Media China: Trump Membayar Harga Meremehkan Covid-19
Sabtu, 03 Oktober 2020 - 00:41 WIB
BEIJING - Tokoh-tokoh utama media berita yang dikelola pemerintah dan pakar kebijakan luar negeri China mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump harus membayar hargadengan terinfeksi Covid-19 setelah meremehkan virus tersebut.
Pemimpin redaksi media yang dikelola pemerintah Global Times, Hu Xijin, mengatakan bahwa presiden AS dan ibu negara Melania Trump "membayar harga" karena meremehkan efek virus Corona dan malah menyalahkan China atas peran mereka dalam pandemi global.
"Presiden Trump dan ibu negara telah membayar harga untuk pertaruhannya mengecilkan Covid-19. Berita tersebut menunjukkan parahnya situasi pandemi AS. Itu akan berdampak negatif pada citra Trump dan AS, dan mungkin juga berdampak negatif pada (usahanya) terpilih kembali," Hu mentweet seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (3/10/2020).
Kepala media yang dikelola pemerintah itu kemudian me-retweet tanggapan resmi pertama China atas diagnosis Trump, dengan Kementerian Luar Negeri Beijing mengeluarkan pernyataan yang mengharapkan agar Trump cepat sembuh.
"Sedih mengetahui #President dan #FirstLady dari #US dinyatakan positif. Semoga mereka berdua cepat sembuh dan akan baik-baik saja," Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mentweet pada Jumat sore.
Sementara itu beberapa pakar kebijakan luar negeri China memperkirakan pemerintahan Trump akan memperburuk sikap garis kerasnya terhadap Partai Komunis China dalam hal perdagangan, kesepakatan teknologi, dan pengembangan vaksin.
Pakar kebijakan luar negeri di universitas China mengatakan "kejutan Oktober", istilah yang merujuk pada apa pun yang dapat mengubah pemilu AS, adalah pasti berita buruk bagi China. Akademisi menyatakan keprihatinannya akan menggunakan waktu karantina di luar jalur kampanye untuk memfokuskan kritiknya pada peran pemerintah China dalam menyebarkan virus akhir tahun lalu.
"Trump telah menjadikan serangan China sebagai prioritas untuk kampanyenya dan berulang kali menggunakan 'virus China' untuk mengelak dari tanggung jawabnya atas penanganannya terhadap pandemi yang masih mengamuk," tutur Pang Zhongying, seorang spesialis hubungan internasional di Ocean University of China, kepada South China Morning Post.
Kekhawatiran terbesar saya adalah bahwa Trump kemungkinan besar akan memanfaatkan kesempatan untuk melipatgandakan serangannya terhadap China, dan sebagai akibatnya meningkatkan tekanan terhadap China," imbuhnya.
Pemimpin redaksi media yang dikelola pemerintah Global Times, Hu Xijin, mengatakan bahwa presiden AS dan ibu negara Melania Trump "membayar harga" karena meremehkan efek virus Corona dan malah menyalahkan China atas peran mereka dalam pandemi global.
"Presiden Trump dan ibu negara telah membayar harga untuk pertaruhannya mengecilkan Covid-19. Berita tersebut menunjukkan parahnya situasi pandemi AS. Itu akan berdampak negatif pada citra Trump dan AS, dan mungkin juga berdampak negatif pada (usahanya) terpilih kembali," Hu mentweet seperti dikutip dari Newsweek, Sabtu (3/10/2020).
Kepala media yang dikelola pemerintah itu kemudian me-retweet tanggapan resmi pertama China atas diagnosis Trump, dengan Kementerian Luar Negeri Beijing mengeluarkan pernyataan yang mengharapkan agar Trump cepat sembuh.
"Sedih mengetahui #President dan #FirstLady dari #US dinyatakan positif. Semoga mereka berdua cepat sembuh dan akan baik-baik saja," Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying mentweet pada Jumat sore.
Sementara itu beberapa pakar kebijakan luar negeri China memperkirakan pemerintahan Trump akan memperburuk sikap garis kerasnya terhadap Partai Komunis China dalam hal perdagangan, kesepakatan teknologi, dan pengembangan vaksin.
Pakar kebijakan luar negeri di universitas China mengatakan "kejutan Oktober", istilah yang merujuk pada apa pun yang dapat mengubah pemilu AS, adalah pasti berita buruk bagi China. Akademisi menyatakan keprihatinannya akan menggunakan waktu karantina di luar jalur kampanye untuk memfokuskan kritiknya pada peran pemerintah China dalam menyebarkan virus akhir tahun lalu.
"Trump telah menjadikan serangan China sebagai prioritas untuk kampanyenya dan berulang kali menggunakan 'virus China' untuk mengelak dari tanggung jawabnya atas penanganannya terhadap pandemi yang masih mengamuk," tutur Pang Zhongying, seorang spesialis hubungan internasional di Ocean University of China, kepada South China Morning Post.
Kekhawatiran terbesar saya adalah bahwa Trump kemungkinan besar akan memanfaatkan kesempatan untuk melipatgandakan serangannya terhadap China, dan sebagai akibatnya meningkatkan tekanan terhadap China," imbuhnya.
tulis komentar anda