Pasukan Afghanistan Habisi Pemimpin Senior Al-Qaeda
Minggu, 25 Oktober 2020 - 10:13 WIB
KABUL - Pasukan keamanan Afghanistan telah membunuh Abu Muhsin al-Masri, seorang pemimpin senior al-Qaeda yang berada dalam daftar Teroris Paling Dicari Biro Investigasi Federal (FBI). Hal itu diungkapkan dinas intelijen Afghanistan.
Dalam sebua tweet, Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan mengatakan Al-Masri, seorang warga Mesir yang diyakini sebagai orang kedua di al-Qaeda, tewas dalam operasi khusus di provinsi Ghazni tengah seperti disitir dari Al Jazeera, Minggu (25/10/2020).
Al-Masri, yang juga dikenal dengan nama Husam Abd-al-Ra'uf, telah didakwa di Amerika Serikat (AS) karena telah memberikan dukungan material dan sumber daya kepada organisasi teroris asing, dan konspirasi untuk membunuh warga negara AS. AS mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada Desember 2018.(Baca juga: Al-Qaeda Ancam Bantai Staf Charlie Hebdo karena Cetak Kartun Nabi Muhammad )
Kematian anggota al-Qaeda itu diumumkan pada hari yang sama ketika 18 orang tewas dalam pemboman bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Sedikitnya 57 orang lainnya terluka dalam serangan di daerah yang menjadi rumah bagi banyak komunitas minoritas Syiah Afghanistan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan Taliban membantah adanya kaitan apa pun.
Bulan ini menandai 19 tahun sejak AS menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan para penguasa Taliban, yang menyembunyikan pejuang al-Qaeda yang menyerang Amerika Serikat pada 11 September 2001.
AS secara bertahap menarik pasukannya dari Afghanistan setelah mencapai kesepakatan penting dengan Taliban pada bulan Februari lalu.
Kesepakatan itu diatur agar pasukan asing meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban, yang setuju untuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan dengan pemerintah Afghanistan.(Baca juga: Mei 2021, AS Tarik Seluruh Pasukan dari Afghanistan )
Proses perdamaian intra-Afghanistan dimulai di Ibu Kota Qatar, Doha, bulan lalu. Meskipun ada pembicaraan, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah berkecamuk dalam beberapa pekan terakhir.
Pekan lalu, utusan khusus AS Zalmay Khalilzad mengatakan Taliban telah setuju untuk "mengatur kembali" komitmen mereka di bawah kesepakatan penarikan pasukan dan mengurangi jumlah korban di negara itu.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kurang dari 200 operasi al-Qaeda tetap di Afghanistan.
Dalam sebua tweet, Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan mengatakan Al-Masri, seorang warga Mesir yang diyakini sebagai orang kedua di al-Qaeda, tewas dalam operasi khusus di provinsi Ghazni tengah seperti disitir dari Al Jazeera, Minggu (25/10/2020).
Al-Masri, yang juga dikenal dengan nama Husam Abd-al-Ra'uf, telah didakwa di Amerika Serikat (AS) karena telah memberikan dukungan material dan sumber daya kepada organisasi teroris asing, dan konspirasi untuk membunuh warga negara AS. AS mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada Desember 2018.(Baca juga: Al-Qaeda Ancam Bantai Staf Charlie Hebdo karena Cetak Kartun Nabi Muhammad )
Kematian anggota al-Qaeda itu diumumkan pada hari yang sama ketika 18 orang tewas dalam pemboman bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Sedikitnya 57 orang lainnya terluka dalam serangan di daerah yang menjadi rumah bagi banyak komunitas minoritas Syiah Afghanistan.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dan Taliban membantah adanya kaitan apa pun.
Bulan ini menandai 19 tahun sejak AS menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan para penguasa Taliban, yang menyembunyikan pejuang al-Qaeda yang menyerang Amerika Serikat pada 11 September 2001.
AS secara bertahap menarik pasukannya dari Afghanistan setelah mencapai kesepakatan penting dengan Taliban pada bulan Februari lalu.
Kesepakatan itu diatur agar pasukan asing meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban, yang setuju untuk merundingkan gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan dengan pemerintah Afghanistan.(Baca juga: Mei 2021, AS Tarik Seluruh Pasukan dari Afghanistan )
Proses perdamaian intra-Afghanistan dimulai di Ibu Kota Qatar, Doha, bulan lalu. Meskipun ada pembicaraan, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah berkecamuk dalam beberapa pekan terakhir.
Pekan lalu, utusan khusus AS Zalmay Khalilzad mengatakan Taliban telah setuju untuk "mengatur kembali" komitmen mereka di bawah kesepakatan penarikan pasukan dan mengurangi jumlah korban di negara itu.
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kurang dari 200 operasi al-Qaeda tetap di Afghanistan.
(ber)
tulis komentar anda