Terungkap! Sheikh Zayed Pernah Ragukan AS Akan Lindungi Pemimpin Arab saat Krisis
Kamis, 24 April 2025 - 00:48 WIB
Dia menulis bahwa keraguan ini bukan semata karena dukungan AS terhadap Israel, tetapi lebih karena ketidakmampuan Washington dalam menjalankan kebijakan luar negerinya secara konsisten.
Sheikh Zayed dan Surour mengutip sejumlah contoh sebagai bukti bahwa AS meninggalkan para sekutu mereka di saat genting:
♦Shah Iran (Mohammad Reza Pahlavi), yang digulingkan dalam Revolusi Iran 1979 meski merupakan sekutu dekat AS.
♦Jean-Claude Duvalier, diktator Haiti pro-Barat yang dipaksa lengser tahun 1986 akibat tekanan rakyat.
♦Ferdinand Marcos, penguasa otoriter Filipina, yang digulingkan melalui Revolusi Kekuasaan Rakyat (People Power) pada Februari 1986.
"Meski reputasi mereka dipertanyakan, para pemimpin itu tetap setia kepada Amerika selama bertahun-tahun. Maka, reputasi mereka seharusnya bukan alasan untuk diperlakukan dengan tidak hormat,” demikian argumen Zayed dan Surour dalam percakapan dengan Amery.
Mereka bahkan bertanya secara retoris: “Jika sahabat Amerika diperlakukan seperti ini, apa gunanya menjadi sahabat mereka?”
Amery, dalam laporannya, mengkritik pola pikir pemimpin Timur Tengah yang sangat mengutamakan hubungan personal. Dia menyatakan, “Pemimpin-pemimpin di wilayah ini cenderung menempatkan hubungan pribadi di atas segalanya, sesuatu yang kurang kita lakukan di Barat.”
Sebagai perbandingan, dia menyebut penarikan Inggris dari Aden (Yaman Selatan) tahun 1967 dan bagaimana Arab Saudi kemudian memberi perlindungan kepada mantan pemimpin Aden sebagai contoh loyalitas yang dihargai tinggi oleh dunia Arab.
Sheikh Zayed dan Surour mengutip sejumlah contoh sebagai bukti bahwa AS meninggalkan para sekutu mereka di saat genting:
♦Shah Iran (Mohammad Reza Pahlavi), yang digulingkan dalam Revolusi Iran 1979 meski merupakan sekutu dekat AS.
♦Jean-Claude Duvalier, diktator Haiti pro-Barat yang dipaksa lengser tahun 1986 akibat tekanan rakyat.
♦Ferdinand Marcos, penguasa otoriter Filipina, yang digulingkan melalui Revolusi Kekuasaan Rakyat (People Power) pada Februari 1986.
"Meski reputasi mereka dipertanyakan, para pemimpin itu tetap setia kepada Amerika selama bertahun-tahun. Maka, reputasi mereka seharusnya bukan alasan untuk diperlakukan dengan tidak hormat,” demikian argumen Zayed dan Surour dalam percakapan dengan Amery.
Mereka bahkan bertanya secara retoris: “Jika sahabat Amerika diperlakukan seperti ini, apa gunanya menjadi sahabat mereka?”
Kepercayaan Personal yang Tinggi
Amery, dalam laporannya, mengkritik pola pikir pemimpin Timur Tengah yang sangat mengutamakan hubungan personal. Dia menyatakan, “Pemimpin-pemimpin di wilayah ini cenderung menempatkan hubungan pribadi di atas segalanya, sesuatu yang kurang kita lakukan di Barat.”
Sebagai perbandingan, dia menyebut penarikan Inggris dari Aden (Yaman Selatan) tahun 1967 dan bagaimana Arab Saudi kemudian memberi perlindungan kepada mantan pemimpin Aden sebagai contoh loyalitas yang dihargai tinggi oleh dunia Arab.
Lihat Juga :