Armenia Kerahkan S-300 Rusia, Azerbaijan Bersumpah Menghancurkannya
Rabu, 30 September 2020 - 12:20 WIB
“Tentara mereka panik. Banyak dari mereka, termasuk (tentara) cadangan yang baru tiba, menolak ikut pertempuran dan meninggalkan daerah pertempuran," kata Dargahli.
Bentrokan perbatasan pecah Minggu pagi ketika pasukan Armenia menargetkan permukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah Upper Karaabakh yang diduduki, juga dikenal sebagai wilayah Nagorno-Karabakh.
Menurut pihak berwenang Azerbaijan, setidaknya 12 warga sipil tewas dan 35 lainnya terluka dalam serangan Armenia sejauh ini.
Parlemen Azerbaijan mengumumkan keadaan perang di beberapa daerah, dan pihak berwenang kemudian mengumumkan mobilisasi militer parsial. (Baca juga: Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )
Hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Wilayah yang dikendalikan etnis Armenia itu memerdekakan diri tak lama setelah Uni Soviet bubar. Namuna, Azerbaijan menolak mengakui kemerdekaan dan masih menganggapnya sebagai wilayah negara mayoritas Muslim tersebut.
Empat anggota Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh.
OSCE Minsk Group—yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS—dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, telah disepakati pada tahun 1994.
Prancis, Rusia dan NATO, termasuk di antara mereka yang mendesak penghentian segera bentrokan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Bentrokan perbatasan pecah Minggu pagi ketika pasukan Armenia menargetkan permukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer di wilayah Upper Karaabakh yang diduduki, juga dikenal sebagai wilayah Nagorno-Karabakh.
Menurut pihak berwenang Azerbaijan, setidaknya 12 warga sipil tewas dan 35 lainnya terluka dalam serangan Armenia sejauh ini.
Parlemen Azerbaijan mengumumkan keadaan perang di beberapa daerah, dan pihak berwenang kemudian mengumumkan mobilisasi militer parsial. (Baca juga: Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )
Hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Wilayah yang dikendalikan etnis Armenia itu memerdekakan diri tak lama setelah Uni Soviet bubar. Namuna, Azerbaijan menolak mengakui kemerdekaan dan masih menganggapnya sebagai wilayah negara mayoritas Muslim tersebut.
Empat anggota Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh.
OSCE Minsk Group—yang diketuai bersama oleh Prancis, Rusia, dan AS—dibentuk pada tahun 1992 untuk menemukan solusi damai untuk konflik tersebut, tetapi tidak berhasil. Gencatan senjata, bagaimanapun, telah disepakati pada tahun 1994.
Prancis, Rusia dan NATO, termasuk di antara mereka yang mendesak penghentian segera bentrokan di wilayah Nagorno-Karabakh.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda