Tak Hanya Sistem Rudal Patriot, AS Juga Tarik Ratusan Tentara dari Timur Tengah
Sabtu, 19 Juni 2021 - 23:04 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) secara radikal akan mengurangi sistem senjata dan pasukan di Timur Tengah , sebagian besar di Arab Saudi . Ini dilakukan untuk memfokuskan kembali perhatiannya pada potensi ancaman dari China dan Rusia .
Diyakini Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman dan mengungkapkan perubahan selama panggilan telepon itu.
Menurut pejabat yang telah berbicara dengan The Wall Street Journal (WSJ) delapan baterai antimisil Patriot akan dikeluarkan dari Irak, Kuwait, Yordania dan Arab Saudi, serta Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang terkenal sedang ditarik dari Arab Saudi.
"Personel militer yang ditugaskan untuk jet tempur dan peralatan militer lainnya juga akan dikurangi," pejabat itu menambahkan seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (19/6/2021).
Sistem antimisil Patriot dipindahkan ke Irak pada Januari 2020 setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan udara tempat pasukan AS ditempatkan. AS juga mengirim rudal dan sistem THAAD ke Arab Saudi setelah Iran diduga menargetkan fasilitas minyak di kerajaan.
Para pejabat mengatakan peralatan militer di kawasan itu tidak menghalangi Iran atau kuasanya untuk menyerang target AS di kawasan itu.
“Apa yang Anda lihat adalah penataan kembali sumber daya dengan prioritas strategis,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS.
“Kami masih mempertahankan puluhan ribu pasukan di kawasan itu, kami masih memiliki pasukan di Irak dan Suriah, pasukan itu tidak akan pergi. Kami masih memiliki pangkalan kami di negara-negara mitra Teluk kami, mereka tidak ditutup, masih ada kehadiran substansial, postur substansial di kawasan itu,” kata pejabat itu.
Langkah ini sejalan dengan rencana Presiden AS Joe Biden untuk mengurangi kehadiran AS di Timur Tengah, yang telah menimbulkan kekhawatiran.
Presiden Joe Biden, yang mengambil alih kekuasaan dari mantan Presiden Donald Trump pada Januari, telah berusaha untuk mengurangi ketegangan di Timur Tengah dan para diplomat AS telah terlibat dalam pembicaraan tidak langsung dengan Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.
Para diplomat AS dan Iran terlibat dalam pembicaraan putaran keenam di Wina awal bulan ini ketika Iran mempertimbangkan untuk bergabung kembali dengan perjanjian 2015 yang melarangnya memperoleh senjata nuklir sebagai imbalan atas keringanan sanksi ekonomi AS.
Trump telah secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan memberlakukan apa yang dia sebut "kampanye tekanan maksimum” di Teheran. Menurut para pejabat Biden, kebijakan Trump itu gagal mencapai tujuan dan memiliki efek mempercepat pengembangan nuklir Iran.
Diyakini Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman dan mengungkapkan perubahan selama panggilan telepon itu.
Menurut pejabat yang telah berbicara dengan The Wall Street Journal (WSJ) delapan baterai antimisil Patriot akan dikeluarkan dari Irak, Kuwait, Yordania dan Arab Saudi, serta Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang terkenal sedang ditarik dari Arab Saudi.
"Personel militer yang ditugaskan untuk jet tempur dan peralatan militer lainnya juga akan dikurangi," pejabat itu menambahkan seperti dikutip dari Al Araby, Sabtu (19/6/2021).
Sistem antimisil Patriot dipindahkan ke Irak pada Januari 2020 setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan udara tempat pasukan AS ditempatkan. AS juga mengirim rudal dan sistem THAAD ke Arab Saudi setelah Iran diduga menargetkan fasilitas minyak di kerajaan.
Para pejabat mengatakan peralatan militer di kawasan itu tidak menghalangi Iran atau kuasanya untuk menyerang target AS di kawasan itu.
“Apa yang Anda lihat adalah penataan kembali sumber daya dengan prioritas strategis,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS.
“Kami masih mempertahankan puluhan ribu pasukan di kawasan itu, kami masih memiliki pasukan di Irak dan Suriah, pasukan itu tidak akan pergi. Kami masih memiliki pangkalan kami di negara-negara mitra Teluk kami, mereka tidak ditutup, masih ada kehadiran substansial, postur substansial di kawasan itu,” kata pejabat itu.
Langkah ini sejalan dengan rencana Presiden AS Joe Biden untuk mengurangi kehadiran AS di Timur Tengah, yang telah menimbulkan kekhawatiran.
Presiden Joe Biden, yang mengambil alih kekuasaan dari mantan Presiden Donald Trump pada Januari, telah berusaha untuk mengurangi ketegangan di Timur Tengah dan para diplomat AS telah terlibat dalam pembicaraan tidak langsung dengan Iran tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.
Para diplomat AS dan Iran terlibat dalam pembicaraan putaran keenam di Wina awal bulan ini ketika Iran mempertimbangkan untuk bergabung kembali dengan perjanjian 2015 yang melarangnya memperoleh senjata nuklir sebagai imbalan atas keringanan sanksi ekonomi AS.
Trump telah secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir Iran dan memberlakukan apa yang dia sebut "kampanye tekanan maksimum” di Teheran. Menurut para pejabat Biden, kebijakan Trump itu gagal mencapai tujuan dan memiliki efek mempercepat pengembangan nuklir Iran.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda