Sambut Pemilu Pertama, Kaum Muda Palestina Tuntut Adanya Reformasi
Selasa, 13 April 2021 - 04:30 WIB
RAMALLAH - Menghadapi pemilihan umum (pemilu) pertama yang akan mereka jalani, kaum muda Palestina menuntut adanya reformasi dalam pemilihan parlemen dan presiden tahun ini. Palestina akan memulai pemilu pertama mereka dalam 15 tahun pada akhir Mei mendatang.
Awalnya, banyak yang skeptis tentang apakah pemilu Palestina akan berlangsung setelah diumumkan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada Januari silam. Banyak yang melihat waktu tersebut sebagai upaya untuk mengatur ulang hubungan dengan Washington di bawah Presiden Joe Biden.
Ini juga dinilai sebagai tanggapan yang telah lama tertunda terhadap kritik terhadap legitimasi Abbas, mengingat dia terpilih pada tahun 2005 dan telah memerintah selama lebih dari satu dekade sejak mandatnya berakhir.
Pemilihan parlemen yang akan digelar pada 22 Mei bergerak selangkah lebih dekat ke kenyataan pekan lalu, ketika partai-partai utama, yakni Fatah dan Hamas, mendaftarkan calon mereka.
Tapi, kondisi itu seolah dilemparkan ke dalam kekacauan oleh perpecahan internal Fatah, ketika pemimpin Tepi Barat yang dipenjara Marwan Barghouti dan keponakan Yasser Arafat, Nasser al-Qudwa mendaftarkan calon saingan dalam tantangan langsung kepada pemimpin mereka.
Keduanya berusia enam puluhan, tetapi masih satu generasi lebih muda dari Abbas yang saat ini sudah berusia 85 tahun. Kamu muda Palestina mengatakan, stagnasi proses demokrasi telah meminggirkan generasi mereka dalam masyarakat, di mana lebih dari setengah dari 5,2 juta penduduk Palestina berusia di bawah 29 tahun.
Tidak ada warga Palestina di bawah 34 tahun yang pernah memberikan suara dalam pemilihan nasional dan tidak ada pemilihan yang dilakukan di era media sosial, pemungutan suara parlemen terakhir dilakukan pada Januari 2006.
Awalnya, banyak yang skeptis tentang apakah pemilu Palestina akan berlangsung setelah diumumkan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada Januari silam. Banyak yang melihat waktu tersebut sebagai upaya untuk mengatur ulang hubungan dengan Washington di bawah Presiden Joe Biden.
Ini juga dinilai sebagai tanggapan yang telah lama tertunda terhadap kritik terhadap legitimasi Abbas, mengingat dia terpilih pada tahun 2005 dan telah memerintah selama lebih dari satu dekade sejak mandatnya berakhir.
Pemilihan parlemen yang akan digelar pada 22 Mei bergerak selangkah lebih dekat ke kenyataan pekan lalu, ketika partai-partai utama, yakni Fatah dan Hamas, mendaftarkan calon mereka.
Tapi, kondisi itu seolah dilemparkan ke dalam kekacauan oleh perpecahan internal Fatah, ketika pemimpin Tepi Barat yang dipenjara Marwan Barghouti dan keponakan Yasser Arafat, Nasser al-Qudwa mendaftarkan calon saingan dalam tantangan langsung kepada pemimpin mereka.
Keduanya berusia enam puluhan, tetapi masih satu generasi lebih muda dari Abbas yang saat ini sudah berusia 85 tahun. Kamu muda Palestina mengatakan, stagnasi proses demokrasi telah meminggirkan generasi mereka dalam masyarakat, di mana lebih dari setengah dari 5,2 juta penduduk Palestina berusia di bawah 29 tahun.
Tidak ada warga Palestina di bawah 34 tahun yang pernah memberikan suara dalam pemilihan nasional dan tidak ada pemilihan yang dilakukan di era media sosial, pemungutan suara parlemen terakhir dilakukan pada Januari 2006.
tulis komentar anda