Hizmet: Kolaborasi Sipil Internasional Memajukan Dunia Melalui Pendidikan

Selasa, 13 Oktober 2020 - 23:23 WIB
Fethullah Gulen. Foto/rferl
ISTANBUL - Pemerintah Turki hingga kini memusuhi Fethullah Gulen dan pengikutnya. Mereka menghadapi berbagi tekanan baik di dalam maupun di luar negeri.

Lantas, apa sebenarnya Gulen Movement atau gerakan Gulen yang hingga saat ini masih ditakuti rezim Erdogan?

Di negara asalnya, Turki, Fethullah Gulen bukan hanya dikenal sebagai seorang pemikir dan tokoh pergerakan, tapi juga seorang ulama yang sangat hebat dan banyak pengikut. Gulen lahir di Desa Erzurum, Izmir, Turki, pada 1941. Ayahnya, Ramiz Gulen, juga seorang ulama. Sejak kecil Gulen lebih difokuskan pendidikan informalnya di bidang agama Islam dan sejak usia 14 tahun, ia sudah berani memberikan ceramah keagamaan.

Pada 1959, saat usianya menginjak 18 tahun, Gulen sudah mendapatkan izin menjadi dai. Kariernya sebagai dai dimulai di kota kelahirannya, Izmir. Di kota inilah Gulen mulai memperkenalkan pemikiran-pemikirannya mengenai pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan keadilan sosial. Di kota ini juga ia mulai membangun basis pengikutnya, yang sebagian besar adalah para siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi.

Menurut Gulen, Turki yang sekuler tidak boleh menghalangi kemajuan umat Islam. Hal yang membuatnya prihatin, Turki yang 99 persen penduduknya Muslim justru ekonominya sangat lemah. Kondisi itu dilihatnya sejak kecil hingga dewasa. Karena itu, dia berpandangan bahwa salah satu kunci untuk mencapai kemajuan tersebut adalah pendidikan.



Berangkat dari pemikiran itulah, ia kemudian mengajak para pengikutnya terlibat dalam gerakan Nurcu. Gerakan ini terinspirasi dari pemikiran tokoh cendekiawan Muslim Turki, Said Nursi. Menurut pemikiran Gulen, umat Islam harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga bisa bersaing dan maju seperti masyarakat Barat.

Inti gerakan Nurcu adalah hidup berjamaah akan lebih baik daripada hidup secara individual. Ia mengumpamakannya dengan kewajiban mengeluarkan zakat. Dalam Islam, seseorang yang harta bendanya sudah memenuhi kuota tertentu, wajib mengeluarkan zakat. Bila zakat ini secara individual dibayarkan kepada yang berhak, tentunya akan kurang berdaya guna.

Namun, bila zakat ini dikelola dengan baik secara jamaah, hasilnya akan sangat berdaya guna, tidak hanya dapat meningkatkan taraf perekonomian, tetapi juga taraf pendidikan masyarakat.

Buat Gulen, untuk merealisasikan gerakan ini tidak terlalu susah karena dirinya sudah mempunyai jaringan pengikut jutaan orang yang terikat, baik personal maupun ideologi. (Baca juga: Analisis Mengapa Rezim Erdogan Terus Buru Pengikut Fethullah Gulen )

Tidak mengherankan bila gerakan atau lembaga Gulen kini sudah mempunyai ratusan sekolah dan sejumlah universitas, rumah sakit, radio dan stasiun televisi, kantor berita, bank, perusahaan penerbitan, dan surat kabar di seluruh negara. Institusi-institusi ini melibatkan ribuan orang sukarelawan yang digaji secara profesional.

Gerakan Gulen ini kemudian yang menginspirasi banyak pemuka agama dan pemimpin di berbagai negara, yang kemudian meniru prinsip-prinsip gerakan tersebut. Presiden Marywood University, Pennsylvania, Ann Munley memuji gerakan Gulen yang dinilainya telah banyak memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan bukan hanya di Turki, tapi juga di seluruh dunia.

Munley memandang Gulen sebagai tokoh Islam yang telah memberikan pengorbanan yang besar dalam dunia pendidikan bagi masyarakat dari beragam etnis dan agama.

Kekaguman terhadap kiprah Gulen dalam bidang pendidikan juga pernah dilontarkan mantan presiden Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa dengan panggilan Gus Dur. Menurut Gus Dur, dalam mengembangkan sistem pendidikan, bangsa Indonesia harus belajar banyak dari Fethullah Gulen yang lebih menekankan pada pembentukan akhlak yang mulia.

"Ini sesuatu yang sangat penting apalagi bagi bangsa Indonesia karena sekolah-sekolah kita ini sekarang hampa moral. Kehampaan moral ini telah mengakibatkan terjadinya berbagai pelanggaran yang ada di masyarakat, maraknya korupsi, dan berbagai penyelewengan yang dilakukan birokrasi merupakan salah satu akibatnya. Ini menunjukkan bahwa ada krisis di dalam dunia pendidikan kaum Muslimin di Indonesia. Karena itu, saya rasa belajar bagaimana mengembangkan akhlak yang baik dalam pendidikan kita menjadi sangat penting," ujar Gus Dur seperti dikutip Republika dari website Pasiad Indonesia.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More