November, Bulan Penuh Sejarah dan Makna untuk Palestina
Selasa, 24 November 2020 - 01:30 WIB
JAKARTA - November menjadi bulan yang penting dan penuh makna bagi Palestina . Setidaknya ada tiga kejadian atau hal penting yang berpengaruh besar terhadap Palestina, yang terjadi di bulan November.
Menurut keterangan Kedutaan Besar Palestina di Jakarta yang diterima Sindonews, peristiwa pertama adalah Deklarasi Balfour pada 2 November 1917, yang merupakan dasar dari pembentukan Israel. Deklarasi ini diumumkan oleh pemerintah Inggris di tengah-tengah Perang Dunia I, di mana deklarasi ini berisi dukungan atas pembentukan "rumah nasional" untuk warga Yahudi di tanah Palestina.
(Baca: Mengingat Perjuangan Palestina untuk Pengakuan Kemerdekaan RI )
"Pada 100 tahun Deklarasi Balfour yang tercela ini, kami sekali lagi menyerukan perlindungan internasional bagi rakyat kami, untuk penegakan resolusi PBB dan untuk adopsi tindakan oleh semua negara sesuai dengan kewajiban internasional mereka untuk membantu mengantar dan mengakhiri penjajahan dan pendudukan Israel di tanah kami," kata kedubes Palestina.
Peristiwa kedua adalah kematian Yasser Arafat, di mana mantan pemimpin Palestina itu meninggal dunia pada 11 November 2004. Palestina menyebut Israel adalah pihak yang membunuh Arafat.
"Israel sebagai tersangka pertama, fundamental dan satu-satunya dalam pembunuhan Yasser Arafat. Pemimpin Palestina itu diracuni sampai mati dengan radioaktif polonium," ungkapnya.
(Baca: Hari Anak Sedunia: Ratusan Anak Palestina Ditahan Israel )
Ketiga adalah deklarasi kemerdekaan Palestina oleh Dewan Nasional Palestina, sebagai bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 15 November tahun 1988. Deklarasi ini diprakarsai oleh Arafat, yang saat itu tengah berada di pengasingan di Aljazair. Dalam deklarasi itu disebutkan Yerusalem adalah Ibu Kota dari Palestina.
Kedubes Palestina menyatakan, bahkan setelah lebih dari 140 negara telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara, yang terus berlanjut di bawah pendudukan dan pengepungan Israel. Lebih dari tiga dekade telah berlalu sejak Palestina mendeklarasikan kemerdekaan, tujuan ini tetap tidak terpenuhi karena pendudukan Israel terus berlanjut dan pengakuan kekuatan dunia masih kurang.
Terakhir adalah keputusan Majelis Umum PBB pada 29 November 1977, di mana disepakati tanggal tersebut sebagai Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina.
(Baca: Bahrain Serukan Kelanjutan Pembicaraan Israel-Palestina Berdasarkan Solusi Dua Negara )
"Komunitas internasional telah memainkan peran penting dalam konflik ini sejak awal dan tidak dapat lepas dari tanggung jawabnya sendiri untuk memberikan solusi. Rakyat Palestina memiliki hak untuk menikmati kebebasan, martabat dan kemerdekaan di negara Palestina mereka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," ungkapnya.
"Ini sangat penting bagi kawasan kita untuk menikmati keamanan, keselamatan, dan stabilitas. Kedamaian adalah tujuan akhir kami. Ini adalah kepentingan Palestina, Arab, dan internasional. Itu ada dalam jangkauan kita, jika ada kemauan politik dan ada niat tulus untuk mencapainya demi masa depan yang lebih baik bagi semua bangsa kita dan untuk semua anak kita," tukasnya.
Menurut keterangan Kedutaan Besar Palestina di Jakarta yang diterima Sindonews, peristiwa pertama adalah Deklarasi Balfour pada 2 November 1917, yang merupakan dasar dari pembentukan Israel. Deklarasi ini diumumkan oleh pemerintah Inggris di tengah-tengah Perang Dunia I, di mana deklarasi ini berisi dukungan atas pembentukan "rumah nasional" untuk warga Yahudi di tanah Palestina.
(Baca: Mengingat Perjuangan Palestina untuk Pengakuan Kemerdekaan RI )
"Pada 100 tahun Deklarasi Balfour yang tercela ini, kami sekali lagi menyerukan perlindungan internasional bagi rakyat kami, untuk penegakan resolusi PBB dan untuk adopsi tindakan oleh semua negara sesuai dengan kewajiban internasional mereka untuk membantu mengantar dan mengakhiri penjajahan dan pendudukan Israel di tanah kami," kata kedubes Palestina.
Peristiwa kedua adalah kematian Yasser Arafat, di mana mantan pemimpin Palestina itu meninggal dunia pada 11 November 2004. Palestina menyebut Israel adalah pihak yang membunuh Arafat.
"Israel sebagai tersangka pertama, fundamental dan satu-satunya dalam pembunuhan Yasser Arafat. Pemimpin Palestina itu diracuni sampai mati dengan radioaktif polonium," ungkapnya.
(Baca: Hari Anak Sedunia: Ratusan Anak Palestina Ditahan Israel )
Ketiga adalah deklarasi kemerdekaan Palestina oleh Dewan Nasional Palestina, sebagai bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 15 November tahun 1988. Deklarasi ini diprakarsai oleh Arafat, yang saat itu tengah berada di pengasingan di Aljazair. Dalam deklarasi itu disebutkan Yerusalem adalah Ibu Kota dari Palestina.
Kedubes Palestina menyatakan, bahkan setelah lebih dari 140 negara telah mengakui Palestina sebagai sebuah negara, yang terus berlanjut di bawah pendudukan dan pengepungan Israel. Lebih dari tiga dekade telah berlalu sejak Palestina mendeklarasikan kemerdekaan, tujuan ini tetap tidak terpenuhi karena pendudukan Israel terus berlanjut dan pengakuan kekuatan dunia masih kurang.
Terakhir adalah keputusan Majelis Umum PBB pada 29 November 1977, di mana disepakati tanggal tersebut sebagai Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina.
(Baca: Bahrain Serukan Kelanjutan Pembicaraan Israel-Palestina Berdasarkan Solusi Dua Negara )
"Komunitas internasional telah memainkan peran penting dalam konflik ini sejak awal dan tidak dapat lepas dari tanggung jawabnya sendiri untuk memberikan solusi. Rakyat Palestina memiliki hak untuk menikmati kebebasan, martabat dan kemerdekaan di negara Palestina mereka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," ungkapnya.
"Ini sangat penting bagi kawasan kita untuk menikmati keamanan, keselamatan, dan stabilitas. Kedamaian adalah tujuan akhir kami. Ini adalah kepentingan Palestina, Arab, dan internasional. Itu ada dalam jangkauan kita, jika ada kemauan politik dan ada niat tulus untuk mencapainya demi masa depan yang lebih baik bagi semua bangsa kita dan untuk semua anak kita," tukasnya.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda