Strategi Diplomasi Biden Cenderung Bipartisan

Senin, 23 November 2020 - 10:13 WIB
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden diminta untuk membuat kebijakan yang moderat dan lunak atau bipartisan untuk menghadapi rival utama yakni China. Foto: dok/Reuters
JAKARTA - Dua belum sebelum berkuasa, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden diminta untuk membuat kebijakan yang moderat dan lunak atau bipartisan untuk menghadapi rival utama yakni China dan agenda penting lainnya, seperti perubahan iklim.



Senator Partai Demokrat AS Chris Cooons menegaskan, kandidat utama Menteri Luar Negeri (AS) kabinet Joe Biden, kebijakan bipartisan akan menjadi ruh kebijakan luar negeri AS dalam bersaing dan berkompetisi dengan China dan agenda global lainnya. Coons mengatakan, AS fokus berkompetisi dengan Beijing, tetapi tetap bekerja sama dalam sektor perubahan iklim, kesehatan global, dan non-proliferasi nuklir. (Baca: Ini Perbedaan Muslim dan Mukmin, Kamu Pilih Mana?)

“Saya melihat China sebagai kompetitor. Namun, kita juga pada saat yang sama bekerja sama pada ranah tertentu yang penting,” kata Coons, dilansir Reuters. Dia mengungkapkan, serangkaian wilayah di dunia di mana harus lebih aman dan stabil ketika AS dan China bisa bekerja sama. “Namun, fokus utama kita adalah berkompetisi dengan China,” paparnya.

Coons juga diprediksi akan mendapatkan konfirmasi dari kolega Senat yang didominasi Partai Republik. Kebijakan luar negeri yang diusung Coons akan berakar pada kebijakan domestik dengan fokus pada pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi yang menjadi prioritas utama.



Strategi bipartisan diterapkan kepada China sebagai kekuatan ekonomi kedua di dunia dan mitra perdagangan terutama AS. Biden diminta mengubah beragam cap negatif China selama pemerintahan Presiden Donald Trump. Selama ini, Trump melabeli China dengan sumber pandemi korona, defisit perdagangan, peretas, mata-mata, dan agresi militer.

Dinamika hubungan AS dan China memiliki akar yang kuat dalam beragam bidang. Mulai dari ketegangan maritim, hak asasi manusia, ideologi politik, hingga perang dagang. Bahkan, konflik juga merambah dalam rivalitas militer hingga teknologi 5G.

Banyak pemimpin dunia meragukan kemampuan Biden menstabilkan hubungan AS dengan China yang sudah telanjur memanas selama empat tahun terakhir. Biden memang optimistis mampu "menundukkan" China terutama dalam isu keamanan dan teknologi. (Baca juga: Akibat Pandemi Covid-19, Darurat Pendidikan Makin Parah)

Apa yang akan dilakukan Biden? "Jika kita memiliki hubungan yang tepat dengan model baru yang orisinal, kemungkinan itu tanpa batas," kata Biden. Dia sangat menyadari bahwa hubungan AS dan China akan dibentuk dalam hal yang positif.

Apalagi masa lalu Biden memang memiliki hubungan baik dengan Presiden China Xi Jinping. Dua politikus dunia memiliki persahabatan yang erat. Saat menjabat sebagai wakil presiden pada pemerintahan Obama, Xi mengatakan bahwa Biden adalah "teman lama China". Persahabatan itu akan menjadikan kedua belah pihak berkomunikasi dengan mudah.

Nilai perdagangan triliunan dolar dan stabilitas global menjadi alasan utama kenapa Biden sebaiknya melunak kepada Beijing. “China dan AS memang kompetitor, tetapi kompetisi seharusnya tidak dipandang sebagai kekuatan destruktif,” kata Victor Gao, pakar China, dilansir Time. Dia menambahkan, kompetisi seharusnya bisa membuat hal baik bagi kedua negara dan manusia secara keseluruhan.

Baik China maupun AS diminta untuk duduk dalam satu meja. Kanal komunikasi antara pejabat AS dan China memang tertutup selama pemerintah Trump. Itu menyebabkan kesalahan perhitungan dan komunikasi tidak lancar antara kedua negara tersebut. Konferensi tingkat tinggi antara Biden dan Presiden Xi Jinping diharapkan akan segera berlangsung selepas Biden dilantik. (Baca juga: Minat Wisata Petualangan dan Alam Terbuka Meningkat)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More