Etnik Armenia di Lebanon Ikut Terseret Konflik Nagorno-Karabakh
Rabu, 14 Oktober 2020 - 12:25 WIB
BEIRUT - Warga etnik Armenia di Lebanon bergabung dalam perang melawan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh . Mereka melakukan perjalanan ke Kaukasus selatan itu untuk membela tanah air leluhur mereka.
Kantor berita Associated Press melaporkan beberapa warga dari distrik etnik Armenia di Beirut mengaku siap menyerahkan nyawa mereka untuk perang melawan Azerbaijan.
“Kami akan berjuang hingga tentara terakhir Armenia. Ini bukan perang antara Muslim dan Kristen. Ini perang untuk eksistensi warga Armenia dan kami siap,” tegas Bourj Hammoud, keturunan Armenia yang tinggal dan menjadi pemilik toko di Lebanon.
“Satu relawan keturunan Lebanon Armenia yang ikut berperang di garis depan telah tewas dalam konflik tersebut,” papar laporan media lokal Yerkir. (Baca Juga: Armenia: Hanya Perubahan Sikap Turki Bisa Atasi Krisis Nagorno-Karabakh)
Relawan itu adalah penyanyi opera Kevork Hadjian yang terkenal untuk lagu-lagu nasionalis Armenia yang sering dia lantunkan. Dia tewas dalam pertempuran pada Selasa (13/10). (Baca Infografis: Di Indonesia Harga Vaksin Covid-19 Sekitar Rp200 Ribu)
Pria berumur 49 tahun itu bergabung dalam resimen relawan yang dipimpin Federasi Revolusioner Armenia, partai politik nasionalis dan sosialis yang aktif di Lebanon dan Suriah. (Lihat Video: 50 Juta Vaksin Asal Inggris Dipesan Pemerintah Indonesia)
Ratusan keturunan Armenia lain dari diaspora juga telah mendaftar sebagai relawan untuk perang yang pecah pada 27 September itu. Namun belum jelas berapa banyak orang yang sekarang terlibat dalam konflik itu.
“Turki saat ini diduga telah mengirim hampir 1.250 tentara bayaran asal Suriah untuk bertempur bersama pasukan Azerbaijan,” ungkap laporan Reuters.
Para pejuang asal Suriah itu diiming-imingi bayaran USD1.500 per bulan, jumlah yang banyak bagi warga di Suriah. Azerbaijan dan Turki menyangkal tuduhan mengerahkan tentara bayaran itu.
Hingga saat ini, sebanyak 500 orang termasuk lebih dari 60 warga sipil tewas di Nagorno-Karabakh. Berbagai upaya dilakukan untuk menyepakati gencatan senjata selama akhir pekan namun upaya itu gagal setelah pertempuran kembali terjadi di wilayah Hadrut.
Konflik Nagorno-Karabakh telah terjadi selama puluhan tahun. Wilayah itu diakui internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tapi diduduki oleh etnik Armenia yang beragama Kristen.
Kantor berita Associated Press melaporkan beberapa warga dari distrik etnik Armenia di Beirut mengaku siap menyerahkan nyawa mereka untuk perang melawan Azerbaijan.
“Kami akan berjuang hingga tentara terakhir Armenia. Ini bukan perang antara Muslim dan Kristen. Ini perang untuk eksistensi warga Armenia dan kami siap,” tegas Bourj Hammoud, keturunan Armenia yang tinggal dan menjadi pemilik toko di Lebanon.
“Satu relawan keturunan Lebanon Armenia yang ikut berperang di garis depan telah tewas dalam konflik tersebut,” papar laporan media lokal Yerkir. (Baca Juga: Armenia: Hanya Perubahan Sikap Turki Bisa Atasi Krisis Nagorno-Karabakh)
Relawan itu adalah penyanyi opera Kevork Hadjian yang terkenal untuk lagu-lagu nasionalis Armenia yang sering dia lantunkan. Dia tewas dalam pertempuran pada Selasa (13/10). (Baca Infografis: Di Indonesia Harga Vaksin Covid-19 Sekitar Rp200 Ribu)
Pria berumur 49 tahun itu bergabung dalam resimen relawan yang dipimpin Federasi Revolusioner Armenia, partai politik nasionalis dan sosialis yang aktif di Lebanon dan Suriah. (Lihat Video: 50 Juta Vaksin Asal Inggris Dipesan Pemerintah Indonesia)
Ratusan keturunan Armenia lain dari diaspora juga telah mendaftar sebagai relawan untuk perang yang pecah pada 27 September itu. Namun belum jelas berapa banyak orang yang sekarang terlibat dalam konflik itu.
“Turki saat ini diduga telah mengirim hampir 1.250 tentara bayaran asal Suriah untuk bertempur bersama pasukan Azerbaijan,” ungkap laporan Reuters.
Para pejuang asal Suriah itu diiming-imingi bayaran USD1.500 per bulan, jumlah yang banyak bagi warga di Suriah. Azerbaijan dan Turki menyangkal tuduhan mengerahkan tentara bayaran itu.
Hingga saat ini, sebanyak 500 orang termasuk lebih dari 60 warga sipil tewas di Nagorno-Karabakh. Berbagai upaya dilakukan untuk menyepakati gencatan senjata selama akhir pekan namun upaya itu gagal setelah pertempuran kembali terjadi di wilayah Hadrut.
Konflik Nagorno-Karabakh telah terjadi selama puluhan tahun. Wilayah itu diakui internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tapi diduduki oleh etnik Armenia yang beragama Kristen.
(sya)
tulis komentar anda