IMF: Pandemi Dapat Picu Kerusuhan Sosial di Beberapa Negara
Kamis, 16 April 2020 - 00:00 WIB
WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan gelombang baru kerusuhan sosial dapat muncul di beberapa negara jika langkah pemerintah untuk mencegah pandemi virus corona dinilai tidak cukup atau menguntungkan orang kaya.
Berbagai negara telah mengucurkan hampir USD8 triliun untuk memerangi pandemi dan mencegah krisis ekonomi. “Namun stimulus fiskal lebih besar diperlukan saat krisis kian meluas,” ungkap pernyataan IMF dalam laporan semi tahunan Monitor Fiskal.
“Meningkatnya belanja akan memperbesar defisit fiskal, dengan utang publik global meningkat 13% poin menjadi lebih dari 96% produk domestik bruto (PDB) pada 2020,” papar IMF.
Sebelumnya, IMF memproyeksikan ekonomi global menyusut 3,0% selama 2020 sebagai akibat pandemi. Namun IMF memperingatkan proyeksinya menandai ketidakpastian esktrem dan hasilnya bisa jauh lebih buruk.
Berbagai upaya meredam wabah telah melemahkan ekonomi global, dengan negara berkembang menjadi yang paling parah terkena dampaknya.
“Meski unjuk rasa massal mungkin tak terjadi selama lockdown, namun kerusuhan dapat muncul saat krisis menjadi tidak terkontrol,” ujar Vitor Gaspar, direktur departemen urusan fiskal IMF pada Reuters.
Menurut Gaspar, untuk menghindari kerusuhan lebih besar, para pembuat kebijakan harus menjelaskan pada masyarakat yang terkena dampaknya agar memberi dukungan untuk berbagai langkah mengatasi virus corona.
“Ini sesuatu yang kami soroti. Penting memberi dukungan pada rumah tangga dan perusahaan yang rentan oleh krisis ini. Tujuannya untuk mendukung dan melindungi rakyat serta perusahaan yang telah terkena dampak penutupan,” papar dia.
Di Mumbai, India, ribuan pekerja migran yang kini jadi pengangguran telah berunjuk rasa di stasiun kereta untuk menuntut dipulangkan ke kampung halaman saat layanan kereta dihentikan.
Berbagai negara telah mengucurkan hampir USD8 triliun untuk memerangi pandemi dan mencegah krisis ekonomi. “Namun stimulus fiskal lebih besar diperlukan saat krisis kian meluas,” ungkap pernyataan IMF dalam laporan semi tahunan Monitor Fiskal.
“Meningkatnya belanja akan memperbesar defisit fiskal, dengan utang publik global meningkat 13% poin menjadi lebih dari 96% produk domestik bruto (PDB) pada 2020,” papar IMF.
Sebelumnya, IMF memproyeksikan ekonomi global menyusut 3,0% selama 2020 sebagai akibat pandemi. Namun IMF memperingatkan proyeksinya menandai ketidakpastian esktrem dan hasilnya bisa jauh lebih buruk.
Berbagai upaya meredam wabah telah melemahkan ekonomi global, dengan negara berkembang menjadi yang paling parah terkena dampaknya.
“Meski unjuk rasa massal mungkin tak terjadi selama lockdown, namun kerusuhan dapat muncul saat krisis menjadi tidak terkontrol,” ujar Vitor Gaspar, direktur departemen urusan fiskal IMF pada Reuters.
Menurut Gaspar, untuk menghindari kerusuhan lebih besar, para pembuat kebijakan harus menjelaskan pada masyarakat yang terkena dampaknya agar memberi dukungan untuk berbagai langkah mengatasi virus corona.
“Ini sesuatu yang kami soroti. Penting memberi dukungan pada rumah tangga dan perusahaan yang rentan oleh krisis ini. Tujuannya untuk mendukung dan melindungi rakyat serta perusahaan yang telah terkena dampak penutupan,” papar dia.
Di Mumbai, India, ribuan pekerja migran yang kini jadi pengangguran telah berunjuk rasa di stasiun kereta untuk menuntut dipulangkan ke kampung halaman saat layanan kereta dihentikan.
(sya)
tulis komentar anda