Inggris Dorong Semua Negara Punya Akses pada Vaksin Covid-19
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 19:27 WIB
NEW YORK - Inggris dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyeru semua negara memiliki akses yang adil terhadap vaksin Covid-19 yang aman dan efektif.
Inggris menjadi tuan rumah bersama salah satu side-event (kegiatan tambahan) pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly atau “UNGA”) pada 30 September, 19.30-21.00 WIB mengenai akses terhadap vaksin COVID-19, terapi dan diagnosa (VTD) bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB, Direktur Jenderal WHO dan Menteri Kesehatan Afrika Selatan.
Kegiatan ini adalah acara internasional paling penting terkait vaksin sejak Kerajaan Inggris Raya menjadi tuan rumah KTT GAVI pada bulan Juni lalu - yang berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp131 triliun. Ini menjadi satu-satunya acara Sekretaris Jenderal PBB pada UNGA terkait COVID-19.
Duta Besar Kerajaan Inggris Raya untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, “Kita tidak dapat melawan COVID-19 sendirian. Kita harus bekerja sama. Secara erat dengan negara-negara sahabat seperti Indonesia, tapi sesungguhnya sebagai sebuah warga dunia yang bersatu.”
“Virus tidak mengenal kebangsaan. Virus menginfeksi kita, menyebar di antara kita dan mengancam kita sebagai satu spesies. Dan kita harus melawan sebagai satu spesies, satu kemanusiaan,” tegas dia.
Komitmen Pasar Lanjutan COVAX (The COVAX Advanced Market Commitment) dimana Kerajaan Inggris Raya menjanjikan pendanaan hingga sebesar 500 juta pound atau Rp9,6 triliun akan memberikan akses secara adil untuk vaksin yang telah dikembangkan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sejauh ini Kerajaan Inggris Raya telah menyumbangkan setengah dari jumlah total yang dijanjikan. “Kami mencoba memimpin upaya global dalam hal ini,” tutur dia.
Menurut dia, Kerajaan Inggris Raya adalah negara adidaya sains dunia, dengan setidaknya 21 proyek penelitian ilmiah yang mengerjakan vaksin, perawatan, dan terapi untuk virus corona, termasuk Uji Klinis Vaksin pertama di Eropa.
“Oxford dan Imperial terus membuat kemajuan. Saya bangga dengan budaya pendidikan internasional di Kerajaan Inggris Raya di mana Mas Indra Rudiansyah, seorang mahasiswa PhD di Universitas Oxford, menjadi bagian dari tim Antibodi yang mengerjakan Vaksin Oxford,” ujar dia. (Baca Juga: Trump Covid-19, Ini Politisi Dunia yang Pernah Terinfeksi Corona)
“Kami juga bekerja sama erat dengan sahabat kami, Indonesia dalam bidang vaksin. Oxford dan Institut Eijkman memiliki hubungan penelitian. Kami telah bersama-sama menulis 2205 publikasi gabungan dari tahun 2015-2019,” kata dia. (Baca Infografis: Donald Trump dan Istri Umumkan Positif Covid-19 Lewat Twitter)
Dia menambahkan, lebih dari seratus proyek penelitian bersama sedang berlangsung, didanai bersama oleh Indonesia dan Newton Fund, termasuk dua proyek penelitian tentang vaksin, proyek vaksin Hepatitis B dan proyek vaksin DTP untuk transportasi dan penyimpanan. “Semoga ini terus berlanjut," pungkas dia. (Lihat Video: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Terus Mencari WNI Sandera Abu Sayyaf di Filipina)
Inggris menjadi tuan rumah bersama salah satu side-event (kegiatan tambahan) pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations General Assembly atau “UNGA”) pada 30 September, 19.30-21.00 WIB mengenai akses terhadap vaksin COVID-19, terapi dan diagnosa (VTD) bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB, Direktur Jenderal WHO dan Menteri Kesehatan Afrika Selatan.
Kegiatan ini adalah acara internasional paling penting terkait vaksin sejak Kerajaan Inggris Raya menjadi tuan rumah KTT GAVI pada bulan Juni lalu - yang berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp131 triliun. Ini menjadi satu-satunya acara Sekretaris Jenderal PBB pada UNGA terkait COVID-19.
Duta Besar Kerajaan Inggris Raya untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, “Kita tidak dapat melawan COVID-19 sendirian. Kita harus bekerja sama. Secara erat dengan negara-negara sahabat seperti Indonesia, tapi sesungguhnya sebagai sebuah warga dunia yang bersatu.”
“Virus tidak mengenal kebangsaan. Virus menginfeksi kita, menyebar di antara kita dan mengancam kita sebagai satu spesies. Dan kita harus melawan sebagai satu spesies, satu kemanusiaan,” tegas dia.
Komitmen Pasar Lanjutan COVAX (The COVAX Advanced Market Commitment) dimana Kerajaan Inggris Raya menjanjikan pendanaan hingga sebesar 500 juta pound atau Rp9,6 triliun akan memberikan akses secara adil untuk vaksin yang telah dikembangkan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Sejauh ini Kerajaan Inggris Raya telah menyumbangkan setengah dari jumlah total yang dijanjikan. “Kami mencoba memimpin upaya global dalam hal ini,” tutur dia.
Menurut dia, Kerajaan Inggris Raya adalah negara adidaya sains dunia, dengan setidaknya 21 proyek penelitian ilmiah yang mengerjakan vaksin, perawatan, dan terapi untuk virus corona, termasuk Uji Klinis Vaksin pertama di Eropa.
“Oxford dan Imperial terus membuat kemajuan. Saya bangga dengan budaya pendidikan internasional di Kerajaan Inggris Raya di mana Mas Indra Rudiansyah, seorang mahasiswa PhD di Universitas Oxford, menjadi bagian dari tim Antibodi yang mengerjakan Vaksin Oxford,” ujar dia. (Baca Juga: Trump Covid-19, Ini Politisi Dunia yang Pernah Terinfeksi Corona)
“Kami juga bekerja sama erat dengan sahabat kami, Indonesia dalam bidang vaksin. Oxford dan Institut Eijkman memiliki hubungan penelitian. Kami telah bersama-sama menulis 2205 publikasi gabungan dari tahun 2015-2019,” kata dia. (Baca Infografis: Donald Trump dan Istri Umumkan Positif Covid-19 Lewat Twitter)
Dia menambahkan, lebih dari seratus proyek penelitian bersama sedang berlangsung, didanai bersama oleh Indonesia dan Newton Fund, termasuk dua proyek penelitian tentang vaksin, proyek vaksin Hepatitis B dan proyek vaksin DTP untuk transportasi dan penyimpanan. “Semoga ini terus berlanjut," pungkas dia. (Lihat Video: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi Terus Mencari WNI Sandera Abu Sayyaf di Filipina)
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda