Erdogan: Macron Perlu Perawatan Mental Terkait Sikapnya pada Muslim
Minggu, 25 Oktober 2020 - 06:02 WIB
ANKARA - Presiden Turki Tayyip Erdogan meluncurkan serangan baru pada Presiden Prancis Emmanuel Macron. Menurut Erdogan, Macron perlu perawatan mental terkait sikapnya pada Muslim dan Islam.
Awal bulan ini, Macron berjanji memerangi “separatisme Islamis” yang menurut dia mengancam mengontrol beberapa komunitas Muslim di Prancis, hingga memicu kecaman dari Erdogan.
Prancis pun diguncang dengan pemenggalan seorang guru sejarah oleh seorang radikal yang ingin membalas dendam karena guru itu menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas untuk menjelaskan kebebasan berekspresi.
“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada level mental,” kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai AK di kota Kayseri, Turki tengah.
“Apa lagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?” ungkap Erdogan. (Baca Juga: Iran: Kesepakatan Sudan dan Israel Tercapai dengan ‘Uang Tebusan’)
Erdogan adalah Muslim yang saleh dan sejak Partai AK berkuasa pada 2002 dia berusaha menjadikan Islam menjadi arus utama politik di Turki, negara yang mayoritas Muslim tetapi sekuler. (Lihat Infografis: Putra Mahkota Saudi Akan Dibunuh Jika Normalisasi dengan Israel)
Presiden Turki mengatakan pada 6 Oktober setelah komentar awal Macron tentang "separatisme Islam", bahwa pernyataan itu adalah "provokasi yang jelas" dan menunjukkan "ketidaksopanan" pemimpin Prancis. (Lihat Video: Prabowo: Lahan Berkurang, Apa Rakyat Mau Dikasih Makan Beton?)
Turki dan Prancis adalah anggota NATO tetapi telah berselisih mengenai berbagai masalah termasuk kebijakan di Suriah dan Libya, yurisdiksi maritim di Mediterania timur dan konflik di Nagorno-Karabakh.
Erdogan dan Macron membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu dan setuju meningkatkan hubungan serta menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.
Awal bulan ini, Macron berjanji memerangi “separatisme Islamis” yang menurut dia mengancam mengontrol beberapa komunitas Muslim di Prancis, hingga memicu kecaman dari Erdogan.
Prancis pun diguncang dengan pemenggalan seorang guru sejarah oleh seorang radikal yang ingin membalas dendam karena guru itu menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas untuk menjelaskan kebebasan berekspresi.
“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada level mental,” kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai AK di kota Kayseri, Turki tengah.
“Apa lagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?” ungkap Erdogan. (Baca Juga: Iran: Kesepakatan Sudan dan Israel Tercapai dengan ‘Uang Tebusan’)
Erdogan adalah Muslim yang saleh dan sejak Partai AK berkuasa pada 2002 dia berusaha menjadikan Islam menjadi arus utama politik di Turki, negara yang mayoritas Muslim tetapi sekuler. (Lihat Infografis: Putra Mahkota Saudi Akan Dibunuh Jika Normalisasi dengan Israel)
Presiden Turki mengatakan pada 6 Oktober setelah komentar awal Macron tentang "separatisme Islam", bahwa pernyataan itu adalah "provokasi yang jelas" dan menunjukkan "ketidaksopanan" pemimpin Prancis. (Lihat Video: Prabowo: Lahan Berkurang, Apa Rakyat Mau Dikasih Makan Beton?)
Turki dan Prancis adalah anggota NATO tetapi telah berselisih mengenai berbagai masalah termasuk kebijakan di Suriah dan Libya, yurisdiksi maritim di Mediterania timur dan konflik di Nagorno-Karabakh.
Erdogan dan Macron membahas ketidaksepakatan mereka dalam panggilan telepon bulan lalu dan setuju meningkatkan hubungan serta menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda