Dituduh sebagai Agen Mossad, Profesor Ini Hampir Mati di Penjara Iran
Jum'at, 19 Maret 2021 - 08:49 WIB
Dia kemudian dinyatakan bersalah karena menyampaikan informasi tentang dua ilmuwan nuklir Iran ke badan intelijen Israel; Mossad, yang menyebabkan pembunuhan mereka. Profesor itu kemudian dijatuhi hukuman mati pada tahun 2017 atas tuduhan spionase.
Djalali mengeklaim dia dihukum karena menolak jadi mata-mata untuk Iran saat bekerja di Eropa.
"Tuduhan terhadapnya sama sekali tidak berdasar dan dia harus diizinkan kembali ke keluarganya di Swedia secepat mungkin," kata para pakar HAM PBB.
Mereka sebenarnya telah menyuarakan peringatan akan kondisi seperti itu pada bulan November, ketika profesor itu tiba-tiba dibawa ke sel isolasi, menimbulkan kekhawatiran bahwa eksekusinya akan segera terjadi.
"Perlakuan kejam dan tidak manusiawi oleh pihak berwenang, (telah) menimbulkan kekhawatiran bahwa—bahkan jika dia tidak dieksekusi—dia mungkin akan segera mati dalam penahanan," imbuh para pakar tersebut.
Para pakar mengatakan petugas penjara menyinari sel kecil Djalali 24 jam sehari untuk membuatnya tidak bisa tidur.
Pada saat yang sama, mereka memperingatkan, masalah medis telah mencegahnya makan dengan benar."Yang mengakibatkan penurunan berat badan secara dramatis," kata mereka.
Djalali, lanjut mereka, sekarang dilaporkan dalam kondisi yang sangat buruk sehingga dia mengalami kesulitan berbicara. "Kami terkejut dan tertekan oleh penganiayaan kejam (terhadapnya)."
Djalali mengeklaim dia dihukum karena menolak jadi mata-mata untuk Iran saat bekerja di Eropa.
"Tuduhan terhadapnya sama sekali tidak berdasar dan dia harus diizinkan kembali ke keluarganya di Swedia secepat mungkin," kata para pakar HAM PBB.
Mereka sebenarnya telah menyuarakan peringatan akan kondisi seperti itu pada bulan November, ketika profesor itu tiba-tiba dibawa ke sel isolasi, menimbulkan kekhawatiran bahwa eksekusinya akan segera terjadi.
"Perlakuan kejam dan tidak manusiawi oleh pihak berwenang, (telah) menimbulkan kekhawatiran bahwa—bahkan jika dia tidak dieksekusi—dia mungkin akan segera mati dalam penahanan," imbuh para pakar tersebut.
Para pakar mengatakan petugas penjara menyinari sel kecil Djalali 24 jam sehari untuk membuatnya tidak bisa tidur.
Pada saat yang sama, mereka memperingatkan, masalah medis telah mencegahnya makan dengan benar."Yang mengakibatkan penurunan berat badan secara dramatis," kata mereka.
Djalali, lanjut mereka, sekarang dilaporkan dalam kondisi yang sangat buruk sehingga dia mengalami kesulitan berbicara. "Kami terkejut dan tertekan oleh penganiayaan kejam (terhadapnya)."
(min)
tulis komentar anda