Rusia: 20 Negara Barat Punya Lebih dari 140 Zat Jenis Novichok
Minggu, 11 Oktober 2020 - 13:37 WIB
MOSKOW - Racun saraf Novichok yang terkenal digambarkan sebagai senjata mematikan Rusia pertama kali disajikan kepada dunia oleh Amerika dan sejak itu telah direplikasi oleh 20 sekutu mereka. Hal itu dikatakan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia.
Kemlu Rusia mengatakan struktur zat yang sejak itu dikenal dunia sebagai 'Novichok' pertama kali diungkapkan oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional AS pada tahun 1998 berdasarkan data yang diberikan oleh Pentagon. Pernyataan ini membalas pernyataan memberatkan lainnya dari Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.
"Selama bertahun-tahun, formula tersebut digunakan oleh orang Amerika dan lebih dari 20 negara barat lainnya untuk menghasilkan kelompok sebanyak 140 variasi racun yang dapat dikaitkan dengan kelompok 'Novichok'," kata Kemlu Rusia, menambahkan bahwa semuanya di antaranya tidak tercakup dalam Konvensi Senjata Kimia.
"Novichok adalah merek barat. Kami tidak memilikinya," tegas kementerian itu seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (11/10/2020).
Moskow mengingatkan bahwa semua senjata kimia yang dimilikinya dihancurkan pada tahun 2017 di bawah kendali internasional yang ketat yang diawasi oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas pidato yang disampaikan Maas di parlemen Jerman awal pekan ini. Menteri Jerman itu sekali lagi menuduh Rusia gagal memberikan jawaban yang jelas atas kasus Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia yang diduga diracuni oleh racun saraf terkenal dan kemudian dirawat di sebuah klinik di Berlin. Maas juga mengancam Moskow dengan sanksi atas insiden tersebut.
Rusia, pada gilirannya, berpendapat bahwa mereka tidak dapat melakukan penyelidikan atas kasus tersebut tanpa bukti bahwa dugaan keracunan memang terjadi. Kemlu Rusia mengingatkan bahwa baik dokter Rusia, yang menyelamatkan nyawa Navalny pada jam-jam penting pertama, maupun dokter Jerman, yang merawatnya lebih lanjut, tidak menemukan jejak keracunan zat saraf. Mereka hanya diduga ditemukan hampir seminggu kemudian oleh militer Jerman, Moskow menambahkan.
Namun, Berlin sejauh ini belum memberikan bukti material yang mendukung narasi peracunan ke Rusia.
Maas menyatakan sebelumnya bahwa jejak 'Novichok' ditemukan dalam darah Navalny dalam urin oleh laboratorium militer Jerman serta fasilitas di Prancis dan Swedia. Namun, tidak satu pun dari temuan ini yang pernah dibagikan dengan Moskow meskipun setidaknya ada empat permintaan kerja sama formal yang diajukan oleh Kantor Kejaksaan Agung Rusia kepada otoritas Jerman.
Kemlu Rusia mengatakan struktur zat yang sejak itu dikenal dunia sebagai 'Novichok' pertama kali diungkapkan oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional AS pada tahun 1998 berdasarkan data yang diberikan oleh Pentagon. Pernyataan ini membalas pernyataan memberatkan lainnya dari Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.
"Selama bertahun-tahun, formula tersebut digunakan oleh orang Amerika dan lebih dari 20 negara barat lainnya untuk menghasilkan kelompok sebanyak 140 variasi racun yang dapat dikaitkan dengan kelompok 'Novichok'," kata Kemlu Rusia, menambahkan bahwa semuanya di antaranya tidak tercakup dalam Konvensi Senjata Kimia.
"Novichok adalah merek barat. Kami tidak memilikinya," tegas kementerian itu seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (11/10/2020).
Moskow mengingatkan bahwa semua senjata kimia yang dimilikinya dihancurkan pada tahun 2017 di bawah kendali internasional yang ketat yang diawasi oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas pidato yang disampaikan Maas di parlemen Jerman awal pekan ini. Menteri Jerman itu sekali lagi menuduh Rusia gagal memberikan jawaban yang jelas atas kasus Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia yang diduga diracuni oleh racun saraf terkenal dan kemudian dirawat di sebuah klinik di Berlin. Maas juga mengancam Moskow dengan sanksi atas insiden tersebut.
Rusia, pada gilirannya, berpendapat bahwa mereka tidak dapat melakukan penyelidikan atas kasus tersebut tanpa bukti bahwa dugaan keracunan memang terjadi. Kemlu Rusia mengingatkan bahwa baik dokter Rusia, yang menyelamatkan nyawa Navalny pada jam-jam penting pertama, maupun dokter Jerman, yang merawatnya lebih lanjut, tidak menemukan jejak keracunan zat saraf. Mereka hanya diduga ditemukan hampir seminggu kemudian oleh militer Jerman, Moskow menambahkan.
Namun, Berlin sejauh ini belum memberikan bukti material yang mendukung narasi peracunan ke Rusia.
Maas menyatakan sebelumnya bahwa jejak 'Novichok' ditemukan dalam darah Navalny dalam urin oleh laboratorium militer Jerman serta fasilitas di Prancis dan Swedia. Namun, tidak satu pun dari temuan ini yang pernah dibagikan dengan Moskow meskipun setidaknya ada empat permintaan kerja sama formal yang diajukan oleh Kantor Kejaksaan Agung Rusia kepada otoritas Jerman.
tulis komentar anda