Kelompok HAM Siap Beber Bukti Penahanan Eks Putra Mahkota Arab Saudi
Jum'at, 13 November 2020 - 08:39 WIB
LONDON - Human Rights Watch (HRW), Freedom Now dan MENA adalah beberapa kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) yang akan memberikan bukti penghilangan paksa dan penahanan dua pangeran senior Arab Saudi . Keduanya adalah mantan Putra Mahkota Mohammad bin Nayef dan Pangeran Ahmed bin Abdul.
Sesi bukti langsung akan dipresentasikan kepada panel pencari fakta yang terdiri dari anggota parlemen Inggris dan pengacara internasional pada 17 November mendatang.
Penyerahan bukti itu dipersiapkan setelah para aktivis HAM membuat permohonan baru kepada para pemimpin dunia untuk tidak menghadiri KTT G-20 di Arab Saudi yang direncanakan akhir bulan ini, karena situasi HAM yang mengerikan di negara itu. (Baca: Imbas Bom Pemakaman Jeddah, Putra Mahkota Saudi Bersumpah Terapkan 'Tangan Besi' )
Kedua pangeran senior itu dilaporkan telah ditolak aksesnya ke penasihat hukum, perawatan medis dan komunikasi dengan anggota keluarga mereka setelah tiba-tiba ditahan dan menghilang pada bulan Maret.
Pangeran Mohammad bin Nayef ditahan bersama dengan dua bangsawan senior lainnya di lokasi yang dirahasiakan. Mantan putra mahkota itu digulingkan dari jabatannya dalam apa yang banyak orang katakan sebagai "kudeta istana" oleh Putra Mahkota Saudi saat ini; Mohammad bin Salman . Sejak digulingkan, dia sempat menjadi tahanan rumah.
Panel akan berupaya untuk menetapkan kondisi penahanan dan perlakuan terhadap para pangeran dan tokoh politik penting lainnya yang ditahan di Arab Saudi.
Otoritas Arab Saudi telah menangkap sejumlah aktivis HAM, termasuk Loujain Al-Hathloul, Samar Badawi, Nassima Al-Sada, Nouf Abdel Aziz dan Maya Al-Zahrani, pada 15 Mei 2018, atas dugaan merusak keamanan kerajaan. (Baca juga: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
Namun, laporan kelompok-kelompok HAM mengatakan para aktivis itu ditangkap karena membela hak-hak perempuan.
Ketua panel, Anggota Parlemen Konservatif Inggris Crispin Blunt mengatakan; "Kami merasa terhormat bahwa sejumlah organisasi hak asasi manusia yang mapan dan kredibel yang telah menyelidiki situasi di Arab Saudi selama bertahun-tahun menghadiri sesi langsung panel parlemen untuk memberikan bukti ke panel."
Pemerintah Arab Saudi juga telah diundang untuk berpartisipasi dalam sesi penyerahan bukti langsung melalui duta besar untuk London. Namun, panel belum menerima tanggapan.
"Bukti mereka akan memainkan peran penting dalam membentuk kesimpulan dan rekomendasi panel, yang akan dipublikasikan dalam laporan kami akhir tahun ini. Dengan KTT G-20 yang semakin dekat, mata komunitas internasional tertuju pada Arab Saudi. Sesi ini menawarkan kesempatan untuk mendengar bukti langsung dari para ahli mengenai kondisi penahanan yang dialami oleh banyak tahanan terkenal dan terkemuka di wilayah tersebut," kata Blunt seperti dikutip Middle East Monitor, Kamis (12/11/2020).
Kerajaan Arab Saudi akan menjadi tuan rumah KTT G-20 secara virtual pada 21-22 November, karena saat ini negara tersebut memegang kursi kepresidenan kelompok G-20.
Sesi bukti langsung akan dipresentasikan kepada panel pencari fakta yang terdiri dari anggota parlemen Inggris dan pengacara internasional pada 17 November mendatang.
Penyerahan bukti itu dipersiapkan setelah para aktivis HAM membuat permohonan baru kepada para pemimpin dunia untuk tidak menghadiri KTT G-20 di Arab Saudi yang direncanakan akhir bulan ini, karena situasi HAM yang mengerikan di negara itu. (Baca: Imbas Bom Pemakaman Jeddah, Putra Mahkota Saudi Bersumpah Terapkan 'Tangan Besi' )
Kedua pangeran senior itu dilaporkan telah ditolak aksesnya ke penasihat hukum, perawatan medis dan komunikasi dengan anggota keluarga mereka setelah tiba-tiba ditahan dan menghilang pada bulan Maret.
Pangeran Mohammad bin Nayef ditahan bersama dengan dua bangsawan senior lainnya di lokasi yang dirahasiakan. Mantan putra mahkota itu digulingkan dari jabatannya dalam apa yang banyak orang katakan sebagai "kudeta istana" oleh Putra Mahkota Saudi saat ini; Mohammad bin Salman . Sejak digulingkan, dia sempat menjadi tahanan rumah.
Panel akan berupaya untuk menetapkan kondisi penahanan dan perlakuan terhadap para pangeran dan tokoh politik penting lainnya yang ditahan di Arab Saudi.
Otoritas Arab Saudi telah menangkap sejumlah aktivis HAM, termasuk Loujain Al-Hathloul, Samar Badawi, Nassima Al-Sada, Nouf Abdel Aziz dan Maya Al-Zahrani, pada 15 Mei 2018, atas dugaan merusak keamanan kerajaan. (Baca juga: Trump Pecat Bos Pentagon, Persiapan Kudeta Militer terhadap Biden? )
Namun, laporan kelompok-kelompok HAM mengatakan para aktivis itu ditangkap karena membela hak-hak perempuan.
Ketua panel, Anggota Parlemen Konservatif Inggris Crispin Blunt mengatakan; "Kami merasa terhormat bahwa sejumlah organisasi hak asasi manusia yang mapan dan kredibel yang telah menyelidiki situasi di Arab Saudi selama bertahun-tahun menghadiri sesi langsung panel parlemen untuk memberikan bukti ke panel."
Pemerintah Arab Saudi juga telah diundang untuk berpartisipasi dalam sesi penyerahan bukti langsung melalui duta besar untuk London. Namun, panel belum menerima tanggapan.
"Bukti mereka akan memainkan peran penting dalam membentuk kesimpulan dan rekomendasi panel, yang akan dipublikasikan dalam laporan kami akhir tahun ini. Dengan KTT G-20 yang semakin dekat, mata komunitas internasional tertuju pada Arab Saudi. Sesi ini menawarkan kesempatan untuk mendengar bukti langsung dari para ahli mengenai kondisi penahanan yang dialami oleh banyak tahanan terkenal dan terkemuka di wilayah tersebut," kata Blunt seperti dikutip Middle East Monitor, Kamis (12/11/2020).
Kerajaan Arab Saudi akan menjadi tuan rumah KTT G-20 secara virtual pada 21-22 November, karena saat ini negara tersebut memegang kursi kepresidenan kelompok G-20.
(min)
tulis komentar anda