Israel Andalkan Iron Dome, Indonesia Miliki Sistem Rudal Canggih NASAMS
Sabtu, 22 Mei 2021 - 13:24 WIB
JAKARTA - Sistem pertahanan rudal Iron Dome jadi buah bibir dunia setelah diklaim mencegat 90 persen dari 4.000 lebih roket Gaza yang ditembakkan ke Israel. Militer Indonesia juga memiliki sistem pertahanan rudal yang canggih bernama Norwegian Advanced Surface to Air Missile System 2 (NASAMS 2).
Iron Dome terdiri dari serangkaian radar pendeteksi dan pelacakan, Battle Management and Weapon Control Centers [Manajemen Pertempuran dan Pusat Kontrol Senjata] dan unit penembakan rudal tak berawak. Unit tersebar, memungkinkan Iron Dome menutupi area maksimum di Israel.
Radar mendeteksi dan melacak beberapa proyektil yang masuk; Sistem Manajemen Pertempuran kemudian menentukan apakah setiap proyektil merupakan ancaman, dan menetapkan satu atau lebih pencegat. Setiap peluncur membawa 20 rudal Tamir yang masing-masing beratnya sekitar 200 pon dan memiliki jangkauan lebih dari 40 kilometer. Harganya diperkirakan masing-masing antara USD20.000 (Rp286 juta) hingga USD100.000 (Rp1,4 miliar).
Iron Dome sebagian besar berhasil mencegah roket Hamas. Tetapi, menurut analisis Forbes, sistem itu ada kelemahannya, yakni memiliki "titik jenuh" yang tinggi tetapi tidak diketahui jumlah maksimum roket yang dapat ditangani pada satu waktu. Jika jumlah itu terlampaui, roket berlebih akan leluasa masuk.
Serangan baru-baru ini dari Gaza tampak seperti upaya untuk membanjiri sistem Iron Dome dengan lebih banyak roket daripada sebelumnya. Analisis lain dari International Business Times mengtakan sistem kerja dari Iron Dome sebenarnya adalah algoritma. Artinya, jika musuh Israel berhasil mengakali atau mengelabuhi algoritma sistem Iron Dome maka itu menjadi titik kelemahannya.
Masalah lain untuk operasional Iron Dome adalah pasokan rudal pencegat Tamir yang terbatas, dan harganya mahal. Belum lagi efek sistem itu di lapangan seperti radiasinya menyebabkan kanker pada operator.
Hamas sendiri dilaporkan telah menimbun ribuan roket dan senjata lainnya. Terkadang Iron Dome meluncurkan dua rudal melawan satu roket untuk memastikan intersepsi berhasil. Jika senjata pertahanan Israel itu kehabisan rudal pencegat, korban bisa meningkat dengan cepat. Ini dapat memotivasi tindakan militer Israel untuk melawan peluncur roket musuh.
Menurut studi tahun 2016 oleh RAND Corporation, efektivitas Iron Dome bahkan mungkin menjadi kelemahan strategis. Karena serangan roket Hamas menyebabkan kerusakan yang sangat kecil, setiap tanggapan militer Israel dipandang tidak proporsional dan kasar.
Iron Dome terdiri dari serangkaian radar pendeteksi dan pelacakan, Battle Management and Weapon Control Centers [Manajemen Pertempuran dan Pusat Kontrol Senjata] dan unit penembakan rudal tak berawak. Unit tersebar, memungkinkan Iron Dome menutupi area maksimum di Israel.
Radar mendeteksi dan melacak beberapa proyektil yang masuk; Sistem Manajemen Pertempuran kemudian menentukan apakah setiap proyektil merupakan ancaman, dan menetapkan satu atau lebih pencegat. Setiap peluncur membawa 20 rudal Tamir yang masing-masing beratnya sekitar 200 pon dan memiliki jangkauan lebih dari 40 kilometer. Harganya diperkirakan masing-masing antara USD20.000 (Rp286 juta) hingga USD100.000 (Rp1,4 miliar).
Iron Dome sebagian besar berhasil mencegah roket Hamas. Tetapi, menurut analisis Forbes, sistem itu ada kelemahannya, yakni memiliki "titik jenuh" yang tinggi tetapi tidak diketahui jumlah maksimum roket yang dapat ditangani pada satu waktu. Jika jumlah itu terlampaui, roket berlebih akan leluasa masuk.
Serangan baru-baru ini dari Gaza tampak seperti upaya untuk membanjiri sistem Iron Dome dengan lebih banyak roket daripada sebelumnya. Analisis lain dari International Business Times mengtakan sistem kerja dari Iron Dome sebenarnya adalah algoritma. Artinya, jika musuh Israel berhasil mengakali atau mengelabuhi algoritma sistem Iron Dome maka itu menjadi titik kelemahannya.
Masalah lain untuk operasional Iron Dome adalah pasokan rudal pencegat Tamir yang terbatas, dan harganya mahal. Belum lagi efek sistem itu di lapangan seperti radiasinya menyebabkan kanker pada operator.
Hamas sendiri dilaporkan telah menimbun ribuan roket dan senjata lainnya. Terkadang Iron Dome meluncurkan dua rudal melawan satu roket untuk memastikan intersepsi berhasil. Jika senjata pertahanan Israel itu kehabisan rudal pencegat, korban bisa meningkat dengan cepat. Ini dapat memotivasi tindakan militer Israel untuk melawan peluncur roket musuh.
Menurut studi tahun 2016 oleh RAND Corporation, efektivitas Iron Dome bahkan mungkin menjadi kelemahan strategis. Karena serangan roket Hamas menyebabkan kerusakan yang sangat kecil, setiap tanggapan militer Israel dipandang tidak proporsional dan kasar.
tulis komentar anda