Trump Siapkan Pesta Kemenangan, Biden Pilih Berhati-hati

Selasa, 03 November 2020 - 11:15 WIB
Pendukung Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ikut bagian dalam kampanye di Roma, Georgia, Amerika Serikat, kemarin. Foto/Reuters
WASHINGTON - Presiden Donald Trump dikabarkan sudah menyiapkan pesta kemenangan di East Room, Gedung Putih. Pesta tersebut dihadiri para penasihat politik dan koleganya sebanyak 400 orang.

Awalnya acara tersebut digelar di Trump Hotel, Washington. Tapi, dikarenakan melanggar peraturan distrik yang melarang perkumpulan lebih dari 50 orang,maka acara tersebut berpindah ke Gedung Putih. (Baca: Syafaat dan Siapa yang Berhak Mendapatkannya)

Pertemuan di dalam ruangan itu memicu pertanyaan mengenai keselamatan karena pada acara pengumuman nominasi hakim agung Amy Coney Barrett juga menyebabkan banyak orang terinfeksi virus corona.



Trump juga mengatakan kepada para pendukungnya bahwa dia akan mengumumkan kemenangan pada Selasa malam waktu setempat jika dia dinyatakan memimpin hasil penghitungan suara, meskipun hasil resmi belum diumumkan. Hal itu dilaporkan Axios dari tiga sumber yang dekat dengan Trump. Trump juga sudah membicarakan skenario dengan detail sejak beberapa pekan lalu dan menggambarkan bagaimana dia berjalan di podium dan mendeklarasikan kemenangan pada malam pemilu.

Beberapa negara bagian tidak mengizinkan penghitungan surat suara hingga hari pemilu. Namun, beberapa negara bagian menerima surat suara setelah tanggal 3 November. Dengan begitu, hasil surat suara bisa saja terlambat diumumkan.

Kubu kampanye Trump telah menyatakan keraguan terhadap hasil pemilu jika surat suara tiba setelah hari pemilu. Penasihat Trump, Jason Miller, menyatakan jika hasil berubah setelah pemilu, itu jadi bukti bahwa Demokrat mencuri pemilu.

Trump sendiri mengatakan malam setelah pemilu merupakan hari yang mengerikan. “Kita sudah menunggu dalam jangka waktu lama setelah pemilu,” katanya. (Baca juga: Ribuan Formasi CPNS Guru Kosong, Ini Langkah Kemendikbud)

Rencana perayaan kemenangan Trump dikritik keras Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat. “Presiden (Trump) tidak akan mencuri pemilu ini,” katanya.

Kubu Biden mengaku tetap optimistis, meskipun tidak ingin terlalu percaya diri. Itu dikarenakan drama pada pemilu 2016. Mereka juga selalu dibayangi hantu yang mengkhawatirkan. “Saya selalu merasa dipingpong antara optimisme kering dan hati-hati,” kata Zac Petkanas, pakar strategi Partai Demokrat, yang pernah bekerja untuk tim kampanye pemilu Hillary Clinton.

Banyak politikus Partai Demokrat mengaku terlalu percaya diri pada pemilu 2016. Mereka harus membayar mahal untuk hal itu. Saat ini kebalikannya. Mereka membangun posisi yang lebih baik, tapi loyalis dan pejabat partai tetap menjaga harapan dan tidak panik dengan beragam peringatan.

“Melihat setiap momen, saya dihantui ketakutan jika segala sesuatu bisa terjadi seperti 2016,” kata Petkanas dilansir NBC. Yang membedakan dengan 2016, menurut dia, pemilu 2020 tetap optimistis hati-hati karena analisis objektif menunjukkan dukungan terhadap Biden sangat kuat karena kegagalan Trump.

Jajak pendapat NBC menunjukkan Biden memimpin di atas Trump mencapai 8 poin. Itu menunjukkan Biden lebih unggul dibandingkan dengan Clinton pada malam pemilu 2016. Biden juga dinyatakan memiliki performa kuat di Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin, tiga negara bagian yang menjadi pusat pertarungan. (Baca juga: Usai Liburan, Kembali Bugar dengan Olahraga Ringan)

Baik Trump maupun Biden terus menggencarkan kampanye di tiga negara bagian penting tersebut. Trump memulai kunjungan ke lima negara bagian di Michigan, negara bagian yang pernah dimenangkannya dengan selisih 11.000 suara pada 2016, ketika bersaing dengan Hillary Clinton. Trump akan tampil dua kali lagi di Michigan pada Senin (2/11), termasuk berkampanye pada malam hari di Grand Rapids yang didominasi konservatif.

Namun, berbagai jajak pendapat terbaru memperlihatkan Biden unggul dari Trump di Michigan dan Wisconsin dan unggul sedikit di Pennsylvania. Ketiganya adalah negara bagian yang secara tradisional Demokrat yang pernah dimenangkan Trump dengan selisih tipis empat tahun lalu. Namun, Biden berusaha merebut ketiga negara bagian itu.

Ketiga negara bagian itu penting karena apabila Biden memenangkan ketiganya dan seluruh negara bagian lain yang pernah dimenangkan Clinton pada 2016, dia akan keluar sebagai pemenang pilpres. Sekarang ini, berbagai jajak pendapat menunjukkan Biden unggul di seluruh negara bagian yang pernah dimenangkan Clinton. Situasi ini menyulitkan Trump untuk memenangkan jabatan kedua.

Baik Trump maupun Biden sering mengunjungi ketiga negara bagian itu. Trump mengadakan empat acara kampanye di Pennsylvania pada Sabtu (31/10). Sementara Biden menghadiri dua acara kampanye pada Minggu (1/11) di kota terbesar di negara bagian itu, Philadelphia, yang didominasi Demokrat. Kekuatan Trump di Pennsylvania terkonsentrasi di wilayah yang lebih konservatif, perdesaan, dan kota-kota lebih kecil. (Lihat videonya: Gubernur DKI Umumkan Kenaikan UMP 2021 di Tengah Pandemi)

Setelah singgah di Michigan, Trump berkampanye di negara bagian lain yang diperebutkan, yaitu Iowa. Di negara bagian ini, sebuah jajak pendapat terbaru memperlihatkan presiden unggul dari Biden. Juga pada Minggu (1/11), Trump mengunjungi negara bagian North Carolina, Georgia, dan Florida. Ketiga negara bagian itu pernah dimenangkan Trump pada 2016 dan kemungkinan besar akan memainkan peranan penting dalam menentukan hasil pemilu pada Selasa (3/11/2020). (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More