Lawan AS, China Didesak Perbanyak Senjata Nuklirnya Jadi 1.000

Sabtu, 09 Mei 2020 - 00:09 WIB
Kendaraan militer yang membawa rudal balistik antarbenua DF-5B melakukan perjalanan melewati Lapangan Tiananmen selama parade militer yang menandai ulang tahun ke-70 Republik Rakyat China, di Beijing, China, 1 Oktober 2019. Foto/REUTERS/Jason Lee
BEIJING - China didesak untuk meningkatkan stok hulu ledak nuklirnya hingga 1.000 unit untuk melawan Amerika Serikat (AS) yang sedang mengejar ambisi strategisnya di luar negeri. Desakan muncul di tengah memanasnya ketegangan dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Desakan ini disuarakan editor Global Times, Hu Xijin, dalam sebuah artikelnya. Global Times adalah media corong Partai Komunis China.

Hu Xijin mengatakan China adalah negara cinta damai yang berjanji untuk tidak pernah menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir. (Baca: Bomber Nuklir Siluman H-20 China Debut Tahun Ini, Masalah bagi AS )



Dia berpendapat, bagaimanapun, bahwa Beijing harus bertujuan untuk memperluas jumlah hulu ledak nuklirnya menjadi 1.000 unit untuk menciptakan pencegah yang kuat guna membentuk sikap elite AS terhadap China.

China, yang saat ini jadi kekuatan Asia, saat ini memiliki sekitar 300 hulu ledak nuklir. Hu Xijin mengatakan bahwa memperkuat kemampuan nuklir China akan membuat Amerika Serikat semakin tidak rasional dalam jangkauan panjang.

"Beberapa orang mungkin menyebut saya 'penghasut perang' karena saya ingin negara ini memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir. Mereka seharusnya memberikan label ini kepada politisi AS yang secara terbuka memusuhi China," katanya, seperti dikutip Russia Today, Jumat (8/5/2020). (Baca juga: Tak Peduli COVID-19, AS Siap Ledakkan Nuklir dalam Konflik Besar )

Editor Global Times tersebut menekankan dia akan lebih memilih hidup berdampingan secara damai antara China dan AS. "Namun, mengamati bahwa Washington hanya percaya pada kekuatan, maka China tidak bisa 'memohon' untuk diperlakukan setara di panggung dunia," ujarnya.

Komentar Xijin muncul hanya sehari setelah Presiden AS Donald John Trump menginginkan perjanjian baru tentang kontrol senjata yang tak hanya melibatkan Washington dan Moskow, tapi juga Beijing. Keinginan Trump itu disampaikan dalam perkacapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump telah berulang kali meminta China untuk bergabung dalam negosiasi untuk pembaruan perjanjian New START Baru—pakta senjata nuklir antara AS dan Rusia yang akan berakhir pada Februari 2021. Sejauh ini, Beijing telah menyatakan tidak berminat untuk berpartisipasi dalam perjanjian tersebut.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan China sedang meningkat, terutama dipicu oleh tuduhan bahwa Beijing terlibat dalam pecahnya pandemi virus corona baru (COVID-19) yang kini telah menyebar ke seluruh dunia.

China telah menolak klaim ini sebagai tuduhan tidak berdasar, dan telah berulang kali menantang Gedung Putih untuk menunjukkan bukti bahwa Beijing berperan jahat dalam krisis kesehatan dunia ini.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More