Kembali ke Perjanjian Nuklir Iran, Biden Siapkan Tuntutan Baru
Rabu, 02 Desember 2020 - 23:37 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Joe Biden , dilaporkan telah mempersiapkan tuntutan baru kepada Iran jika ingin Washington kembali ke kesepakatan nuklir dan mencabut sanksi . Demikian laporan The New York Times (NYT).
NYT melaporkan pemerintahan Biden akan berusaha untuk memperpanjang durasi pembatasan produksi bahan fisil Iran yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir dalam putaran baru negosiasi.
"Iran juga harus mengatasi aktivitas regional yang 'merusak' melalui proksi di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman dalam pembicaraan yang harus menyertakan tetangga Arabnya seperti Arab Saudi," bunyi laporan itu yang dikutip Al Arabiya, Rabu (2/12/2020).
Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 dan telah menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap musuh bebuyutan AS itu.
Biden, yang mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden bulan lalu, selama kampanye mengatakan bahwa dia bermaksud menawarkan Iran jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi.
Dalam wawancara Times yang diterbitkan pada hari Rabu, presiden AS yang akan datang itu berdiri dengan pandangan tersebut, dengan mengatakan: "Ini akan sulit, tapi ya."
"Lihat, ada banyak pembicaraan tentang rudal presisi dan semua hal lain yang mengganggu kestabilan kawasan," kata Biden.(Baca juga: Analis: Biden Harus Hadapi Ancaman Lama dan Baru di Irak untuk 'Hadang' Iran )
Namun, dia menambahkan: "Cara terbaik untuk mencapai stabilitas di kawasan adalah dengan berurusan dengan program nuklir."
Biden memperingatkan bahwa jika Iran memperoleh bom, itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.
NYT melaporkan pemerintahan Biden akan berusaha untuk memperpanjang durasi pembatasan produksi bahan fisil Iran yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir dalam putaran baru negosiasi.
"Iran juga harus mengatasi aktivitas regional yang 'merusak' melalui proksi di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman dalam pembicaraan yang harus menyertakan tetangga Arabnya seperti Arab Saudi," bunyi laporan itu yang dikutip Al Arabiya, Rabu (2/12/2020).
Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 dan telah menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap musuh bebuyutan AS itu.
Biden, yang mengalahkan Trump dalam pemilihan presiden bulan lalu, selama kampanye mengatakan bahwa dia bermaksud menawarkan Iran jalan yang kredibel untuk kembali ke diplomasi.
Dalam wawancara Times yang diterbitkan pada hari Rabu, presiden AS yang akan datang itu berdiri dengan pandangan tersebut, dengan mengatakan: "Ini akan sulit, tapi ya."
"Lihat, ada banyak pembicaraan tentang rudal presisi dan semua hal lain yang mengganggu kestabilan kawasan," kata Biden.(Baca juga: Analis: Biden Harus Hadapi Ancaman Lama dan Baru di Irak untuk 'Hadang' Iran )
Namun, dia menambahkan: "Cara terbaik untuk mencapai stabilitas di kawasan adalah dengan berurusan dengan program nuklir."
Biden memperingatkan bahwa jika Iran memperoleh bom, itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda