Rusia: Sanksi Myanmar oleh Barat Bisa Picu Perang Saudara Skala Penuh

Rabu, 07 April 2021 - 04:02 WIB
Sekitar 570 orang, termasuk puluhan anak-anak, telah ditembak mati oleh pasukan dan polisi dalam kerusuhan yang terjadi hampir setiap hari sejak kudeta.

“Pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang,” ungkap kelompok advokasi Asosiasi Tahanan Politik (AAPP).

Di antara mereka yang ditahan adalah Suu Kyi, politikus paling populer di Myanmar, dan para tokoh Liga Nasional untuk Demokrasi, yang mengalahkan para kandidat yang didukung militer dalam pemilu November.

Namun, Rusia mengatakan sanksi terhadap pihak berwenang itu sia-sia dan sangat berbahaya.

“Faktanya, garis seperti itu berkontribusi untuk mengadu domba pihak satu sama lainnya dan, pada akhirnya, mendorong rakyat Myanmar menuju konflik sipil skala penuh,” papar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, dikutip kantor berita Interfax.

Rusia adalah pemasok senjata utama ke Myanmar dan wakil menteri pertahanan Rusia bertemu pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing di ibu kota Naypyitaw bulan lalu.

Langkah Rusia itu menuai kritik dari aktivis hak asasi yang menuduh Moskow melegitimasi junta.

“Uni Eropa sedang bersiap menjatuhkan sanksi kolektif pada militer Myanmar yang menargetkan kepentingan bisnisnya,” ujar Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian di Paris.

"Kami akan menambahkan sanksi ekonomi di tingkat 27 (negara UE) terhadap entitas ekonomi yang terkait tentara sehingga (sanksi) dapat diterapkan dengan sangat cepat," papar Le Drian kepada anggota parlemen.

Uni Eropa bulan lalu menjatuhkan sanksi pada sejumlah tokoh yang terkait dengan kudeta dan penindasan berikutnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More