah memberi tahu Trump tentang rencana Mossad untuk melakukan operasi sebelumnya, serta asumsi bahwa keputusannya untuk mengungkapkan pencurian arsip adalah upaya untuk meyakinkan Amerika Serikat untuk keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
“Saya menyetujui operasi ini dengan keyakinan bahwa mengungkap rencana [Iran] akan membantu membujuk presiden Amerika Serikat untuk meninggalkan perjanjian nuklir berbahaya dengan Iran,” kata Netanyahu saat itu.
“Ketika saya bertemu [Trump] di Davos [pada Januari 2018], saya mengatakan kepadanya bahwa saya berencana mengirim orang-orang kami ke jantung Teheran untuk membawa kembali materi arsip.”
Netanyahu kala itu mengatakan dia “tidak ragu” bahwa operasi dan isi arsip nuklir itu adalah faktor kunci dalam keputusan Trump untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran.
Pemerintahan pengganti Trump, Presiden Joe Biden, telah terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Iran di Wina yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir itu.
Namun, kedua pihak belum membuat kemajuan yang signifikan dan kemungkinan akan menghadapi rintangan tambahan begitu Rouhani digantikan oleh Ebrahim Raisi yang lebih bergaris keras dalam beberapa hari ke depan.
Konfirmasi itu disampaikannya dalam pidato terakhirnya sebagai presiden hari Senin. Menurutnya, arsip rahasia di sebuah gudang di luar Teheran benar-benar dicuri agen-agen Israel.
Baca Juga
“Rahasia yang Zionis datang dan ambil dari dalam [negara], diterbitkan dan ditunjukkan kepada [mantan presiden AS Donald] Trump [yang membawanya] untuk meninggalkan perjanjian [nuklir],” kata Rouhani di hadapan pejabat pemerintah dan disiarkan kantor berita Fars.
Dia melanjutkan dengan menekankan bahwa dia tidak mengomentari apakah dokumen yang dicuri pada tahun 2018 itu asli.
"Kemudian terjadi perang dan musuh menjatuhkan bom pada rakyat kami," kata Rouhani, merujuk pada operasi selanjutnya—yang diduga dilakukan oleh Israel—terhadap program nuklir Iran, serta sanksi yang dilembagakan oleh Trump setelah dia menarik diri dari kesepakatan nuklir pada tahun 2018.
“Alih-alih mengutuk orang yang menjatuhkan bom pada orang-orang, mereka yang berusaha melindungi negara [justru] diserang,” klaim Rouhani yang dilansir Times of Israel, Selasa (3/8/2021).
Dia menambahkan bahwa Iran juga telah kalah dalam perang public relation, dengan melontarkan ratapan: “Media kami tidak dapat mengalahkan konspirasi media Zionis.”
Mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu pada April 2018 mempublikasikan arsip nuklir Iran yang dicuri Mossad. Arsip itu diklaim sebanyak sekitar 110.000 dokumen.
Agen-agen Mossad masuk ke gedung tempat arsip itu disimpan pada bulan Januari tahun yang sama, mengambil file dan disc, dan menyelundupkannya kembali ke Israel pada malam yang sama.
Akuisisi dokumen dan file yang diambil, yang membuktikan bahwa Iran telah bekerja untuk mengembangkan senjata nuklir, dianggap telah menjadi faktor dalam keputusan pemerintahan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir pada Mei tahun itu.
Pada 2019, Netanyahu mengonfirmasi laporan bahwa dia telah memberi tahu Trump tentang rencana Mossad untuk melakukan operasi sebelumnya, serta asumsi bahwa keputusannya untuk mengungkapkan pencurian arsip adalah upaya untuk meyakinkan Amerika Serikat untuk keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
“Saya menyetujui operasi ini dengan keyakinan bahwa mengungkap rencana [Iran] akan membantu membujuk presiden Amerika Serikat untuk meninggalkan perjanjian nuklir berbahaya dengan Iran,” kata Netanyahu saat itu.
“Ketika saya bertemu [Trump] di Davos [pada Januari 2018], saya mengatakan kepadanya bahwa saya berencana mengirim orang-orang kami ke jantung Teheran untuk membawa kembali materi arsip.”
Netanyahu kala itu mengatakan dia “tidak ragu” bahwa operasi dan isi arsip nuklir itu adalah faktor kunci dalam keputusan Trump untuk meninggalkan kesepakatan nuklir Iran.
Pemerintahan pengganti Trump, Presiden Joe Biden, telah terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Iran di Wina yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir itu.
Namun, kedua pihak belum membuat kemajuan yang signifikan dan kemungkinan akan menghadapi rintangan tambahan begitu Rouhani digantikan oleh Ebrahim Raisi yang lebih bergaris keras dalam beberapa hari ke depan.
(min)
tulis komentar anda