Pangeran Arab Saudi Kecam Pemimpin Palestina Penolak Normalisasi UEA-Israel
Selasa, 06 Oktober 2020 - 10:10 WIB
RIYADH - Pangeran Arab Saudi , Bandar bin Sultan, mengecam para pemimpin Palestina karena menolak normalisasi hubungan Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel .
Pangeran yang merupakan mantan duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) tersebut menganggap sikap para pemimpin Palestina yang menyerang kepemimpinan negara-negara Teluk sudah keterlaluan. (Baca: Qatar Tolak Normalisasi dengan Israel sebelum Masalah Palestina Tuntas )
“Tingkat wacana yang rendah ini bukanlah yang kami harapkan dari para pejabat yang berusaha mendapatkan dukungan global untuk perjuangan mereka," kata Pangeran Bandar menyindir para pemimpin Palestina.
"Pelanggaran mereka terhadap kepemimpinan negara-negara Teluk dengan wacana tercela ini sama sekali tidak dapat diterima," lanjut dia dalam wawancara eksklusif dengan Al Arabiya, yang dilansir Selasa (6/10/2020).
Pangeran Bandar menjabat sebagai duta besar Arab Saudi untuk AS dari tahun 1983 hingga 2005. Dia juga pernah menjaba kepala intelijen kerajaan dari tahun 2014 hingga 2016. Dia mengatakan kritik terhadap UEA dan negara-negara Teluk lainnya setelah kesepakatan dengan Israel "sangat menyakitkan untuk didengar". (Baca: Palestina Kecam Normalisasi Bahrain-Israel: Tikaman dari Belakang! )
Para pemimpin Palestina termasuk Presiden Mahmoud Abbas menggambarkan keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai "tikaman di belakang rakyat Palestina".
Abbas kemudian menarik kembali pernyataannya dan melarang pejabat Palestina membuat pernyataan ofensif tentang para pemimpin Arab lainnya, menyusul permintaan dari Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) Nayef al-Hajraf untuk meminta maaf.
Menurut Pangeran Bandar, reaksi Hamas di Gaza dan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat mencerminkan kegagalan mereka yang lebih luas. (Baca: Israel Ucapkan Selamat Hari Nasional ke-90 Arab Saudi )
"Para pemimpin Jalur Gaza, yang telah memisahkan diri dari PA untuk memerintah Gaza secara mandiri, menuduh kepemimpinan Tepi Barat melakukan pengkhianatan, sementara pada saat yang sama, kepemimpinan Tepi Barat menuduh pemimpin separatis Jalur Gaza menikam mereka dari belakang," katanya.
Pangeran yang merupakan mantan duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) tersebut menganggap sikap para pemimpin Palestina yang menyerang kepemimpinan negara-negara Teluk sudah keterlaluan. (Baca: Qatar Tolak Normalisasi dengan Israel sebelum Masalah Palestina Tuntas )
“Tingkat wacana yang rendah ini bukanlah yang kami harapkan dari para pejabat yang berusaha mendapatkan dukungan global untuk perjuangan mereka," kata Pangeran Bandar menyindir para pemimpin Palestina.
"Pelanggaran mereka terhadap kepemimpinan negara-negara Teluk dengan wacana tercela ini sama sekali tidak dapat diterima," lanjut dia dalam wawancara eksklusif dengan Al Arabiya, yang dilansir Selasa (6/10/2020).
Pangeran Bandar menjabat sebagai duta besar Arab Saudi untuk AS dari tahun 1983 hingga 2005. Dia juga pernah menjaba kepala intelijen kerajaan dari tahun 2014 hingga 2016. Dia mengatakan kritik terhadap UEA dan negara-negara Teluk lainnya setelah kesepakatan dengan Israel "sangat menyakitkan untuk didengar". (Baca: Palestina Kecam Normalisasi Bahrain-Israel: Tikaman dari Belakang! )
Para pemimpin Palestina termasuk Presiden Mahmoud Abbas menggambarkan keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai "tikaman di belakang rakyat Palestina".
Abbas kemudian menarik kembali pernyataannya dan melarang pejabat Palestina membuat pernyataan ofensif tentang para pemimpin Arab lainnya, menyusul permintaan dari Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) Nayef al-Hajraf untuk meminta maaf.
Menurut Pangeran Bandar, reaksi Hamas di Gaza dan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat mencerminkan kegagalan mereka yang lebih luas. (Baca: Israel Ucapkan Selamat Hari Nasional ke-90 Arab Saudi )
"Para pemimpin Jalur Gaza, yang telah memisahkan diri dari PA untuk memerintah Gaza secara mandiri, menuduh kepemimpinan Tepi Barat melakukan pengkhianatan, sementara pada saat yang sama, kepemimpinan Tepi Barat menuduh pemimpin separatis Jalur Gaza menikam mereka dari belakang," katanya.
tulis komentar anda