China Bantah Tutupi Angka Kematian Akibat Corona
Jum'at, 17 April 2020 - 23:15 WIB
BEIJING - Pemerintah China menyangkal telah menutup-nutupi korban meninggal akibat pandemi Corona di tengah meningkatnya angka kematian hingga 50% di Wuhan, kota di mana pandemi virus Corona dimulai.
Gugus tugas pemerintah China di daerah Wuhan menambahkan 1.290 kematian pada data korban kota itu, menjadikan jumlah yang dikonfirmasi menjadi 3.869 dari 2.579 yang dilaporkan sebelumnya.
Mengutip jumlah pasien yang telah meninggal di rumah sebelum mencapai rumah sakit, serta pelaporan yang terlambat dan tidak akurat, gugus tugas untuk pencegahan dan pengendalian virus di Wuhan mengatakan: "Setiap kehilangan nyawa selama epidemi bukan hanya sumber kesedihan karena mereka keluarga, tetapi untuk kota juga. Kami ingin mengirimkan simpati tulus kami kepada keluarga," seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/4/2020).
Revisi itu muncul setelah berminggu-minggu munculnya keraguan atas angka-angka yang dilaporkan secara resmi. Pejabat mengatakan revisi itu adalah hasil dari pelaporan yang salah atau tertunda dan bukan karena informasi telah ditutup-tutupi.
"Para pekerja medis di beberapa fasilitas mungkin disibukkan dengan menyelamatkan nyawa dan di sana ada pelaporan yang tertunda, kurang dilaporkan atau salah dilaporkan, tetapi tidak pernah ada yang ditutup-tutupi dan kami tidak mengizinkan ditutup-tutupi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.
China dihujani kritik karena dianggap menutup-nutupi informasi awal tentang wabah tersebut. Pada hari Kamis, pemimpin China Xi Jinping melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik China karena tidak berbagi data lebih cepat.
Tanpa merujuk langsung ke Gedung Putih, Jinping mengatakan politisasi pandemi itu merugikan kerja sama internasional, menurut kantor berita pemerintah Xinhua. Xinhua juga melaporkan bahwa presiden Rusia mengatakan upaya beberapa orang untuk mencoreng China tidak dapat diterima.
Washington telah mengatakan sedang menyelidiki asal-usul virus Corona, termasuk kemungkinan virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan, dekat dengan pasar makanan laut di mana kelompok kasus pertama dilaporkan.
"Saya ingin mengingatkan Anda bahwa WHO telah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan virus itu dibuat di laboratorium. Banyak spesialis medis terkenal di dunia juga menyanggah teori 'kebocoran lab' karena tidak berbasis sains sama sekali," kata Zhao.
Gugus tugas pemerintah China di daerah Wuhan menambahkan 1.290 kematian pada data korban kota itu, menjadikan jumlah yang dikonfirmasi menjadi 3.869 dari 2.579 yang dilaporkan sebelumnya.
Mengutip jumlah pasien yang telah meninggal di rumah sebelum mencapai rumah sakit, serta pelaporan yang terlambat dan tidak akurat, gugus tugas untuk pencegahan dan pengendalian virus di Wuhan mengatakan: "Setiap kehilangan nyawa selama epidemi bukan hanya sumber kesedihan karena mereka keluarga, tetapi untuk kota juga. Kami ingin mengirimkan simpati tulus kami kepada keluarga," seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/4/2020).
Revisi itu muncul setelah berminggu-minggu munculnya keraguan atas angka-angka yang dilaporkan secara resmi. Pejabat mengatakan revisi itu adalah hasil dari pelaporan yang salah atau tertunda dan bukan karena informasi telah ditutup-tutupi.
"Para pekerja medis di beberapa fasilitas mungkin disibukkan dengan menyelamatkan nyawa dan di sana ada pelaporan yang tertunda, kurang dilaporkan atau salah dilaporkan, tetapi tidak pernah ada yang ditutup-tutupi dan kami tidak mengizinkan ditutup-tutupi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian.
China dihujani kritik karena dianggap menutup-nutupi informasi awal tentang wabah tersebut. Pada hari Kamis, pemimpin China Xi Jinping melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik China karena tidak berbagi data lebih cepat.
Tanpa merujuk langsung ke Gedung Putih, Jinping mengatakan politisasi pandemi itu merugikan kerja sama internasional, menurut kantor berita pemerintah Xinhua. Xinhua juga melaporkan bahwa presiden Rusia mengatakan upaya beberapa orang untuk mencoreng China tidak dapat diterima.
Washington telah mengatakan sedang menyelidiki asal-usul virus Corona, termasuk kemungkinan virus itu lolos dari laboratorium di Wuhan, dekat dengan pasar makanan laut di mana kelompok kasus pertama dilaporkan.
"Saya ingin mengingatkan Anda bahwa WHO telah berulang kali menyatakan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan virus itu dibuat di laboratorium. Banyak spesialis medis terkenal di dunia juga menyanggah teori 'kebocoran lab' karena tidak berbasis sains sama sekali," kata Zhao.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda