AS Tambahkan Lebih dari 100 Perusahaan China dan Rusia ke Daftar Militer
Selasa, 22 Desember 2020 - 14:57 WIB
WASHINGTON - Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) telah menambahkan lebih dari 100 perusahaan Rusia dan China ke daftar baru entitas yang diduga memiliki hubungan dengan militer negara tersebut. Keputusan ini akan membatasi akses ke barang dan teknologi AS.
Daftar tersebut mengidentifikasi 45 perusahaan Rusia dan 58 China sebagai apa yang disebut sebagai pengguna akhir militer. Ini mengharuskan perusahaan AS untuk mendapatkan lisensi untuk menjual barang ke perusahaan tersebut, yang kemungkinan besar akan ditolak daripada diberikan.
"Departemen mengakui pentingnya memanfaatkan kemitraannya dengan AS dan perusahaan global untuk memerangi upaya China dan Rusia untuk mengalihkan teknologi AS untuk program militer mereka yang tidak stabil," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Radio Free Europe, Selasa (22/12/2020).
Di bawah definisi yang diperluas dari pengguna akhir militer yang dikembangkan awal tahun ini, kategori tersebut melampaui dinas bersenjata dan polisi nasional untuk memasukkan setiap orang atau entitas yang mendukung atau berkontribusi pada pemeliharaan atau produksi barang-barang militer.
Entitas dalam daftar tersebut termasuk tujuh anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC), Foreign Intelligence Service (SVR) Rusia, perusahaan penerbangan Rusia Sukhoi, dan Admiralty Shipyard.(Baca juga: Putin Puji Intelijen Rusia Meski Dituduh Dalangi Serangan Siber pada AS )
Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah Departemen Perdagangan AS menambahkan lusinan perusahaan China, termasuk pembuat chip teratas negara itu, ke daftar hitam perdagangan. Ketegangan antara Washington dan Beijing tetap tinggi terkait berbagai masalah.
Ketegangan juga meningkat dengan Rusia atas dugaan perannya dalam serangan dunia maya besar-besaran terhadap pemerintah AS dan perusahaan-perusahaan top.(Baca juga: Sunburst, Serangan Siber Terburuk yang Pernah Melanda AS )
Daftar tersebut mengidentifikasi 45 perusahaan Rusia dan 58 China sebagai apa yang disebut sebagai pengguna akhir militer. Ini mengharuskan perusahaan AS untuk mendapatkan lisensi untuk menjual barang ke perusahaan tersebut, yang kemungkinan besar akan ditolak daripada diberikan.
"Departemen mengakui pentingnya memanfaatkan kemitraannya dengan AS dan perusahaan global untuk memerangi upaya China dan Rusia untuk mengalihkan teknologi AS untuk program militer mereka yang tidak stabil," kata Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Radio Free Europe, Selasa (22/12/2020).
Di bawah definisi yang diperluas dari pengguna akhir militer yang dikembangkan awal tahun ini, kategori tersebut melampaui dinas bersenjata dan polisi nasional untuk memasukkan setiap orang atau entitas yang mendukung atau berkontribusi pada pemeliharaan atau produksi barang-barang militer.
Entitas dalam daftar tersebut termasuk tujuh anak perusahaan Aviation Industry Corporation of China (AVIC), Foreign Intelligence Service (SVR) Rusia, perusahaan penerbangan Rusia Sukhoi, dan Admiralty Shipyard.(Baca juga: Putin Puji Intelijen Rusia Meski Dituduh Dalangi Serangan Siber pada AS )
Langkah itu dilakukan beberapa hari setelah Departemen Perdagangan AS menambahkan lusinan perusahaan China, termasuk pembuat chip teratas negara itu, ke daftar hitam perdagangan. Ketegangan antara Washington dan Beijing tetap tinggi terkait berbagai masalah.
Ketegangan juga meningkat dengan Rusia atas dugaan perannya dalam serangan dunia maya besar-besaran terhadap pemerintah AS dan perusahaan-perusahaan top.(Baca juga: Sunburst, Serangan Siber Terburuk yang Pernah Melanda AS )
(ber)
tulis komentar anda