Horornya Yangon Jadi Medan Perang, Sudah 200 Lebih Tewas di Myanmar

Rabu, 17 Maret 2021 - 17:43 WIB
Pengunjuk rasa antikudeta garis keras berkemah di jembatan yang menuju ke jalan utama kota pada Selasa malam, mengenakan helm, masker gas, dan membawa perisai.

Mereka juga mendirikan barikade yang terbuat dari ban, kayu, karung pasir dan tiang bambu.

Beberapa dari barikade itu dibakar, menyebabkan asap hitam tebal membubung di atas jalan-jalan yang sebagian besar sepi.

Beberapa pengunjuk rasa melemparkan bom bensin ke pasukan keamanan, tetapi sebaliknya tampak tidak berdaya saat mereka bersembunyi di balik perisai darurat.

Di daerah pemukiman di kota tetangga, rekaman video yang diverifikasi oleh AFP menunjukkan ada tembakan tanpa henti selama sekitar 15 detik.

Informasi tentang penangkapan dan kekerasan telah mengalir keluar dari daerah konflik di media sosial—aliran melambat karena pembatasan data seluler oleh junta.

Sebagian besar warga Myanmar belum dapat menggunakan internet seluler mereka sejak Senin dini hari.

Negara ini juga diberlakukan penutupan internet setiap malam selama delapan jam.

Lebih dari 200 orang tewas dalam kerusuhan antikudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik—sebuah kelompok pemantau lokal.

Tetapi pengunjuk rasa terus turun ke jalan pada hari Rabu, di mana media lokal menyiarkan gambar orang-orang yang berbaris melalui Hpakant utara dan wilayah Sagaing tengah.

Di kota terbesar kedua di negara itu, Mandalay, para biksu berjubah jingga berbaris bersama para demonstran yang membawa bendera merah partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Aung San Suu Kyi. NLD inilah partai pemenang pemilu November 2020 yang kemudian dikudeta junta militer pada 1 Februari 2021.

PBB pada hari Selasa kembali mengutuk kematian di Myanmar, dan menambahkan bahwa pihaknya khawatir tentang laporan penyiksaan dan kematian mereka yang ditahan.

"Jumlah korban tewas melonjak selama sepekan terakhir di Myanmar, di mana pasukan keamanan telah menggunakan kekuatan mematikan secara agresif terhadap pengunjuk rasa damai," kata juru bicara kantor HAM PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan.

"Laporan penyiksaan yang sangat menyedihkan di dalam tahanan juga telah muncul."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More