Demonstrasi Antirasisme Memanas di Kota-kota AS
Selasa, 08 September 2020 - 12:15 WIB
WASHINGTON - Demonstrasi antirasial masih berlangsung di puluhan kota di Amerika Serikat (AS) . Untuk pertama kalinya, Jacob Blake, pria kulit hitam yang ditembak di punggung oleh petugas kepolisian kulit putih di Wisconsin bulan lalu, berbicara kepada publik mengenai keadilan rasial.
Demonstrasi itu berlangsung juga ditambah dengan dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi virus corona yang menewaskan 190.000 orang di AS. Demonstrasi itu juga menjadi tantangan berat bagi Presiden Donald Trump yang fokus dalam penegakan hukum dan tatanan untuk dipilih kembali pada pemilu 3 November mendatang. (Baca: PSG Ingin Jadikan Lionel Messi Trisula Mematikan)
Di New York, polisi menembakkan gas air mata kepada para 2.000 demonstran di Rochester pada akhir pekan lalu. Sembilan orang ditangkap dan tiga polisi terluka serta dirawat di rumah sakit karena terluka saat bentrok dengan aparat keamanan.
Wali Kota Rochester Lovely Warren membentuk tim intervensi krisis keluarga dan segera melakukan reformasi departemen kepolisian. “Saya berkomitmen untuk mengatasi tantangan dan menjamin perubahan akan segera terjadi,” kata Warren dilansir Reuters.
Reformasi itu setelah kematian seorang pria kulit hitam, Daniel Prude, di tahanan polisi pada Maret lalu. Tujuh polisi sudah dipecat karena insiden itu. Jaksa Agung New York Letitia James mengumumkan pembentukan dewan juri untuk menginvestigasi kematian pria berusia 41 tahun. Kematian Prude sebenarnya dua bulan sebelum penembakan George Floyd yang memicu aksi global. (Baca juga: Bisnis Esek-Esek terancam Tinggal Cerita Gara-Gara Teledildonik)
“Kita memiliki manusia yang membutuhkan bantuan. Pada momen itu, kita memiliki kesempatan untuk melindunginya,” kata Warren. “Saya berkomitmen untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan,” ujarnya.
Kerusuhan juga masih terjadi Portland, Oregon, memperingati demonstrasi ke-100. Mereka melemparkan bom molotov ke arah aparat kepolisian yang membalas dengan serangan gas air mata. Sebanyak 50 orang ditangkap polisi.
Sementara itu, Jacob Blake, pria kulit hitam yang ditembak tujuh kali oleh seorang polisi kulit putih di negara bagian Wisconsin, AS, bulan lalu, mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di internet bahwa dia terus menerus merasa kesakitan.
Blake, yang menurut keluarga, kemungkinan sekarang lumpuh dari pinggang ke bawah, juga menyampaikan ucapan penuh harapan dan mengatakan “perjalanan hidup masih panjang”.
Pria berusia 29 tahun itu ditembak di punggungnya saat dia ditangkap polisi. Kejadian tersebut kembali memicu protes antirasisme dan tindakan brutal aparat kepolisian di AS. Aksi kekerasan pecah di sejumlah protes di Kenosha, kota tempat Blake ditembak, dan berujung pada dua orang tewas. Investigasi atas penembakan Blake terus berlanjut. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Dalam sebuah video yang diunggah ke Twitter oleh pengacara keluarganya, Blake yang masih di ranjang rumah sakit, berbicara tentang rasa sakit dideritanya. (Andika H Mustaqim)
Demonstrasi itu berlangsung juga ditambah dengan dampak ekonomi dan sosial akibat pandemi virus corona yang menewaskan 190.000 orang di AS. Demonstrasi itu juga menjadi tantangan berat bagi Presiden Donald Trump yang fokus dalam penegakan hukum dan tatanan untuk dipilih kembali pada pemilu 3 November mendatang. (Baca: PSG Ingin Jadikan Lionel Messi Trisula Mematikan)
Di New York, polisi menembakkan gas air mata kepada para 2.000 demonstran di Rochester pada akhir pekan lalu. Sembilan orang ditangkap dan tiga polisi terluka serta dirawat di rumah sakit karena terluka saat bentrok dengan aparat keamanan.
Wali Kota Rochester Lovely Warren membentuk tim intervensi krisis keluarga dan segera melakukan reformasi departemen kepolisian. “Saya berkomitmen untuk mengatasi tantangan dan menjamin perubahan akan segera terjadi,” kata Warren dilansir Reuters.
Reformasi itu setelah kematian seorang pria kulit hitam, Daniel Prude, di tahanan polisi pada Maret lalu. Tujuh polisi sudah dipecat karena insiden itu. Jaksa Agung New York Letitia James mengumumkan pembentukan dewan juri untuk menginvestigasi kematian pria berusia 41 tahun. Kematian Prude sebenarnya dua bulan sebelum penembakan George Floyd yang memicu aksi global. (Baca juga: Bisnis Esek-Esek terancam Tinggal Cerita Gara-Gara Teledildonik)
“Kita memiliki manusia yang membutuhkan bantuan. Pada momen itu, kita memiliki kesempatan untuk melindunginya,” kata Warren. “Saya berkomitmen untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan,” ujarnya.
Kerusuhan juga masih terjadi Portland, Oregon, memperingati demonstrasi ke-100. Mereka melemparkan bom molotov ke arah aparat kepolisian yang membalas dengan serangan gas air mata. Sebanyak 50 orang ditangkap polisi.
Sementara itu, Jacob Blake, pria kulit hitam yang ditembak tujuh kali oleh seorang polisi kulit putih di negara bagian Wisconsin, AS, bulan lalu, mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di internet bahwa dia terus menerus merasa kesakitan.
Blake, yang menurut keluarga, kemungkinan sekarang lumpuh dari pinggang ke bawah, juga menyampaikan ucapan penuh harapan dan mengatakan “perjalanan hidup masih panjang”.
Pria berusia 29 tahun itu ditembak di punggungnya saat dia ditangkap polisi. Kejadian tersebut kembali memicu protes antirasisme dan tindakan brutal aparat kepolisian di AS. Aksi kekerasan pecah di sejumlah protes di Kenosha, kota tempat Blake ditembak, dan berujung pada dua orang tewas. Investigasi atas penembakan Blake terus berlanjut. (Lihat videonya: Inilah Kriteria Wanita Muslimah yang Dirindukan Surga)
Dalam sebuah video yang diunggah ke Twitter oleh pengacara keluarganya, Blake yang masih di ranjang rumah sakit, berbicara tentang rasa sakit dideritanya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda